Tidak lama kemudian, sejumlah mobil berlogo Dragon tiba di luar gedung. Kedatangan mereka menarik perhatian mafia yang berkumpul di dalam sana.Elvis keluar dan membuka pintu mobil. Terlihat Wilson yang berpenampilan serba hitam keluar bersama Viyone dan kedua anak mereka. Mereka mengenakan pakaian yang sama dengan logo Dragon yang terlihat jelas.Wilson menggandeng tangan istrinya, sementara putra mereka mengikuti mereka dari samping. Mereka berjalan dengan tenang namun penuh kewaspadaan, siap menghadapi apa pun yang menunggu di dalam gedung. Mata para mafia tertuju pada keluarga itu, yang kehadirannya seakan mengirimkan pesan kuat bahwa mereka bukanlah orang-orang yang bisa diremehkan.Sesampainya di pintu masuk gedung, Wilson berhenti sejenak, mengamati kerumunan di dalam. Viyone tetap di sisinya, memegang tangan Wilson dengan erat. Anak-anak mereka berdiri di dekat mereka, mata mereka tajam dan penuh keyakinan. Tanpa sepatah kata pun, Wilson melangkah masuk, diikuti oleh keluargan
Willis yang menyadari posisi Markus yang ada di sudut ruangan, membulatkan mata besarnya dan menatap dengan penuh ketakutan. Dengan suara bergetar, Willis mulai berbicara."Markus Salveston adalah orang yang membayarku waktu itu. Dia mengancamku dan memaksaku untuk melakukannya," ujarnya sambil menunjuk ke arah Markus.Ruangan yang sebelumnya hening seketika berubah menjadi riuh. Semua anggota mafia yang mendengar ucapan Willis menjadi heboh, saling berbisik dan memandang dengan tatapan penuh curiga ke arah Markus."Jangan bicara sembarangan!" bentak Markus, wajahnya memerah karena marah. Ia bangkit dari kursi dengan kasar, menghentakkan meja di depannya. "Brak!" Suara dentuman meja yang keras membuat semua orang terdiam sejenak, mengalihkan pandangan mereka sepenuhnya ke Markus.Semua mata sekarang tertuju ke Markus, yang berdiri dengan penuh kemarahan. Suasana tegang memenuhi ruangan, seakan udara di dalamnya mendadak menjadi berat.Willis yang sudah terlanjur membuka mulut, tidak bi
Saat Viyone maju, Markus menatap putrinya itu. Selain para senior tidak ada yang tahu siapa istri Wilson. Wilson mengenggam tangan istrinya erat, ia tahu sangat berat bagi istrinya untuk berkata yang sebenarnya."Sebelumnya saya meminta maaf, Atas berita tentang suami saya yang tersebar belakangan ini. Semua ini karena seseorang yang tidak puas sehingga mengunakan cara ini untuk menjatuhkan suami saya. Kejadian 6 tahun lalu, saat itu kami belum saling kenal. Wilson telah terminum obat perangsang dari jebakan orang. Saya adalah gadis di malam itu. Yang menghilangkan efek obat dari tubuh Wilson," ungkap Viyone."Apa, dia adalah gadis di malam itu?""Apakah benar, Wilson telah melecehkanmu?" tanya salah satu mafia."Tidak! Wilson tidak memaksaku, saya sendiri yang rela melakukannya. Wilson tidak pernah menyakiti saya sama sekali. Setelah malam itu saya pergi meninggalkannya," jawab Viyone tegas.Nick dan anggota Dragon tidak menyangka Viyone akan menutupi kejadian yang sebenarnya. Sement
"Tidak akan pernah ku biarkan kamu melupakan ini, Wilson. Kau jangan lupa, putriku adalah istrimu. Dan dua anakmu itu adalah cucuku. Aku adalah mertuamu!" kata Markus dengan nada ketus, suaranya penuh dengan otoritas yang memaksa.Wilson memandangnya dengan sorot mata yang tajam, namun tetap tenang. "Markus Salveston, kamu masih bisa dengan mudahnya mengatakan aku adalah putrimu, lantas kenapa di saat itu kamu pergi begitu saja?" ujarnya Viyone dengan suara bergetar menahan emosi yang selama ini terpendam.Markus terdiam sejenak, wajahnya mengeras mendengar kata-kata putrinya. "Bella...itu bukan berarti kamu harus bekerja sama dengan musuhku!" bentaknya, suaranya menggema di ruangan itu.Viyone merasakan hatinya semakin terluka. Dengan air mata yang mulai menggenang di pelupuk matanya, dia menjawab, "Wilson adalah suamiku, kehidupanku berubah menjadi lebih baik karena dia. Sejak aku masih kecil kamu di mana? Saat aku sakit kamu di mana? Saat mama meninggal kamu di mana? Kamu bahkan t
"Markus, jangan keras kepala, tidak ada gunanya kamu melawan. Kami semua ada di pihak Dragon," ujar senior mafia dengan tegas.Beberapa mafia yang membela Markus bangkit dan mendekati Markus sambil berkata, "Wilson, bagaimana pun Markus adalah mertuamu. Apakah kamu tidak terlalu berlebihan sehingga ingin membunuhnya?""Kedua nyawa orang tuaku direnggut olehnya. Bagaimana penjelasannya?" tanya Wilson."Kamu tidak seharusnya percaya pada kata-kata orang yang bukan bagian dari kita. Mungkin saja dia hanya berniat memecah kita semua," jawab mafia itu."Salah tetap salah, tidak perlu mencari alasan," jawab Wilson."Wilson, bagaimana kalau kita duduk dan berdamai saja, mungkin ini hanyalah kesalahpahaman. Lagi pula sekarang hubunganmu dan Markus semakin dekat. Dia juga adalah kakek dari kedua putramu," ujar mafia itu dengan sengaja."Ini adalah urusanku dan Markus. Mengenai urusan kami, kami akan selesaikan sendiri tanpa harus melibatkan banyak pihak," jawab Wilson dengan tegas.Ketegangan
Mobil hitam itu mengejar mobil Wilson dengan cepat, mesinnya meraung keras saat mereka mendekati target. Mobil Wilson mencoba memacu kendaraannya lebih cepat, tapi kecepatan mobil hitam itu tak tertandingi. Tidak lama kemudian, mereka berhasil menyusul dan tanpa menunggu lama, langsung melepaskan tembakan, "Dor! Dor!"Tembakan menembus kaca-kaca mobil dan bodinya, suara peluru menghantam logam dan pecahan kaca berserakan di dalam kabin. Orang yang berada di dalam mobil itu membungkuk untuk menghindari peluru, namun penembakan terus berlanjut, menciptakan suasana mencekam.Musuh menembak tanpa henti, membuat mobil sasaran mereka bergetar hebat. Mesin mobil Wilson mulai mengeluarkan asap, tanda-tanda kerusakan parah. Tiba-tiba, sebuah peluru mengenai tangki bahan bakar, dan dalam sekejap, ledakan dahsyat terjadi. Api dan asap membumbung tinggi, menyelimuti mobil yang kini hanya tinggal kerangka. Ledakan itu terdengar panjang dan bergema di sekitar.Para anggota mafia yang dikirim oleh
"Tapi, Bos. Anak-anak Wilson selalu dalam pengawasan ketat. Wilson begitu melindungi keluarganya sehingga kita sulit untuk mendekati mereka. Mereka juga belum masuk sekolah," ujar Taylor, suaranya bergetar sedikit, menunjukkan kecemasan yang dirasakannya membahas masalah ini dengan Markus.Markus mengerutkan alisnya, menunjukkan ketidaksabaran yang semakin meningkat. Ia adalah seorang pria paruh baya dengan mata tajam dan raut wajah yang selalu serius. Ketika ia berbicara, suaranya rendah namun tegas, memberikan kesan bahwa setiap kata yang keluar dari mulutnya adalah perintah yang tidak boleh dibantah."Apakah kau tidak bisa cari cara lain? Apakah perlu aku yang mengajarimu?" tanya Markus dengan ketus, matanya menatap tajam ke arah Taylor.Taylor menunduk, merasa malu sekaligus takut. Ia tahu bahwa kegagalan bukanlah pilihan dalam pekerjaan ini. "Baik, Bos," jawabnya pelan, mencoba menyembunyikan ketidakpastiannya.Markus menghela napas panjang, mencoba menahan amarahnya. "Aku tidak
Chris dan Vic yang diculik dibawa ke sebuah rumah mewah yang telah ditunggu oleh Markus. Sikembar ditidurkan di kamar mewah dan luas dalam kondisi tidak sadar. Lampu-lampu kristal berkilauan di langit-langit, dan hiasan dinding berlapis emas menambah kesan kemewahan ruangan itu.Markus berdiri di samping kasur dan menatap kedua cucunya itu dengan sorot mata dingin namun penuh perhitungan. Di ruangan itu, keheningan terasa mencekam, hanya terdengar suara napas pelan dari dua anak yang tak berdaya."Apakah tidak ada yang tahu?" tanya Markus dengan suara rendah namun penuh otoritas pada salah satu anggotanya yang menculik sikembar itu."Bos, pengawasan mansion Wilson tidak begitu ketat seperti biasa. Jadi, tidak ada yang tahu," jawab anak buahnya dengan tegas, namun ada sedikit nada ketakutan dalam suaranya.Markus mengangguk pelan, wajahnya tetap tanpa ekspresi. "Siapa namamu? Dan kau adalah anggota Wilson. Kalau kau bekerja dengan baik denganku, aku tidak akan mengecewakanmu!" ujarnya,