Kurasa ceritanya hampir sama dengan El Savannah. Hanya saja tempat ini bukan hancur karena ledakan. Melainkan suhu ekstrim yang pernah terjadi di Bumi ini."Bahkan tempat tinggalku yang sekarang ini nyaris tak terjamah oleh manusia. Sebab mereka memilih tinggal di kota.""Lalu setelah terjadi bencana itu, bagaimana kondisinya sekarang?"Akira hanya memejamkan matanya sejenak sambil menghembuskan napas pelan. Banyak manusia yang tak bisa bertahan hidup. Kondisinya benar-benar kacau, bahkan seluruh keluarga besar Akira tak ada yang selamat. Beruntungnya dia sudah berada di distrik N-19 ini yang jauh dari pusat kota. Efek suhu ekstrim itu tak terlalu parah disini."Ya, banyak tanaman mati. Aku bertahan hidup di bawah tanah tadi dengan persediaan makanan yang ada.""Berarti tempat ini sempat kering tidak seperti sekarang ya!""Sekarang sudah jauh lebih baik menurutku. Ah, ya nama kalian siapa?"Seperti biasa setiap berpindah tempat rasanya kami harus memperkenalkan diri pada orang disini.
"Astaga! Aku duluan yang mencobanya kalau begitu.""Hei, aku juga mau! Jangan lama-lama ya, Dova!""Nah, apa aku bilang tadi. Penampilanmu berbeda kan, Artemis!""Serenada, seberapa bedanya penampilanku sekarang?""Kau sangat... sangat... uugh! Aku tak tahu lagi, Artemis! Haruskah aku mengakui kalau kau sekarang nampak lebih TAMPAN!"Aku jadi malu mendengarnya, apalagi itu Serenada sendiri yang berbicara. Sampai kutepuk pipi ini berulang kali. Semoga saja ini bukan mimpi!Begitu penasarannya dengan penampilanku yang sekarang, aku sampai meminta ditunjukkan melalui cermin. Akira cukup mendorong badanku ke sisi kiri ruangan ini. Ternyata memang ada cermin besar disini! Wah, penampilanku total berubah. Tak pernah kusangka bisa menjadi seperti ini."Jadi, mesin itu bisa menyesuaikan mana yang cocok.""Dan bisa sesuai keinginan kita juga. Kau kan sepertinya takut kalau kumis tipismu itu menghilang. Pasti didalam tadi kau tidak minta untuk dicukur habis.""Hm... ya tapi lebih rapi. Sejujurny
"Baiklah, kita sudah sampai. Tunggu sampai sabuk pengamannya terbuka secara otomatis."Akhirnya terbuka juga sabuknya dan kami bisa turun. Aku dan kedua temanku itu takjub melihat isi pusat kota Ichi Hana di malam hari. Rasanya berbeda sekali! Disini ada banyak gedung dan tampilan iklan entah produk apa. Aku tak paham sebab masih banyak yang menggunakan bahasa asli sini."Ayo, mau sampai kapan kalian bertiga bengong disitu!""Ah, iya!"Kata siapa kalau tidak banyak manusianya justru sepi? Kota ini tetap nampak ramai, tapi ada beberapa pemandangan aneh disini. Ada satu, dua ah mungkin lebih dari itu laki-laki yang menggandeng tangan robot humanoid berpenampilan seksi. Lebih baik nanti saja kutanyakan pada Akira."Saat malam hari, memang ada banyak yang datang dari distrik mana saja untuk sekedar makan malam.""Lalu saat siang hari?""Ah, tidak banyak! Sebab disini rasanya panas! Hanya beberapa yang berani keluar saat siang hari itu juga langsung masuk ke dalam gedung. Berbeda saat malam
"Huh! Sayangnya kau tidak punya tempat tinggal di pusat kota ya, Akira.""Dulu ada, tapi aku menyerahkan kembali pada pemerintah. Semua keluargaku meninggal disana dan tak ada yang tersisa kecuali aku. Lagipula aku tinggal di distrik N-19, jadi untuk apa mempertahankan tempat tinggal keluargaku dulu?"Aku menyodok pinggang Dova dan dia membalasnya lagi. Duh, untuk apa sih mau tinggal di pusat kota? Seharusnya dia bersyukur sudah bisa tinggal di rumah Akira daripada harus tetap tidur di SKYLAR."Ah, Nanako....""Kau suka padanya, Dova? Ternyata itu alasanmu mau tinggal di pusat kota.""Memang kenapa, Artemis? Apa manusia buatan sepertiku tak boleh mengenal cinta?"Mulai lagi dia menyebut tentang asal mula dirinya sebagai manusia buatan. Aku benci itu! Semua manusia sama, mau dia terlahir dari mesin atau rahim asli."Tapi, Nanako itu aslinya sudah berumur empat puluh tahun loh!""Hah? Kau tidak sedang bercanda bukan, Akira?""Tidak! Lalu kalian kira aku masih berumur berapa?""Biar aku y
Panasnya pusat kota Ichi Hana memang luar biasa! Rasanya seluruh tubuhku ini telah basah oleh keringat. Aku sudah berganti memakai pakaian lama. Mana itu bahannya tebal tidak seperti kemeja yang kemarin."Sepertinya kau butuh minuman dingin, Artemis!""Ya, itu pasti!""Kau juga sih! Kenapa mengganti pakaian dengan yang lama?""Entahlah, rasanya aku jadi orang yang berbeda dengan memakai kemeja putih berbahan tipis itu.""Padahal menurutku, kau lebih tampan dengan kemeja biasa.""Ulangi kata-katamu sekali lagi, Serenada!""Eh, tidak jadi deh!""Hahaha... kalian ini memang asli berpacaran ya!""Tidak, enak saja!"Aku dan Serenada menutup mulut masing-masing. Kenapa bisa bersamaan begini saat menanggapi kata-kata Akira tadi? Tapi tunggu sebentar! Serenada tadi bilang lagi kalau aku lebih tampan dengan kemeja biasa. Kulihat wajahnya kini nampak memerah malu."Oh ya, Akira! Kenapa tempat ini diberi nama Ichi Hana?""Ada satu pohon Sakura yang tak pernah gugur daunnya. Bunganya pun juga ada
"Dova kau mau ikut?""Kemana dulu, Artemis?""Ke Hutan Tanpa Nama bersama Akira. Katanya mau mengajak kita ke guru beladirinya, dia menyebutnya Sensei Hachiro.""Aku tidak tertarik! Kecuali kalian mau ke pusat kota lagi.""Kita akan ke pusat kota saat tahun baru 2051 nanti!"Dova melipat tangannya diatas dada, dia berpikir cukup lama. Beberapa kali aku meliriknya sambil menyiapkan Pentarec. Serenada yang paling bersemangat hari ini, dia tak sabar ingin belajar ilmu beladiri. Pada akhirnya Dova mengangguk sambil tersenyum juga."Yes! Ayo bersiaplah, Dova!""Kalian mau pakai alat itu?""Ya, memangnya kenapa?""Sst... mari kuberitahu satu rahasia di distrik ini!"Akira mengajak kami keluar, lalu meminta kami meninggalkan Pentarec di rumahnya. Dia hanya diam diatas jalanan depan rumah ini. Nah, lalu apa istimewanya?"Jalanan di distrik N-19 ini dibuat spesial! Kita cukup berdiri disini saja, gerakkan kaki kalian seperti meluncur dengan sepatu roda.""Bagaimana kalau nanti kami terjatuh?""
Memang berlatih ilmu baru tidak bisa cepat. Aku, Akira dan Serenada yang akhirnya datang kemari. Rupanya Akira sudah lebih mahir dalam melakukan gerakan beladiri. Latihannya jelas berbeda dengan Serenada yang baru saja diajari oleh Sensei Hachiro.Sebelum aku berlatih meditasi, berulang kali melihat Akira berlatih dengan sasaran. Seolah tubuh pendeknya tak ada artinya bila sudah mengeluarkan jurus apapun. Tak bisa kubayangkan andai kena pukulan ataupun tendangannya mungkin aku sudah terpental cukup jauh."Baiklah, sudah cukup! Kita istirahat dulu."Aku mendengar suara itu namun rasanya mata ini masih ingin terpejam melanjutkan latihan meditasi. Sampai akhirnya satu tepukan dipundakku menyadarkanku."Ah, bagaimana rasanya setelah kau berlatih meditasi?""Ya, aku merasa bisa jauh lebih tenang."Hachiro masih terus menuangkan teko berisi teh ke gelas yang lain. Sesekali melihatku sambil sedikit menaikkan alisnya. Dia mulai memberikan gelas teh tadi pada kami."Lakukan itu juga dimanapun k
"Artemis, sudahlah!"Serenada sedikit mendorong tubuhku agar ia lepas dari pelukanku. Aku baru tersadar ini masih di rumah Hachiro. Uuh... rupanya Hachiro dan Akira melihatku sambil tersenyum. Rasanya jadi malu!"Maafkan aku... aku...."Kulihat lantai kayu disini rusak total. Aku siap bertanggung jawab untuk membantu membetulkannya. Meski sebenarnya juga tak bisa sih memperbaikinya. Kalau diajari nanti juga bisa. Lagipula mau bayar pun aku tak punya uangnya. Hachiro hanya tersenyum padaku dan memintaku juga Serenada untuk berdiri."Tidak perlu kau menggantinya, Artemis! Aku tahu kau pasti masih merasa tidak enak dengan kerusakan yang kau buat. Setidaknya aku sudah tahu dimana letak kekuatanmu yang sebenarnya dan mari kita bicara santai didekat taman lagi."Kami semua berjalan lagi menuju ke tempat awal, Hachiro menuangkan teh digelasku dan meminta agar aku meminumnya. Katanya agar aku lebih tenang."Katakan padaku, Artemis. Apa yang kau rasakan saat kekuatan itu keluar dari dalam dirim