“Kamu memberikan aku ijin bertemu dengan Yudi?” tanya Tania memastikan yang dijawab anggukan kepala oleh Wijaya.
Wijaya masih dapat melihat tatapan tidak percaya yang Tania berikan saat ini pada dirinya setelah mengatakan hal itu, hal yang membuat dirinya kesal dan tidak semangat dan memang tatapan Tania lebih pada meyakinkan apa yang di dengarnya dan juga reaksi Wijaya.
“Kamu yakin?” tanya Tania sekali lagi.
“Aku harus menjawab berapa kali?” Wijaya memutar bola matanya malas “Kamu ketemu sama dia makan siang.”
“Jadi ini kejutan yang kamu katakan?” tanya Tania memberikan tatapan menyelidik “Kamu nggak lagi merencanakan sesuatu kan?”
Menghembuskan nafas panjang mendengar pertanyaan yang dari tadi Tania berikan dan membuat Tari menahan senyum, Wijaya menarik Tania untuk duduk di pangkuannya yang hampir membuatnya teriak.
“Baiklah, bagaimana kalau tidak gratis?”
“Dia Rifat, salah satu pegawai kita dan seniornya Tari.” Lila memperkenalkan Rifat membuat Wijaya menatap dalam di kedua matanya.Wijaya bisa melihat bagaimana kepribadian pria muda yang ada dihadapannya, memiliki usia yang tidak beda jauh dengan anak-anaknya termasuk Tania. Membaca berkas lamaran yang ada di tangannya dengan menatap pria muda yang ada dihadapannya berkali-kali, menganggukkan kepala dengan mengalihkan pandangan kearah Lila yang langsung mengerti maksud dari kode yang diberikan.“Baik, Pak Rifat silakan ikut saya ke ruangan.” Lila mengajak Rifat keluar dari ruangan dengan Wijaya menatap kearahnya.Tidak melepaskan tatapan pada Rifat yang membuat Wijaya banyak berpikir mengenai posisi tepat untuknya, menatap Bima yang hanya diam dimana tatapan matanya tampak lelah membuat Wijaya tersenyum kecil.“Apa Via tidak memuaskan?” tembak Wijaya membuat Bima terkejut “Rifat akan menjadi saingan kamu dalam men
Kepala Wijaya hanya berisi tentang Tania, apa yang dilakukan wanita satu itu. Rapat yang dilakukan bersama yang lain membuat Wijaya tidak fokus sama sekali, ketukan pintu membuat semua menatap pada sumbernya.“Duduk, Rifat.” Lila yang bereaksi pertama kali.Wijaya hanya diam mendengarkan apa yang mereka bicarakan dengan sesekali mengecek jam serta ponselnya, tidak ada satupun panggilan yang Tania berikan atau laporan dari mereka yang mengikuti Tania. Menghembuskan nafas panjang agar bisa fokus dalam mendengarkan mereka semua, beberapa kali Wijaya mencoba menatap orang yang berbicara tapi tetap tidak berguna sama sekali.“Pak Wijaya bisa fokus? Kita membahas masalah yang benar-benar serius dan berkaitan dengan calon istri anda.” Devan menatap Wijaya datar yang membuatnya langsung tersadar.Perkataan Devan memang benar dimana mereka semua saat ini mencoba untuk menjatuhkan perusahaan keluarga Yudi dan juga mertuanya, informasi yang d
Wijaya menatap malas pada berkas yang ada dihadapannya, selama ini dirinya tidak pernah ada masalah apabila tidak berhubungan intim baik itu dengan Vita atau Helena tapi perkataan Tania membuat dirinya menjadi tidak bersemangat sama sekali. Menatap penisnya yang harus berpuasa selama beberapa hari membuat Wijaya hanya bisa membelai perlahan, setidaknya harus benar-benar bersabar.“Papa.” Wijaya tersadar dari lamunannya saat mendengar suara Tina memanggilnya “Tania nggak kesini?”Wijaya menggelengkan kepala membuat Tina mengerucutkan bibirnya “Kenapa?”“Dia janji mau ngajarin masak.” Wijaya mengerutkan keningnya “Ada menu yang aku nggak bisa jadi butuh bantuan Tania.”“Kamu suruh datang kesini aja.”“Nanti papa bawa ke kamar terus Mbak Tina nggak jadi masak malah papa yang habisin waktu sama dia.” Via datang dengan mengeluarkan kata-katanya menggoda dirinya.&
Tidak ingin menunggu waktu lama, Wijaya segera mendatangi orang tua Tania dan langsung mengatakan niatnya. Kedatangannya ke rumah orang tua Tania yang suka tiba-tiba membuat mereka selalu terkejut, ditambah keinginan Wijaya untuk menikah dengan Tania dan mengajak ke Bali melakukan program hamil.“Program hamil bisa dilakukan disini kenapa harus jauh? Program hamil ke dokter atau melakukan hubungan intim?” tembak ayah Tania membuat Wijaya tersenyum tidak enak dan itu semakin membuat ayah Tania hanya menghembuskan nafas panjang “Anda pasti tahu jika yang kalian lakukan selama ini adalah salah dengan melakukan hubungan sebelum menikah, tapi kalau kalian tidak bisa diberitahu lebih baik kalian berpisah sementara sampai pernikahan terjadi.”“Papa.” Tania menatap sang ayah tidak percaya membuat Wijaya menggenggam tangannya.“Anda tahu pastinya jika Tania hamil sebelum kalian menikah nantinya anak kalian tidak memiliki hak wari
Menatap Tania yang masih dalam suasana penuh emosi pada Wijaya, membuat dirinya hanya bisa menghembuskan nafas panjang. Usul yang Putu berikan membuat Wijaya berpikir panjang, berlian nanti akan dia bawa langsung Tania ke tempatnya hanya saja wanitanya ini sama seperti Vita yang tidak banyak gaya. “Makan dulu Bu Made sudah masakin kita ayam gulai.” Tania mendatangi Wijaya seakan tidak terjadi apapun. Wijaya menarik dan menghembuskan nafas panjang sebelum akhirnya mengikuti permintaan Tania, langkahnya terhenti saat melihat Putu dan Made duduk tidak jauh dari tempatnya biasa makan. Menatap Tania yang tampak biasa saja membuat Wijaya hanya bisa lagi-lagi mengikutinya, duduk di tempatnya biasa dengan Tania yang mengambilkan makanan untuk dirinya. “Tadi aku minta dimasukkan ini, nggak tahu kamu suka atau nggak. Sekalian aja belajar sama Bu Made secara kemampuan memasakku masih jauh.” Tania menjelaskan sambil meletakkan piring Wijaya yang sudah terisi nasi dan ber
“Dokter kandungan lagi?” tanya Tania lelah yang hanya Wijaya angguki sekilas “Harus berapa kali kesana?”“Kamu meminta aku buat nggak berbuat macam-macam pada mantan suami kamu itu jadi untuk hal ini harus menurut.” Wijaya berkata tanpa memandang Tania.Wijaya tahu jika dirinya memandang Tania bisa saja langsung membatalkan semuanya, maka dari itu mencoba tidak menatap Tania terutama kedua bola matanya. Fokus saat ini adalah menikmati hidangan yang ada dihadapannya, masakan Tania semakin lama semakin membuat dirinya ketagihan dan menyukainya.“Apa harus sekarang?” tanya Tania lagi.Wijaya mengangguk “Kamu lupa kalau hari ini adalah masa subur kamu?” kali ini memandang Tania yang tampak lelah.Melihat wajah lelah Tania membuat Wijaya teringat bagaimana mereka melakukannya tanpa henti, bahkan Wijaya meminta Putu dan Made tidak datang kerumahnya. Menghabiskan waktu bersama Tania disetiap sudu
Melihat Tania yang melakukan cek kesuburan dengan memasukkan alat pada organ intimnya membuat Wijaya hanya bisa menggenggam tangannya, dapat terasa bagaimana perjuangan seorang wanita. Selama ini bersama dengan Vita mendapatkan semuanya dengan mudah bahkan Wijaya tidak perlu melakukan hal gila macam ini, bahkan saat Helena melahirkan Via tidak tahu banyak mengenai hal ini.“Ibu sehat dan vitamin yang diberikan sudah berjalan dengan baik, kalian bisa melakukannya kapanpun. Pesannya hanya satu jika nanti sudah hamil kegiatan itu sementara berkurang agar kondisi janin dalam kandungan baik-baik saja.”“Berapa lama tidak boleh melakukan hubungan intim?’ tanya Wijaya yang mendapatkan cubitan dari Tania.“Hanya trimester pertama, bukan tidak boleh hanya dikurangi. Setelah itu bisa melakukannya terserah bapak dan ibu. Kalau saya lihat ini organ intim ibu terlalu sering digunakan dalam beberapa waktu, tapi sejauh ini tidak masalah dengan rep
Menatap Tania yang sibuk menyiapkan makanan untuk Tari bersama dengan Made, Wijaya sendiri duduk di meja makan yang bisa melihat apa saja mereka lakukan dengan laptop dan ponsel dihadapannya.“MBAK TANIA!”Wijaya membelalakkan matanya saat mendengar Tari teriak diikuti suara langkah kaki yang cepat sampai akhirnya berada didapur dengan langsung memeluk Tania erat, melihat pemandangan dihadapannya membuat Wijaya tersenyum kecil.“Papa.” Tari menatap Wijaya dengan terkejut dan melangkah kearahnya lalu memeluk erat.“Apa yang terjadi?” tanya Wijaya langsung dan dapat terlihat wajah pucat Tari.“Bawa laptop kembali ke tempatnya, kita mau menata meja makan.” Tania menghentikan apa yang Wijaya lakukan “Tari sana cuci tangan dan bawa bajumu ke kamar.”“Ya, Mbak.”Wijaya menatap tidak percaya atas apa yang dilihatnya barusan “Kamu bisa mengontrol Tari?” Tania