Share

Bab 05

"Astagfirullahaladzim... apa yang terjadi dengan kamar anakku. Kenapa kamar anakku kosong seperti ini," ucap Whindy yang benar-benar merasa terkejut.

Bagaimana tidak terkejut, kamar yang satu minggu yang lalu sebelum dia melahirkan, sudah sangat rapi dan barang-barang tersusun di tempatnya masing-masing. Tapi sekarang, kamar itu sudah kosong, tidak ada satupun barang yang tersisa, begitupun dengan tema kamar yang berwarna biru, sekarang sudah berubah menjadi putih polos.

"Ya Allah. Kuatkan hatiku, dan jaga selalu anakku dari mara bahaya," Whindy memeluk anaknya sembari menangis sesenggukan.

Tok.. tok... tok.

Pintu kamar di ketuk sebanyak tiga kali, wanita itu langsung menghapus air matanya dan menahan sesenggukan nya. Perlahan dia membalikan tubuhnya dan menatap siapa yang mengetuk pintunya.

"Sedang apa Nyonya di kamar kosong ini?" tanya Bodyguard yang tadi mengantar Whindy ke pintu utama dengan menggunakan jas nya untuk memayungi dirinya dan anak nya.

"Kenapa kamar ini kosong,?" tanya balik Whindy.

"Kamar ini memang sudah kosong semenjak Nyonya melahirkan Tuan muda, Tuan Evan membuang dan menghancurkan barang-barang dan pakaian yang berada di kamar ini," jelas Bodyguard.

Tubuh Whindy melemas, Bodyguard itu terkejut lalu menahan tubuh wanita itu. Pria itu mengambil alih bayi itu dari gendongan Whindy, tangan kiri pria itu menggendong bayi, tangan kanan memegang pinggang Whindy dengan erat, karena takut istri majikan nya itu terjatuh.

"Nyonya..." panggil Bodyguard itu menunduk menatap wajah Whindy.

Karena tinggi wanita itu sedada Bodyguard itu. Pria itu berjongkok dan menduduk kan Whindy di paha sebelah kanan nya.

"Nyonya... amda kenapa? Wajah anda sangat pucat," ucap Bodyguard itu merasa sangat khawatir dengan keadaan Whindy.

Wanita itu menatap Bodyguard dan menggeleng, dia berdiri dari duduknya di paha Bodyguard tampan dan baik hati itu.

"Apa saya boleh titip anak saya sebentar? Saya ingin ke kamar mandi," Whindy menatap Bodyguard itu dengan mata yang berair karena menahan tangisnya.

"Tentu, Nyonya. Silahkan," jawab Bodyguard tersenyum.

Pria itu mengerti jika Whindy akan menangis di kamar mandi. Wanita itu berjalan ke arah kamar mandi yang berada di kamar anaknya itu, Bodyguard kembali berdiri dengan tegak sembari menimang-nimang bayi istimewa itu.

"Hey... jangan takut ya, Om tidak jahat. Kamu sangat tampan, Sayang," ucap Bodyguard mengecup pipi gembul bayi itu dengan penuh kasih sayang.

"Rasanya saya ingin sekali mempunyai anak. Kasihan sekali bayi ini, Tuan Evan beserta keluarga Avalon tidak menginginkan kehadiran nya, padahal dia sangat menggemaskan," Bodyguard mulai berjalan menyusuri kamar yang luar tapi sudah kosong ini.

Sedangkan di kamar mandi, Whindy sengaja menyalakan air lalu menangis sejadi-jadinya. Wanita itu merasa sangat sedih, dan sakit hati kepada suaminya itu yang telah membuang semua barang-barang dan keperluan anaknya.

"Kenapa Mas Evan tega sekali melakukan itu, ya Allah. Anakku akan memakai apa, pakaian dan kebutuhan nya sudah di buang oleh Mas Evan," ucap Whindy sembari sesenggukan.

"Aku harus bagaimana? Apa aku harus bertahan demi anakku," lanjut Whindy.

Wanita itu terus-terusan menangis. Sedangkan Bodyguard sedang asik mengajak bayi itu mengobrol.

"Ternyata kamu suka di ajak mengobrol, Sayang. Selalu sehat ya, cepat besar, supaya bisa menjaga Mama kamu, semoga kamu juga menjadi anak yang sangat sukses, lebih sukses dari Papa mu," jelas Bodyguard itu yang masih menimang-nimang bayi itu.

"Seperti ada yang basah," gumam Bodyguard.

Dia meraba bagian pantat si bayi, dan ternyata bayi itu pipis. Bukan nya marah, Bodyguard itu justru tertawa pelan.

"Hahaha, kamu pipis, Sayang," Bodyguard mengigit pelan pipi gembul bayi itu.

"Owek... owek," bayi itu menangis

Bodyguard itu terkejut dan merasakan tubuh bayi itu bergetar. Dia langsung memeluk dan menenangkan bayi itu dengan lembut.

"Sssstttt... Sayang, jangan takut ya. Om tidak marah kok, sungguh," ucap Bodyguard.

Bayi itu langsung berhenti menangis. Pria itu semakin paham, jika bayi itu merasa ketakutan setelah mempipisi dirinya.

"Berati saat di mobil tadi dia merasa ketakutan. Apalagi nada bicara Tuan sangat kasar," gumam Bodyguard.

Ceklek.

Pintu kamar mandi terbuka, Bodyguard melihat Whindy keluar dari kamar mandi. Wanita itu mendekat ke arah pria itu.

"Maaf ya saya lama. Anda pasti merasa jijik terlalu lama menggendong anak saya," ucapan Whindy sembari tersenyum ke arah Bodyguard.

"Tidak, Nyonya. Jangan pernah berbicara seperti itu, saya tidak jijik dengan bayi menggemaskan ini, justru saya sangat senang bisa menggendong dan mengajaknya ngobrol," jelas Bodyguard itu dengan jujur.

"Syukurlah jika ada yang menyukai bayi saya. Saya kira semua orang di rumah ini membenci dan merasa jijik dengan anak saya," Whindy merasa sangat bersyukur karena ada yang menyukai buah hatinya.

"Namun saya tidak membenci nya, Nyonya. Tadi dia pipis, mungkin karena takut akan saya marahi, dia menangis, setelah saya berkata saya tidak marah kepadanya, dia langsung berhenti menangis, dia sangat menggemaskan, Nyonya, saya juga lupa meminta izin kepada anda, bahwa saya sudah berkali-kali mencium anak anda, sungguh saya tidak tahan melihat nya yang sangat menggemaskan," jelas Bodyguard itu.

"Benarkah? Terima kasih sudah mencium nya dengan penuh kasih sayang. Untuk urusan pakaian yang kena pipis anak saya, nanti saya yang akan mencucinya," jawab Whindy.

Dia merasa tidak enak kepada pria itu yang di pipisin oleh anaknya.

"Eh, jangan, Nyonya. Atau saya akan marah," tolak Bodyguard.

"Anda sangat baik. Berikan dia ke saya, jika Mas Evan mengetahui Anda di sini dan tidak melanjutkan pekerjaan anda, bisa-bisa anda di hukum," Whindy merasa takut jika suaminya mengetahui salah satu Bodyguardnya sedang bersama dirinya dan menggendong anaknya, takut di hukum juga.

"Saya izin mencium lagi, Nyonya," ucap Bodyguard itu menatap ke arah Whindy.

Wanita itu tersenyum lalu mengangguk. Bodyguard itu langsung merasa senang lalu mengecup berkali-kali kedua pipi gembul bayi itu.

"Jika kamu merasa kesepian. Kamu panggil Om saja ya, Om akan langsung datang dan mengajak kamu bermain sembari mengobrol," ucap Bodyguard itu lalu memberikan bayi itu secara perlahan kepada Whindy.

"Jika Nyonya memerlukan bantuan, Nyonya panggil saya saja ya, jangan panggil Bodyguard lain atau Pembantu, saya takutnya mereka akan melukai anak anda," jelas Bodyguard.

"Baiklah. Anda sangat baik, saya dan anak saya tidak akan melupakan kebaikan anda sampai kapanpun," jawab Whindy.

"Anda terlalu berlebihan, Nyonya. Saya hanya membantu semampu saya saja, saya permisi terlebih dahulu, barang-barang anda sudah ada di kamar anda dan Tuan Evan," Bodyguard menunduk hormat kepada Whindy.

Walaupun Whindy jauh lebih muda daripada pria itu. Tapi bagaimanapun Whindy adalah istri bos nya.

"Baiklah, lagi-lagi Terima kasih " Whindy tersenyum ke arah pria itu.

"Lagi-lagi sama-sama, Nyonya," jawab Bodyguard itu tersenyum lalu pergi.

"Sayang... kamu tidur di kamar Mama dan Papa ya. Jangan takut, Mama selalu di sisi kamu, Mama akan membelikan perlengkapan dan ayunan untuk jagoan Mama ini," Whindy tersenyum lalu keluar dari kamar.

Dia menutup pintu kamarnya kembali dan berjalan ke arah kamarnya dan sang suami.

Ceklek.

Pintu kamar di buka, Whindy masuk ke dalam lalu menutup pintunya. Dia melihat suaminya yang sedang duduk di aifa sembari memangku laptop Apple nya.

"Mas.." panggil Whindy mendekat ke arah sang suami.

"Apa?" tanya Evan tanpa melihat ke arah sang istri.

Wanita itu duduk di sebelah suaminya dan menatap sendu ke arah suaminya yang sedang sangat fokus bekerja. Sebelum berbicara, Whindy menarik nafas panjang terlebih dahulu, lalu menghembuskan nya secara perlahan, di tatap anaknya lalu di kecup pipi gembul nya itu.

Bersambung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status