ANTARA AKU, SUAMI DAN MADUKU – 31“Ya tapi kenapa, Bram? Maksut mama kenapa kamu tinggal dia di rumah, sementara kamu membawa istri pertama kamu. Wajar dong jika memang Alysa sering merasa kesal dan cemburu. Kamu ini benar – benar tidak adil, Bram?!”“Tidak adil yang bagaimana, Ma?” sahut Bram mencoba menanggapi.Pembicaraan mereka yang semula maasih terbilang santai, kini mulai terasa panas dan penuh dengan penekanan. Bagi yang tidak terlibat, mereka hanya diam dan memikirkan penilaian mereka masing – masing.Terlebih bagi Esha, ingin sekali Esha masuk dan menyela pembicaraan mama mertuanya dengan Bram. namun Esha sadar bahwa kehadirannya bahkan tak pernah di lihat sedikit pun oleh Lidya. Maka sekalipun ia berbicara, Lidya tidak akan pernah mendengarkannya.Dan justru, dengan begitu bukannya pembelaan yang akan ia dapatkan melainkan hanya akan membuat dirinya malu dengan sendirinya di hadapan keluarga Bram. “Yah … seharusnya kamu bisa bersikap adil, begitu lo. Kamu tahu, mama sangat
Antara aku suami dan maduku – 33“Bagaimana kalau ini tidak berhasil, Esha?” ujar Bram yang kini sudah lengkap mengenakan pakaian sebagai seorang pasien sebuah rumah sakit.Esha menarik sudut bibirnya dengan teratur, menciptakan senyum yang terlukis indah di wajah mungilnya. Tangannya pun tak tinggal diam, Esha berusaha menepuk bahu Bram dengan lembut.“Nggak akan terjadi apa – apa, tenang saja. Dan semua akan berjalan dengan lancar, jangan khawatir…” sanggah Esha dengan suara yang begitu lirih.Masih dengan tatapan yang hangat dari seorang Esha, rupanya Bram tak puas hanya mendapatkan sebuah sentuhan tangan saja. Bram secara spontan menarik tubuh Esha dan mendekapnya dengan begitu erat. “Aku … jujur saja aku tidak yakin kalau ini berhasil. Aku ragu …” pekik Bram dengan getar suaranya. Esha yang masih terkejut dengan pelukan dari Bram, tidak berusaha untuk mengelak sama sekali. “Kamu bisa percaya padaku kalau kamu ragu.”Bram lantas melepaskan dekapannya. “Kau tahu usiaku kan? Apa ka
Antara Aku, Suami, dan Maduku – 34Sepanjang perjalanan pulang, Esha terus saja memikirkan bagaimana keberlangsungan hubungannya saat ini. dari awal Esha mengambil keputusan untuk menghubungi dokter Luis tidak lain dan tidak bukan hanyalah karena rasa simpati dan kasihan yang ia punya untuk suaminya, tidak lebih dari itu.Esha masih tidak habis pikir, mengapa Bram tidak mau melakukan operasi. Bahkan, Esha bisa mengambil kesimpulan, bisa jadi cerita yang Bram bagikan kepada dirinya, juga orang tuanya adalah karangan semata?‘Apa jangan – jangan … sebenarnya memang mas Bram sendiri yang enggan untuk mengobati kelainannya? Tetapi kenapa ia justru melampiaskan kesalahannya seolah – olah papa dan mamanya lah yang salah dan tak mau mendengarkan penderitaannya selama ini?’ gumam Esha sembari mengemudikan mobilnya.Pandangan Esha memang lurus ke depan, tapi dari pandangan itu nampak kosong. Esha, sudah terbiasa menjadi wanita yang hidup dan bertahan seorang diri, memikirkan dan memecahkan mas
ANTARA AKU, SUAMI, DAN MADUKU – 35Yang ada di dalam pikiran Bram, ‘Memangnya kalau aku menjalani operasi ini dan aku melakukan terapi seperti permintaan mereka, aku bisa sembuh total begitu? Aku bahkan tidak yakin ini akan berhasil ...’ Bram membatin dalam dirinya. “Sudah, lakukan saja Mas … kamu mau menyenangkan aku kan? Mau sampai kapan kita begini terus. Aku kan juga butuh belaian dan kasih sayang dari kamu, Mas.” Alysa tetap bersikukuh pada argumennya bahwa Bram harus sembuh dengan dalih kebutuhan biologisnya.Padahal, kalau Alysa … dia bisa mendapatkan laki – laki perkasa dan gagah yang jauh lebih muda daripada Bram. alysa hanya bersandiwara di depan mereka semua. Alysa bertahan pada perniakahan ini hanya dengan satu alasan, yakni harta. Sejauh satu sampai dua tahun pernikahannya bersama Bram, ia sudah mendapatkan rumah yang ia inginkan. Masih banyak yang Alysa inginkan dari keluarga Prawiryo melalui Bram, termasuk perusahaan yang kini telah menjadi atas nama Esha.‘Aku bahkan
Antara Aku, SUAMI, DAN MADUKU – 36‘Kok seperti ada yang aneh ya dengan Bram. Apa jangan – jangan Bram masih mencari pelampiasan untuk kebutuhan biologisnya? Tapi … sepertinya tidak mungkin…’ batin mama Lidya dengan ekspresi wajah yang sulit untuk di jelaskan.Mama Lidya yang semula nampak kesal, kini justru merasa heran dan bertanya – tanya kala mendengar tanggapan Bram bahwa ia merasa terganggu dengan kehadiran Alysa. Dan sepertinya … bukan karena sikap Alysa yang membuat Bram jengkel, namun karena kehadiran Alsya lantas membuat Esha bersikap jauh berbeda dari sebelumnya.“Mama kenapa ngeliatin aku segitunya? Ada yang salah? Pokoknya ya Ma … aku tidak akan menjalani operasi itu. Jangankan atas permintaan mama, aku bahkan tidak bisa mengabulkan keinginan Esha atas itu.” Bram mengangkat kedua alisnya dengan sempurna, menunggu jawaban yang keluar dari mama Lidya.“Mama masih nggak ngerti dengan sikap kamu ini. sekarang, kamu jawab dulu pertanyaan dari mama. Apa kamu …..”Bram mengernyi
Antara Aku, Suami, dan Maduku – 37Bram sampai harus berjalan ke segala arah, menyusuri setiap lini tempat di sekitar lokasi jatuhnya pot bunga tersebut. Meski tak jauh, Bram cukup teliti untuk melihat setiap sudut lokasi di dekat tempat tersebut.‘Haish! Siapa sih! berani sekali dia. Apa ini ulah Alysa? Tapi, kalaupun Alysa untuk apa ia harus bersembunyi?’ Padahal Alysa bisa saja datang dan langsung menyela pembicaraan Bram dengan mama Lidya. Hampir berselang lima sampai tujuh menit Bram mencari dengan begitu teliti setiap inci bagian dari lokasi yang mungkin dilalui oleh si pelaku yang mungkin mendengar isi dari pembicaraan dirinya dan mama Lidya, namun sayangnya Bram tidak bisa mendapati bukti satu pun.Sehingga, Bram benar – benar tidak bisa bertahan lebih lama. Ia juga tak bisa melangkah lebih jauh untuk berjalan. Yang paling penting, Bram benar – benar tidak bisa menerima jika itu memang benar Alysa.Sampai kemudian Bram terus saja mencoba mencari dimana keberasaan orang terse
ANTARA AKU, SUAMI, DAN MADUKU – 38‘Aduh, kemana sih mama … kenapa juga perempuan ini terus saja mengikuti aku sih?’Bram hanya bisa membatin pada hatinya sendiri kala ia melirik ke arah Alysa. Jujur saja, Bram sama sekali tidak suka dengan sikap Alysa yang memang cenderung agresif dan terlalu ingin tahu akan sesuatu. Namun Bram juga tak bisa berbuat banyak. Terlalu malas baginya untuk meladeni sikap Alysa, atau bahkan mendebat dan melarangnya. Sehingga, sering kali bahwa sejak awal kali Alysa hadir di dalam hidup Bram dan Esha, mereka berdua lebih memilih untuk membiarkan saja apa yang Alysa inginkan, apapun itu selagi mereka bisa mengabulkan jika masih berada pada batas wajar.“Mas!? kamu kenapa malah bengong begitu, sih? dimana mama? Apa maksut ucapan kamu?” tanya Alysa sekali lagi. Bram ragu jika apa yang sedang Alysa lakukan adalah bentuk dari rasa simpati dan juga rasa perhatiannya pada mama Lidya. Bram berpikir bahwa bisa saja ini adalah settingan yang sengaja dibuat oleh Aly
Antara Aku, Suami, dan Maduku – 39“Sekarang lebih baik kamu jujur, Mas. Ini sebenarnya ada apa sih, ada apa dan apa yang terjadi dengan mama?” tukas Alysa dengan ekspresi wajah yang sangat penasaran. “Mas!? jawab aku? jangan biarkan aku seperti orang bodoh yang tidak tahu apa – apa. Bagaimana mungkin perawat itu sampai bersikap dingin dan acuh begitu tahu bahwa kamu anaknya? Pasti ada sesuatu kan, Mas?” Alysa terus saja mendesak Bram untuk bicara. Perasaan geram dan kesal yang menyelimuti hati dan pikiran Alysa membuatnya terus saja merengek bahkan menarih bahu Bram, suaminya.“Tidak, tidak ada sesuatu yang parah. Toh mama juga pasti baik – baik saja kok,” balas Bram cuek. Nada bicaranya juga tak kalah keras dengan cara bicara Alysa.“Baik – baik saja gimana sih, Mas? dokter bahkan belum katakan apapun.”Bram melipat bibirnya seperti sedang berpikir. Ia lantas meletakkan tangan kirinya di pinggang dengan postur tubuh yang kini mulai menghadap ke arah Alysa.“Alysa, dengarkan aku …