Share

42. Sabia

“Alhamdulillah, Pak Surya sudah membuka matanya.”

Aku memegang. Bukan karena tak senang, tapi karena aku sudah berprasangka buruk terhadap Mama.

Astaghfirullah.

Urusan dengan Mama akan kuurus nanti setelah Papa benar-benar pulih. Aku yakin Mama juga mungkin akan memakluminya.

Setelah memastikan kondisi Papa stabil, dokter akan memindahkan Papa ke ruang rawat inap. Setelah itu, barulah kami boleh menemuinya.

“Pa,” lirihku setelah dokter memperbolehkan aku menemui Papa.

Papa tersenyum sembari melambaikan tangan ke arahku. Segera mendekat, aku mencium tangan Papa takzim, sementara Pak Rully masih menunggu di luar ruangan.

“Kamu nggak pernah makan?” tanya Papa dengan suara parau.

Aku tertawa. “Kamu kurus sekali. Apa selama tinggal dengan Mamamu, dia tak memberimu makan?” tanya Papa lagi.

Aku menggeleng. “Maafkan Sabia, Pah.”

“Papa senang kamu baik-
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status