Benita segera menceritakan proses penemuan anak itu dan kerutan kening Harvey semakin jelas, "Kau tidak melihat siapa pun selain dia?""Tidak, Tuan Muda sedang menangis saat ditemuka dan ada balon hidrogen di tangannya. Oh iya, dia juga terus memanggil Ibunya."Ibu?Harvest tidak pernah mau memanggil 'Mama' ke Agatha, jadi pasti orang yang dibicarakan ini bukanlah Agatha, melainkan Selena.Chandra yang telah membawa orang untuk mencari petunjuk sebelumnya juga langsung melapor sesegera mungkin, "Tuan Harvey, saya sudah memeriksa kamera pengawas. Tuan Muda dibawa pulang oleh Nona Selena, dia sengaja meletakkan Tuan Muda di jalan yang dilewati oleh Benita saat membeli sayuran agar Benita menemukannya.""Apakah ada orang lain selain dia?""Tidak ada.""Lanjutkan pencarian."Harvey semakin bingung. Apakah benar ini seperti yang dikatakan Agatha? Apa Selena sengaja menyuruh orang itu menculik Harvest?Apabila itu untuk mengancam dirinya, bagaimana bisa dia mengembalikan anak itu tanpa memin
Saat ini, Selena yang baru keluar dari terowongan bawah tanah melihat bahwa dia hanya bisa masuk dan keluar dari pusat perbelanjaan yang sedang ditutup. Harvey jelas tidak berniat untuk membiarkannya pergi.Sekarang Harvey pasti berpikir dia sedang berada di pusat perbelanjaan dan langsung menutup pusat perbelanjaan itu untuk menghalanginya.Tanpa sepengetahuan siapa pun, Selena sudah berganti baju dan pergi lewat jalan yang aman.Sesampainya di tempat yang telah disepakati dengan George, Selena pergi ke pasar terdekat dari pelabuhan untuk membeli barang-barang yang dia inginkan.Harvey mencari Selena untuk waktu yang lama dan tidak menemukan jejaknya. Harvey menahan amarahnya dan memeriksa tiap kamera pengawas yang tak diawasi hingga akhirknya menemukan Selena di persimpangan jalan.Meskipun hanya terlihat punggungnya, Harvey langsung mengenalinya, begitu juga dengan punggung pria yang berjalan di dekatnya.Harvey memukul layar itu hingga berbunyi 'Brak'.Suara monitor yang pecah itu
Dia tidak dapat melihat ekspresinya dengan jelas, tetapi dia yakin bahwa pria itu tersenyum.Setelah selesai berbicara, dia menatap Chandra dengan dingin, "Perahu cepatnya belum siap?"Dia tidak akan pernah membiarkan Selena pergi. Begitu selesai berbicara, tiba-tiba matanya menggelap dan tubuhnya ambruk.Beberapa hari ini, Harvey sama sekali tidak tidur, tidak makan, dan sedang mengalami demam tinggi, jadi tidak mengherankan jika dia pingsan.Chandra melihat perahu cepat yang semakin menjauh dan menghela napas dengan sedih.Nyonya, larilah.Perkataan Harvey terus terputar di pikirannya, bahkan setelah perahu cepat itu sudah jauh pergi, tubuhnya tetap tidak bisa terasa hangat.Dia duduk bergelung di tempatnya, seakan-akan jiwanya sudah terisap habis.George berjongkok di depannya dan menyodorokan segelas teh susu yang hanya terasa hangat sesaat, "Kalau kau takut, aku bisa mengantarmu pulang."Selena minum seteguk dan kegelapan dalam hatinya sedikit memudar karena manisnya minuman itu.
Dia akan merasa lebih baik jika tetap tinggal di pulau ini.Apa pun alasannya, dia tidak akan pergi untuk sementara waktu.Selena membuka matanya dan melihat langit berubah dari gelap menjadi terang dan dari ujung langit muncul cahaya putih. Selena pun memutuskan untuk berjalan-jalan mengelilingi pulau.Semua orang menyambut baik kehadirannya, mereka dengan antusias mengundangnya untuk sarapan di rumah mereka sendiri dan berterima kasih atas persediaan barang yang dia bawa.Yesa mendahuluinya dengan duduk di tepi laut dan melukis dengan alat-alat gambar yang dia belikan.Wajah tampan remaja itu penuh kegembiraan, "Kak Selena, bagus, 'kan?"Remaja yang tidak pernah belajar melukis secara sistematis ini memiliki aura yang tidak dimiliki orang lain. Dulu gambar hitam putihnya saja sudah cukup memukau, sekarang tambahan warna lain membuatnya semakin menarik.Selena mengangguk dengan senang hati, "Gambarmu sangat bagus."Bakat yang bagus seperti ini jika diasah lebih dalam akan membuatnya m
Sambil menggandengnya, George bergegas membawa Selena ke dalam hutan. Di sana, ada sebuah rumah pohon yang pernah dikunjungi Selena saat diajak Yesa dua hari yang lalu.Namun setelah membersihkan dedaunan, George membawanya ke markas rahasia bawah tanah.Di bawah tanah yang gelap gulita, George menyalakan lampu parafin, cahaya yang lembut pun segera menerangi seluruh markas, sementara Selena kaget saat melihat barang-barang yang ada di dalamnya."Ini semua punyamu?" tanya Selena seraya menunjuk pistol dan senjata yang tergantung di dinding.Tanpa memberikan banyak penjelasan, George hanya menjawab dengan pelan, langsung mengambil sebuah pistol kecil dan meletakkannya di tangan Selena."Kebenaran akan selalu berpihak pada orang yang tangguh. Apa pun yang akan terjadi kedepannya, kamu perlu senjata untuk melindungi diri."Saat meraba pistol yang berat itu, Selena menjadi gugup, kemudian dia menelan air liur, "Kamu memberikan ini padaku?" tanyanya.Tatapan mata di balik topeng George berk
"Benar, seperti itu, matamu harus lebih fokus. Kalau kamu nggak tega, nanti kamu yang akan terluka sendiri, pikirkan masa lalumu."Setelah menembak, lengannya terasa kaku, dia masih belum terbiasa dengan tolak balik yang begitu kuat.Walaupun tidak tepat sasaran, setidaknya masih mengenai papan target."Bagus sekali, kamu harus percaya pada dirimu sendiri kalau kamu bisa."George kembali berdiri di belakang Selena, membenarkan posturnya yang terbaik, lalu berbicara dengan lembut di telinganya, "Selena, semoga mulai hari ini kamu menjadi mataharimu sendiri, jangan bergantung dengan cahaya orang lain. Kamu dilahirkan untuk menjadi kuat, kenapa mau untuk ditindas?"Selena melihat target yang jauh itu, memikirkan seolah-olah itu adalah dirinya saat ini.Entah dari kapan dia berubah dari dirinya yang bercahaya menjadi sasaran yang selalu tunduk pada orang lain.Jangankan Harvey, dirinya sendiri saja juga sangat membenci dirinya yang seperti ini."Dor!"Peluru melesat, mengenai tepat sasara
Sebuah tubuh berotot yang telanjang terlihat enak dipandang. Kulit George agak lebih gelap daripada Harvey, berwarna sawo matang.Dengan bahu yang lebar dan pinggang yang kecil, kontur otot di dadanya terlihat sangat jelas. George sama seperti Harvey, dia juga memiliki beberapa luka di tubuhnya.Saat tetesan air mengalir di perut berotot yang terlihat jelas, gerak-gerik pria ini penuh dengan pesona maskulin yang liar.Sembari membawa jebakan ikan, pantulan sinar matahari menghasilkan cahaya yang berkilauan di permukaan laut di belakangnya. Walaupun wajahnya tidak kelihatan, dari rahang bawahnya yang kurus terlihat kebahagiaan."Panen banyak."Dengan kaki telanjang, George berjalan ke daratan. Air laut mengalir dari celana kerja yang dikenakannya, sementara otot perutnya yang bagus terlihat sangat jelas dari gerak tubuhnya.Tanpa sadar, Selena memalingkan tatapannya, "Aku mau membuat api untuk memanggang ikan," ujarnya."Hmm, aku akan membersihkan isi perutnya. Kita beruntung, ada beber
"Aduh, kamu belum tahu, ya? Dengar-dengar dua hari terakhir ini ada beberapa helikopter yang bolak-balik terbang di dekat sini, orang-orang di dalamnya semua mengenakan pakaian hitam dan kacamata hitam, seperti yang kita lihat di televisi."George yang berada di sampingnya pun merasa khawatir, pasti Harvey yang datang mencarinya.Dengan segera, dia masuk ke sebuah apotek kecil di sebelah dan membeli barang yang dibutuhkan, sementara itu, Jarren buru-buru masuk, "Kak George, gawat, helikopternya terbang, sepertinya terbang ke arah pulau kita," jelasnya.Setelah mengambil barang itu, George berkata dengan dingin, "Ayo cepat pergi, kita harus sampai lebih dulu daripada mereka."Melihat helikopter yang terbang di atas kepala mereka, Jarren menggigit akar rumput dengan kesal, "Sialan, mereka terbang jauh lebih cepat daripada berenang di laut. Baru sebentar saja sudah tertinggal jauh sekali. Kak George, kamu harus ... ," ujarnya.Sebenarnya, Jarren ingin meminta George agar melaju lebih cepa