Share

124. Peperangan I

Senopati Jatiwungu berdiri di pucuk menara bersama Aruna dan seorang prajurit yang membawa dua bendera cukup besar. Suara riuh pasukan Astagina semakin mendesak indera pendengaran mereka. Prajurit itu mengibarkan bendera dan menggerakkannya ke kedua sisi berulang kali. Pra Prajurit Dipa Kencana pun menyadari bahwa ini sebuah isyarat.

Barisan pasukan Dipa Kencana itu membelah menjadi dua bagian. Delapan puluh hasta, adalah jarak maksimal yang dibuat Atma dengan Baladhara-nya. Selebihnya serangan dari pasukan atau pun pelontar tak akan bisa dilakukan, karena dibatasi dengan jurang sampai ke dinding tanah. Prajurit Dipa Kencana pun berlindung di luar jarak itu.

“Apa Gusti yakin mereka tak akan mengenai menara ini?” tanya Senopati Jatiwungu ragu. Ia justru mengkhawatirkan keselamatan Putra Mahkota di sampingnya.

“Apa kau takut, Senopati?” ledek Aruna. “Kau tak mungkin jadi Senopati bila ilmumu masih rata-rata, bukan?”

“Sendika, Gusti!” sahut Senopati Jatiwungu dengan senyum di ujung bibir
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status