Tak pernah kutahu lagi bagaimana kondisi diluar sana. Menurut kabar dari Rex dan Rou, mereka yang mati dalam penyerangan kemarin telah dikuburkan. Aku tak bisa pergi dari rumah Kalhuaros, tubuhku masih sangat lemah. Sekalinya berjalan pun hanya sampai ke toilet lalu kembali lagi ke kamar."Kekuatanmu masih belum terkendali, Artemis.""Apa ayahku dulu seperti itu juga, Kalhuaros?""Tidak juga! Dia masih bisa mengendalikannya, kurasa ini ada hubungannya dengan perkataan Max waktu itu."Menghalangi kekuatanku dengan cara apa? Otakku masih belum bisa menangkap maksudnya. Kalhuaros tak memintaku untuk memikirkan hal itu. Hanya menyuruhku untuk istirahat kembali. Sebenarnya aku bosan berada di kamar ini. Tapi untuk bergerak saja, rasanya lemas sekali dan berulang kali nyaris terjatuh."Halo, Artemis! Bagaimana kondisi badanmu?""Sudah lebih baik, Zandila!"Kalhuaros menyuruhnya untuk pergi lagi dan meninggalkan saja apa yang dia bawa. Namun laki-laki bertubuh tegap dan besar itu tak mau. Dia
"Aku tidak bisa memberikan lebih untuk pesawat SKYLAR ini, setidaknya sudah ada beberapa penambahan untuk sistem operasinya. Oh ya, aku juga baru tahu kalau ternyata ini bisa digunakan untuk menyelam juga!""Kalau untuk berjalan di darat saja, seperti kendaraan jaman dulu menggunakan roda bagaimana?""Tidak ada roda disini! Fungsi itu juga tak kutemukan sama sekali. Hanya bisa untuk terbang dan menyelam di kedalaman dengan batas tertentu."Aku hanya mengangguk saja mendengar penjelasan Dova. Berarti untuk ukuran jaman dulu, pesawat ini sudah terhitung canggih. Sebenarnya yang membuatku takjub adalah benda ini masih utuh meski sudah puluhan tahun lamanya."Sistem AI-nya sudah kuperbaharui. Selain itu ada mode perintah suara, tapi kendali manual tetap bisa digunakan.""Kecepatannya tetap lambat ya! Karena hanya mengandalkan energi dari panel surya saja.""Yaa... seperti layaknya pesawat komersil jaman dulu. Tapi aku sudah menambahkan mode Warp. Cara kerjanya sama seperti alat Black Hole
Aku masih memikirkan kata-kata Kalhuaros. Malam ini sebenarnya adalah waktu yang tepat. Novan dan Dova sudah tertidur saat aku keluar rumah tadi. Hanya ada aku dan Serenada di tempat yang sama seperti dulu."Aku minta maaf kalau selama ini selalu jadi laki-laki yang kurang peka padamu, Serenada.""Huh! Akhirnya kau mau mengakuinya juga, Artemis.""Kenapa jawabanmu begitu, bisa lebih lembut sedikit nadanya?""Akhirnya kau mau mengakuinya juga, Artemis.""Kenapa sekarang jadi seperti ada slow motionnya begitu? Aku jijik!""Lalu aku harus bagaimana sih? Ini sudah asli dari dulu aku juga begitu!"Ya, sudahlah! Susah meminta Serenada agar dia bisa lebih lembut sedikit seperti perempuan lainnya. Eh, dia malah kesal sekarang. Kedua tangannya dilipat diatas dadanya."Terus maunya aku harus bagaimana sekarang?"Kata-kata Serenada yang satu ini membuat moodku jadi hilang untuk mengatakan hal itu. Rasanya kedua kakiku ingin melangkah pergi saja dari sini. Untungnya bisa aku tahan supaya tetap ber
Novan sudah memutuskan dia tidak akan ikut. Kurasa dia sudah nyaman berada disini. Mungkin juga Vaxia menjadi alasan kuatnya untuk menetap disini selamanya. Robot pribadiku W115 tentu saja ikut kubawa. Dia penting untuk ditempatkan dalam bagian dapur. Rex dan Rou sudah pernah bilang tak akan mau ikut, karena ini adalah tanah kelahiran mereka. Bagaimana dengan Zandila?"Kurasa aku juga tidak bisa, Artemis! Janjiku seumur hidup akan menjaga Kalhuaros karena dia sudah berjasa mengobati ibuku dulu.""Tidak masalah, Zandila! Aku hanya menawarkan saja.""Berjanjilah padaku, Artemis! Jaga baik-baik Serenada, jangan sampai ayahku bisa mendapatkannya lagi!"Aku mengangguk dengan mantap padanya. Zandila menepuk pundakku untuk terakhir kalinya. Baru ia pergi meninggalkanku sambil melambaikan tangannya, entah dia mau kemana. Rex menghampiriku sebelum naik ke SKYLAR."Hei, Artemis! Mungkin kau belum tahu bahwa ada air yang rasanya asin dan itu berasal dari tempat bernama laut. Jika kau butuh air be
"Astaga! Tempat apa ini, Dova?""Menurut peta satelit inilah lokasi El Savannah. Tapi aku tidak lihat apapun disini. Hanya ada tempat kosong, sebentar aku cari tahu dulu. Ah, ini namanya padang pasir!""Jadi, semua yang ada disini adalah pasir?"Baru kali ini aku tahu di Bumi ada hamparan pasir luas. Tak pernah kupelajari sebelumnya didalam Dome. Kami bingung mau mengarah kemana karena semua yang ada disini rasanya sama saja!"Lihat, ada sesuatu didepan sana!"Aku mengarahkan SKYLAR agar terus melaju ke depan, tapi tak menemukan apapun. Rasanya kesal dengan Serenada yang sudah berkata begitu."Kau padahal baru saja makan, apa sekarang matamu butuh kacamata?""Aku melihat pantulan sesuatu, Artemis! Ayolah, mataku masih normal!""Sepertinya Artemis yang butuh makan dulu. Sudah, ambil saja makananmu tadi yang kau simpan.""Lalu kendalinya bagaimana?""SKYLAR, aktifkan kendali otomatis!""SISTEM KENDALI OTOMATIS DIAKTIFKAN!"Akhirnya bisa makan juga! Memang rasanya buatku kesal kalau belum
Aku tadi mendengar suara Serenada dan berhasil menghentikan gerakan tubuhku. Setelahnya semua menjadi gelap. Kini aku bisa mendengar suara lagi, tapi mataku masih samar digunakan untuk melihat. Apa aku pingsan lagi? Tapi sekarang ada dimana?"Artemis sudah sadar!"Dova, ya itu suaranya. Lalu kudengar lagi suara Serenada. Tapi mataku masih samar untuk melihat keduanya. Bentuk mereka aneh seperti meliuk-liuk tak jelas."Aku ada dimana, Dova?""Kau sedang ada di tempat seorang healer. Katanya dia bisa menangani tubuhmu dulu.""Aku tidak bisa menggerakkan tubuhku....""Terjadi lagi, sepertinya setiap kekuatan itu mengambil alih kesadaranmu tubuhmu jadi kaku semua.""Hei, tenanglah semua! Tolong kalian keluar sebentar, aku akan menangani anak muda ini. Bagaimana kondisimu?""Mataku masih belum bisa melihat dengan jelas. Kau siapa?""Aku adalah healer disini yang akan membantu mengobatimu. Namaku adalah Shadi. Biar kualirkan energiku padamu."Tak paham apa yang dia lakukan, hanya membuat tan
"Emilia istriku! Aku pulaang...!""Kau bawa satu orang lagi, Suamiku?""Ya, dia masih teman dari dua orang tadi."Dova langsung melambaikan tangannya saat melihatku. Dia memasukkan sejenis makanan ringan ke dalam mulutnya, nampak pipinya menggembul. Serenada langsung memanggilku agar ikut bergabung bersamanya di meja makan. Dia juga sedang asik memilih dari sekian banyak makanan yang dihidangkan."Kau pasti lapar, Artemis! Makanlah dulu ya! Dua temanmu itu sudah makan duluan."Aku hanya membalasnya dengan anggukan dan langsung bergabung dengan mereka. Emilia, istri dari Abdullah itu menawarkanku hendak minum apa. Tentu saja apalagi kalau bukan kopi hitam. Emilia hanya tersenyum lembut dan kembali sibuk di dapur."Nah, kalian bertiga makanlah yang banyak ya!""Terima kasih!""Tapi, Abdullah apa ini tidak berlebihan?""Ah, tidak! Kami memiliki budaya untuk menyambut tamu dengan baik. Lagipula ini adalah bentuk permintaan maafku untuk kalian juga."Makanan yang disajikan begitu banyak sam
Abdullah menawarkanku apakah mau menghisap shisha? Ya, masih metode merokok juga menggunakan semacam pipa air dengan ruang asap, mangkuk, pipa dan selang. Ternyata metode ini sudah ada sejak lama dan terus dipertahankan oleh orang-orang di El Savannah hingga tahun 2050."Aku tidak merokok, Abdullah.""Oh, baiklah! Tidak masalah, Artemis. Sebenarnya aku masih penasaran dengan kekuatanmu yang luar biasa hebat itu."Sebenarnya aku agak malu disebut begitu. Bagaimana aku menjelaskan hal itu padanya. Padahal saat melawannya, aku dalam kondisi tak dapat mengendalikan badanku sendiri."Aku malah masih bersalah dengan temanmu yang sempat kulempar sampai menabrak dinding Dome itu.""Oh, Khamed maksudmu? Dia sama kuatnya denganku. Jangan selalu merasa seperti itu, Artemis. Khamed juga sudah membaik kondisinya.""Kekuatan itu juga baru kusadari ada dalam tubuhku. Rupanya itu juga dimiliki oleh ayahku.""Tunggu! Jadi, selama ini kau tak hidup dengan ayahmu si Alexander itu?"Hanya gelengan kepala