“Kalian benar mau menikah?” Tari menatap Wijaya dan Tania bergantian “Mbak bisa dapatin yang lebih ok daripada papa.”
Wijaya menatap tidak percaya dengan apa yang Tari katakan “Kamu mau nggak dapat restu sama duda satu itu?”
“Jangan dong, Pa.” Tari memberikan tatapan memohonnya “Tapi Mbak Vita menikah dulu baru aku.”
“Papa dulu baru kalian.”
Wijaya menatap tajam pada Tari yang akhirnya mengangkat tangan, pandangan beralih pada Tania yang hanya tersenyum membuat Wijaya mengangkat alis. Tari mendekatkan diri pada Tania seakan berlindung dari luapan emosi Wijaya, menarik dan menghembuskan nafas panjang untuk tidak terpancing dengan apa yang Tari lakukan.
“Hasil kalian di dokter kandungan bagaimana?” tanya Tari mengalihkan pembicaraan.
“Papa kamu mau buat bayi tabung tapi aku nggak mau, secara baru beberapa bulan bersama gimana bisa mikir kesana apalagi oba
Mempertimbangkan usul Tania untuk membuat jebakan pada istri Yudi, segala kemungkinan terburuk harus segera disiapkan jika memang diperlukan. Wijaya menatap Tania yang masih berada disampingnya dengan memberikan anggukan penuh keyakinan bahwa apa yang usulnya bisa dipertanggungjawabkan.“Anda tidak sedang menjebak kami?” pertanyaan Rifat membuat Wijaya menatap tajam dan langsung mengalihkan pandangan ke Tania mencari kebenaran dimatanya.Tatapan mereka bertemu dan Wijaya sangat yakin jika Tania tidak akan menjebak dirinya “Aku percaya sama dia.” Tania memberikan senyuman lebar saat Wijaya mengatakan hal seperti itu “Kalau dia menjebak kita aku yang akan bertanggung jawab.”“Jadi bagaimana?” tanya Rifat kembali membuat Wijaya mengalihkan pandangan kearahnya.“Kamu dekati wanita itu dan jebak dengan tanda tangan berkas yang sudah kita siapkan.” Wijaya memberikan tatapan dingin pada Rifat yang diang
“APA!”Kepala pusing saat tiba-tiba Vita datang ke Bali dengan keadaan tidak baik-baik saja, tidak mau bercerita dengan dirinya yang semakin membuat kepala Wijaya semakin pusing. Ingin hati bersenang-senang sebelum pernikahan dan membiarkan mereka menyelesaikan masalah sendiri tapi nyatanya mereka malah semakin membuat masalah.“Kamu sudah aku bilang bukan kalau istri kamu itu gila?” Wijaya menatap tajam pada Bima yang hanya diam “Kamu memilih Via dan itu artinya siap berkorban semua bahkan termasuk nyawa kamu sendiri.” Wijaya menatap tidak percaya “Mertua kamu bagaimana?”“Mereka hanya diam.”Mengusap wajahnya dengan kedua tangannya kasar “Pilihan kamu?”“Saya nggak bisa kalau Via bersama dengan pria lain?” Wijaya dapat melihat tatapan tegas Bima yang tidak jauh dari dirinya.“Rifat saingan kamu.”“Justru karena saingan saya dia, bag
Suara desahan dalam kamar membuat kedua insan didalamnya semakin cepat memainkan milik mereka demi mendapatkan kepuasan masing-masing, posisi yang sangat disukai Wijaya adalah Tania berada diatasnya dengan begitu mempermudah dirinya memainkan bukit kembar milik Tania yang semakin panas menggerakkan miliknya dan membuat adik kecil Wijaya semakin menyukai didalam rumahnya.“Aku mau keluar.” Tania mengerang dengan melengkungkan badannya yang tidak lama kemudian dapat terasa cairan yang keluar dari dalam.Wijaya menarik Tania bersandar pada dirinya dengan membelai punggungnya yang tanpa busana, mencium pucak kepalanya perlahan agar Tania bisa sedikit lebih tenang. Memastikan Tania sudah tenang dengan segera membalikkan posisi mereka dengan Tania berada dibawah, langsung menggerakkan miliknya didalam Tania dengan keras dan membuat Tania hanya bisa memejamkan matanya atas apa yang dilakukan Wijaya.Berbagai macam gaya mereka berdua lakukan, dengan Tania ya
Menikah tidak ada dalam benak Wijaya sama sekali, menikah kedua kalinya dan kali ini dengan wanita yang sangat dicintainya. Semesta seakan mendukung mereka berdua dengan semuanya berjalan lancar, permasalahan Tania selesai dengan cepat bahkan Tania tidak meminta harta gono gini pada Yudi. Wijaya melarangnya dan Tania sendiri menyutujuinya, bagi wanita yang sangat dicintainya harta Yudi tidak ada apa-apanya dibandingkan harta miliknya.“Lebih dalam, Sayang.” Tania meremas rambut Wijaya saat merasakan miliknya akan mencapai klimaks “Oughh..terus, Sayang.”Wijaya melumat bibir Tania lebih dalam dan seakan tidak bisa lepas dari wanita ini, gerakan didalam semakin cepat dan keras membuat Tania hanya bisa mengerang tertahan dalam ciuman yang Wijaya lakukan. Merasakan miliknya berada dalam Tania yang sudah basah dengan cairan miliknya yang semakin keras mendorong dan memasukkannya kedalam, Wijaya memejamkan matanya saat merasakan miliknya dipijat didal
Menatap tidak suka atas pemandangan yang dilihatnya saat ini, pemandangan yang membuat hatinya sakit. Tania berbicara santai dengan Rifat bahkan tertawa kecil, Wijaya sangat tahu apa yang mereka bicarakan hanya saja tetap tidak suka melihat interaksi mereka berdua.“Kamu sepertinya ada yang harus dikerjakan.” Rifat dan Tania menatap kearah Wijaya dengan tanda tanya “Rifat masih banyak yang harus dikerjakan dan segera selesaikan itu semua.”“Saya permisi dulu.” Rifat paham jika Wijaya tidak suka melihat kedekatan mereka berdua.Tania memilih duduk disamping Wijaya saat Rifat membereskan barang-barangnya, tidak lama kemudian undur diri yang tidak ditanggapi Wijaya sama sekali. Genggaman tangan yang Tania lakukan tidak memberikan dampak apapun, terlalu emosi melihat bagaimana kedekatan mereka berdua.“Cemburu?” Tania beranjak dengan duduk dipangkuan Wijaya, mencium bibirnya lembut “Kamu tahu kan kalau dia
Jantung berdetak kencang saat menatap penampilan depan cermin, bukan hal pertama yang dilakukan Wijaya selama hidupnya tapi baru ini merasakan perasaan berdebar. Meyakinkan dirinya jika semua berjalan lancar, mencoba mengingat nama Tania dengan ayahnya berkali-kali meskipun mendapatkan keringanan membawa tulisan.TOK TOK“Apa papa sudah siap?” tanya Devan yang masuk kedalam kamar “Semua sudah menunggu diluar.”Menghembuskan nafas panjang kembali sebelum mengikuti langkah Devan menuju ruang tamu, beberapa orang sudah menunggu kedatangannya. Wijaya tidak tahu jika menikah akan segugup ini, pernikahannya yang dulu tidak pernah merasakan hal seperti ini. Tidak mendapatkan Tania di tempatnya semakin membuat jantungnya berdetak kencang, menggenggam tangan ayah Tania dan mengucapkan kalimat sakral dalam satu kali tarikan nafas sampai akhirnya kata sah keluar dari mereka semua yang membuat Wijaya menghembuskan nafas panjang.Tania keluar t
Menatap tidak percaya atas apa yang Tania katakan, baru beberapa jam yang lalu mereka menikah dan sekarang Tania berkata jika dirinya menginginkan poligami. Tampaknya Tania salah paham dengan apa yang dibicarakan antara Wijaya dengan Devan, seharusnya tidak perlu membahas hal seperti itu saat pernikahan. Kalaupun Wijaya ingin poligami bisa dilakukannya sejak menikah dengan Vita, pernikahan tanpa cinta bisa saja membuat dirinya menikah dengan mencari wanita yang dicintainya, walaupun apa yang dilakukannya tetap salah dengan bermain wanita tapi setidaknya tidak menikahi mereka lalu menceraikan yang pertama.“Sayang, kita baru menikah masa mau marah begini?” mendekati Tania dengan memberikan tatapan memohon yang sayangnya tidak berdampak apapun “Kamu tega adik kecilku ini nggak bisa masuk dalam rumahnya?”“PUASA!”Membelalakkan matanya mendengar satu kata dengan penuh penekanan, tidak mungkin berpuasa disaat malam pertama mereka.
Menahan diri selama bulan madu dengan Tania yang menjadi pelampiasan saat hubungan intim, Wijaya benar-benar tidak bisa berpikir dengan jernih mengenai masalah Via. Hubungan dengan keluarga Mili atau mertua Bima tidak baik-baik saja, ditambah bantuan dari mantan mertua Tania membuat semakin tidak baik-baik.“Kamu ada masalah?” tembak Tania langsung “Aku sih nggak masalah kalau kamu melakukan hal gila saat di ranjang karena aku juga suka, tapi kalau sampai secara terus menerus dalam dua hari ini rasanya badan sakit juga.”Wijaya menatap Tania dengan tatapan menyesal “Maafkan, seharusnya aku memikirkan kamu juga.”“Ada masalah apa?” Tania membelai lembut lengan Wijaya membuatnya tidak tahu bereaksi seperti apa.Hembusan nafas terdengar dan menatap Tania untuk memastikan reaksinya nanti “Memikirkan Via saja.” Wijaya mencari jawaban aman tanpa menatap Tania sama sekali “Aku malu cerita.”