Share

Sabia

Berkali-kali aku menghela napas sebelum benar-benar masuk ke rumah Mama. Lampu yang menyala terang, menandakan Mama ada di rumah.

Alamat bakal disidang. Terima saja nasibmu, Sabia.

Bismillah.

Semoga saja Mama sudah tidur dan lupa mematikan lampu.

Aku membuka pagar rumah. Bahkan, suara pagar yang bergeser terasa seperti difilm horor.

“Sabia.”

Aku melonjak kaget.

“Astaghfirullah.”

“Sabia.”

Eh kayak kenal suaranya. Aku menoleh ke belakang.

“Pak Rully?!”

“Kamu ngapain mengendap-endap kayak maling begitu?”

“Bapak ngapain kagetin saya?”

Pak Rully menatapku dengan tatapan yang tak bisa kuartikan. Iya, lah. Aku bukan peramal.

“Bisa temani saya sebentar?”

Aku menyilangkan kedua tanganku di dada.

“Saya masih suci, Pak. Saya wanita baik-baik.”

Pak Rully menoyor kepalaku.

“Pikiran kamu terlalu kotor, Sabia. Lagian saya mana nafsu sama kamu,” ucapnya kesal.

Lagian malam-malam minta ditemani. Apalagi kami sama-sama jomblo. E tapi aku tetap jomblo kelas premium yang memang belum laku dari jaman
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status