"Baik, Bos." Pasha melirik Selena dengan pandangan yang rumit.Markus melepaskan Selena, "Silakan, Dokter Siska."Selena melihat ke arah para penjaga keamanan berpakaian hitam yang mengelilinginya. Peluang dia bisa lolos dari kepungan itu adalah nol.Markus sama sekali tidak memberinya pilihan lain, Selena dipaksa masuk ke dalam mobil.Markus membungkuk dan duduk di sampingnya. Melihat ekspresinya yang tegang, Markus tersenyum lembut, "Kenapa, takut aku akan memakanmu?"Selena menyandarkan tubuhnya sejauh mungkin ke pintu mobil, berusaha menjaga jarak dengan Markus.Tapi luas mobil juga terbatas, dia bisa bersembunyi di mana?Ketika dia naik gunung tadi, karena pakaiannya tidak mempunyai saku, dia hanya membawa kunci mobil kecil dan meninggalkan ponselnya di dalam mobil. Dia sama sekali tidak menyangka akan bertemu dengan Markus.Selena menghibur dirinya sendiri, sekarang dia adalah cucu perempuan dari Rudy Farrell. Markus pasti tidak akan melakukan sesuatu yang keterlaluan di wilayah
Ketiga orang di dalam mobil juga terkejut dengan perubahan yang tiba-tiba ini. Jika bukan karena kaca anti peluru, Selena pasti sudah mati sekarang!"Awas!"Peluru itu adalah peluru penembus perisai baja, tidak cukup untuk menembus kaca. Seperti laba-laba yang tertanam di dalam kaca, di sekitar peluru terbentuk retakan-retakan yang membentuk lingkaran.Diikuti dengan peluru kedua dan ketiga.Hingga kaca tidak dapat menahan lagi dan pecah dengan suara 'bam', Markus bereaksi dengan cepat. Pada saat peluru pertama tertahan di kaca, Markus dengan cepat menarik Selena ke atas pijakan kaki, dan dia menggunakan tubuhnya untuk menahan dan melindungi tubuh Selena.Peluru terus menerus menghantam dari kedua sisi jendela mobil sampai menembus.Bahkan pintu mobil juga berdentum-dentum seperti kacang yang dilempar ke dalam piring, menghasilkan suara yang nyaring dan ribut.Pedro menjaga mobil tetap stabil, "Bos, hati-hati!"Markus menunduk dan menatap Selena yang ada di bawahnya. Dia awalnya mengir
Suara tembakan di luar berhenti, Selena memiliki firasat buruk.Pihak lain datang dengan tekad yang bulat untuk menghabisi targetnya, jadi tidak mungkin si pelaku tidak memperhitungkan adanya kaca anti peluru ini.Kalau dia sendiri yang ingin membunuh seseorang, apa langkah selanjutnya yang akan dia lakukan?Selena memandangi angin dingin yang berdesing di celah dan langsung tahu."Markus, tutup jendelanya," Selena mengingatkan dengan mengerutkan keningnya."Jangan khawatir, orang-orangku bukan orang sembarangan. Kalau ada yang ingin membunuh dengan sekali tembak, pasti tidak akan menggunakan penembak jitu dari jarak jauh, sedangkan kesempatan untuk menyerang dari jarak dekat hanya ada beberapa detik saja."Markus mengangkat kepalanya dan melihat kaca anti peluru yang pecah di kedua sisi, senyum kemenangan terukir di wajahnya."Dia baru saja menggunakan kesempatan itu."Pihak lawan belum sempat melemparkan peledak lagi, konvoi pengawal Markus sudah memblokir jalan di kedua sisi mobil,
George belum pernah sedilema ini. Meskipun kesempatan emas sudah terpampang di depan matanya, tapi dia tahu jika dia melemparkan granatnya, Selena akan mati.George teringat akan momen-momen bersama Selena. Selena sendiri pun sudah menganggapnya sebagai kakaknya sendiri.Saat George sedang dilanda keraguan, pengawal Markus datang mengejar dan menembakkan pelurunya.Selena melihat peluru yang melesat ke arah George dengan mata terbelalak. "Jangan!" teriaknya.Namun dia tidak bisa melakukan apa-apa untuk menghentikannya. Dia hanya bisa menatap George yang tertembak dan jatuh menghantam tanah dengan keras, sementara sopir terus melaju tanpa henti.Angin dingin pun menerpa wajah Selena yang berlinang air mata.Kenapa bisa sampai seperti ini?Kalau Selena tidak di mobil, George mungkin sudah membunuh Markus sekarang. Bukannya malah terbunuh karena melihat dirinya.Beberapa tahun yang lalu, ketika dia mengajukan diri untuk bergabung dengan kelompok gangster X, George pernah berkata, "Kesalah
Pedro menginjak pedal gas dengan kuat, Markus pun menyalip Harvey. Selena sama sekali tidak tahu apa yang dilihat oleh Harvey tadi.Selena mendorong Markus dengan sekuat tenaga, "Jaga sikapmu, Markus."Markus kemudian menarik pergelangan tangan Selena, "Dokter Selena, ingat baik-baik. Kamu duluan yang mulai menggodaku. Sekarang kamu menyuruhku untuk menjaga sikapku? Sudah telat."Angin dingin menyapu rambut Selena. Matanya yang gelap terlihat basah, dan penampilannya membuat hati Markus tergerak. Markus pun perlahan mengangkat tangannya untuk mengusap wajahnya."Lepasin dia!" perintah Harvey sambil menatap Markus dengan dingin."Harvey."Dengan ekspresi tidak senang, Markus pun memerintahkan, "Dahului dia!"Harvey juga ikut memerintahkan, "Kejar mereka."Kelihatannya kehadiran George tadi hanyalah sebuah insiden kecil. Kedua pria itu sepertinya lebih fokus pada Selena.Kedua kaki Pedro dan Chandra seperti hampir mengeluarkan percikan api.Setelah kejar-kejaran itu, mobil mereka pun akh
Selena menggeleng, "Dia memang gak berani bertindak sembrono di Kota Arama, tapi ..."Kalau dipikir lagi, Markus membiarkannya tadi. Andai kata kejadiannya itu dulu, dia pasti sudah dibunuh sedari awal.Selena sudah memukul dan mencakarnya. Bahkan saat Markus tahu orang yang mencoba membunuhnya punya hubungan dengan Selena, dia malah berpura-pura seolah-olah tak ada yang terjadi.Aneh sekali. Ini berbeda sekali dengan diri Markus yang biasanya.Selena menggigit bibirnya dengan ragu, "Sepertinya dia benar-benar jatuh cinta padaku."Dulu saat di Raqqa, Markus mungkin hanya sedikit tertarik padanya. Tapi, sekarang dia jelas-jelas merasakan rasa cinta Markus padanya.Tingkat toleransi seorang pria terhadapmu tergantung pada seberapa dalam rasa cintanya padamu. Jelas sekali Markus terlalu mentolerirnya!Harvey sudah menyadarinya sejak dulu. Kalau Markus tidak punya rasa untuk Selena, dia tidak akan memastikan dulu apakah Selena membawa cincinnya sebelum meledakkan bom.Melihat wajah serius
Setelah berada di kamar, Selena masih saja memikirkan George, sementara pikiran Harvey sedang melayang entah kemana."Belum ada kabar tentang kakakku, ya?"Harvey tersentak, kemudian menatapnya, "Kamu bilang apa tadi?"Selena menggenggam erat tangan Harvey dan kembali menegaskan, "Aku gak menyukai Markus. Sedikit pun nggak."Melihat kesungguhan di mata Selena, Harvey pun mengehela napasnya, "Aku tahu, aku cuma ..."Dia hanya merasa agak khawatir. Sejak pertama kali mereka bertemu, dia sudah tahu kalau Selena adalah gadis yang baik dan sangat berbakat.Di mana pun Selena berada, dia seperti matahari kecil yang menyilaukan. Dari dulu, dia selalu ingin melindungi matahari kecil itu agar tidak ada orang lain yang dapat melihatnya.Cahaya matahari itu perlahan-lahan meredup dan berubah menjadi permata, menjadi miliknya sendiri. Sehingga setelah itu, tak ada seorang pun yang bisa melihat cahayanya lagi.Namun, permata yang sudah dia sia-siakan dan dia buang sendiri, kini kembali ke dunianya,
Transaksi senilai miliaran mungkin menarik bagi perusahaan. Namun, bagi negara, pesan di balik nilai transaksi itulah yang lebih penting.Meskipun kelihatannya ada lima negara yang kuat saling bersaing, sebenarnya mereka semua punya niat untuk menggulingkan kekuasaan negara lain. Negara Arama cenderung berusaha untuk tetap tenang dan tidak mencari masalah dengan negara lain.Namun, menjalin hubungan baik antar negara jauh lebih baik daripada berperang. Markus yang dulu ibarat seperti kutu yang menganggu dan membuat semua orang tidak nyaman dengan serangan mereka.Perdagangan adalah cara yang sering digunakan oleh dua negara untuk menjalin relasi. Jadi, kedatangan Markus kali ini mungkin bertujuan untuk membuat perdamaian.Kalau dia berhenti membuat onar, paman kedua juga tidak perlu terus-terusan berjaga di perbatasan. Dia bisa kembali untuk membantu kakek yang sudah tua. Apalagi setelah terluka tempo hari, kakeknya jadi lebih kesusahan."Gak masalah. Kalau kamu memang nggak mau melaku