"Oke. Aku akan bicarakan masalah ini dengan Kirani. Tapi aku tidak bisa mengizinkan Kirani menemui Pak Aditomo hari ini," sahut Theo. "Kamu hubungi Pak Aditomo dan katakan kalau saat ini aku sedang sakit dan Kirani juga tidak bisa datang ke kantor kalau aku tidak masuk," tambah Theo lagi.
Theo mematikan sambungan telepon dan menunggu Wira menghubungi Aditomo. Wajahnya terus menegang karena masih tidak mengerti dengan jalan pikiran Aditomo yang menginginkan Kirani yang menangani proyek tersebut.
"Bos." Kirani berdiri di belakang Theo yang masih menunggu sambungan telepon dari Wira.
Theo terkejut ketika melihat Kirani. Ia pun berpura-pura tidak memiliki masalah dan mendudukkan Kirani di tepian ranjang. Ia menyempatkan mencium pipi Kirani dengan mesra.
Ponsel Theo kembali berdering. Tertera nama Wira di layar ponsel yang membuat Theo hendak menjauh dari Kirani untuk menerima panggilan telepon tersebut.
Bugh"Brengsek, Kamu!" Theo memukul Tomo dengan membabi buta. Lelaki itu memukul wajah Tomo dan memintir tangan lelaki yang hendak menyentuh Kirani dengan kuat sehingga Tomo berteriak kesakitan."Dengar, Pak Tomo. Aku tidak akan pernah sudi bekerja sama dengan lelaki brengsek seperti kamu!" Theo mendorong Tomo, sehingga lelaki itu tersungkur di atas meja yang berisikan banyak makanan.Orang-orang yang berada di tempat tersebut berteriak ketakutan karena Theo tidak berhenti memukuli Tomo yang tidak sempat melawan.Sedangkan Kirani masih memeluk dirinya dan bersembunyi di bawah meja. Air mata mengalir membanjiri wajahnya yang cantik. Ia terus berteriak meminta tolong sambil menutup dadanya dengan kedua tangan."Bos. Sebaiknya bawa saja Nona Kirani pergi dari sini. Biar urusan Pak Tomo saya yang menangani," ujar sopir Theo seraya menunjuk ke arah Kirani yang menangis tersedu-sedu di bawah meja.Theo mengalihkan pandangannya ke arah kolong meja dan terkejut ketika melihat Kirani yang meme
Theo terdiam sejenak. Ia menghela napas dalam-dalam sebelum menceritakan kepada Kirani tentang perilaku Kirani selama beberapa hari terakhir.Theo mulai menceritakan tentang Kirani yang mengalami trauma ketika pertama kali kancing bajunya dibuka, hingga menceritakan saat tiba-tiba ia melihat Kirani yang bersembunyi di bawah meja."Jadi luka di dada Bos ini karena gigitanku?" Tanya Kirani. Ia menatap luka-luka yang berada di dada Theo dengan perasaan iba.Theo membelai wajah Kirani dengan lembut. Ia tersenyum dan mengecup pipi Kirani dengan mesra. "Aku sudah bilang kalau luka ini tidak seberapa sakitnya jika dibandingkan dengan luka hatiku melihat kamu menderita," ujar Theo sambil mencium buku-buku tangan Kirani.Kirani meraba data Theo yang terluka. Dengan perlahan dia membuka kemeja yang Theo kenakan. "Aku akan mengobati luka ini karena ini adalah perbuatanku," ujar Kirani seraya hendak mengambil kotak P3K.Theo awalnya hendak melarang Kirani untuk membersihkan luka bekas gigitan per
"Siapa kamu?" Tomo melirik pada perempuan yang berada di hadapannya. Dia menatap perempuan itu dari ujung kaki sampai ke ujung kepala. Dia sangat yakin tidak pernah mengenal perempuan itu sebelumnya."Perkenalkan. Aku Bella, mantan istri Elvano Theo Mahendra," sahut Bella seraya mengulurkan tangannya. Perempuan itu mengulum senyum penuh makna pada Tomo.Tomo menatap tangan Bella yang terulur dihadapannya. Tak setidikit pun tergerak di hatinya untuk menyambut uluran tangan itu. Ia merasa ragu untuk berbicara dengan Bella karena tidak yakin, jika perempuan itu benar-benar seorang perempuan yang bisa dipercaya untuk bekerjasama.Bella mengerutkan kening melihat Tomo yang tak kunjung menyambut tangannya. "Aku sangat yakin kalau sebenarnya Theo memiliki hubungan khusus dengan Kirani. Sayangnya aku tidak memiliki bukti itu," ujar Bella sambil melipat kedua tangan di dada dan menatap mobil Theo yang sudah menghilang di balik tikungan jalan.Perempuan itu memutar-mutar kunci mobilnya dan men
"Sabtu ini kita jadi ke pantai kan, Bu?" Kevin bertanya kepada Kirani ketika perempuan itu sedang membuat perkedel kentang kesukaannya.Kirani menoleh dan tersenyum pada Kevin. Betapa ia merasa bahagia melihat Kevin yang sekarang terlihat begitu ceria. Berbeda dengan Kevin yang dulu belum menjalani kemoterapi."Jadi dong, Sayang" sahut Kirani dengan senyum mengembang."Horeeee! Kevin bersorak kegirangan. Bocah berwajah imut itu menghampiri Kirani dan segera mencium pipi ibunya dengan penuh cinta."Apa aku boleh mengajak Daddy?" Kevin bertanya dengan memasang wajah penuh harap.Kirani mengerutkan kening mendengar sebutan Daddy. Sejak kemarin ia memang ingin bertemu dengan sosok lelaki yang disebut Kevin sebagai sahabatnya itu."Tentu saja boleh. Tapi ada syaratnya," sahut Kirani seraya menjawil ujung hidung Kevin dengan gemas."Memang syaratnya apa?" Tanya Kevin penasaran."Kamu tidak boleh menjodohkan Ibu dengannya. Kamu juga tidak boleh mendekat-dekatkan Ibu dengannya." Kirani mengac
"Aku sudah sembuh, kok."Kirani menyahut cepat. Mimik wajahnya memperlihatkan keseriusan dan tidak ada kebohongan. "Kapan kamu sembuhnya? Beberapa minggu yang lalu kamu pingsan karena terlambat makan," ujar Theo seraya menatap tajam pada Kirani. Kirani mendekati Theo dan berdiri dengan tegak di hadapan lelaki itu. Diperlihatkannya wajah yang cerah dan senyum semanis mungkin, membuat Theo menyurutkan tatapan tajamnya. "Aku benar-benar sudah sembuh. Dan kebetulan aku pecinta makanan pedas." Kirani menatap Theo dan Wira bergantian. Ia ingin meyakinkan kedua lelaki itu, bahwa dirinya benar-benar bisa bertarung dengan Tuan Lee. Theo membelai rambut panjang Kirani dengan mesra. Ditariknya pinggang Kirani sehingga perempuan itu berada di dekatnya. Melihat Theo yang mulai hendak melancarkan aksinya, Wira pun berpamitan pada Theo untuk menyusun proposal yang nanti akan diserahkan pada pertemuan dengan Tuan Lee. "Sayang, kamu jangan cari perkara. Aku nggak mau terjadi sesuatu yang buruk pa
"Kirani. Sudahi saja makannya. Aku tidak masalah kalau perusahaan kita tidak bisa bekerja sama dengan Mister Lee," ujar Theo seraya menahan Kirani yang hendak mengambil udang keempat di hadapannya.Namun Kirani tidak menggubris perkataan Theo. Ia tetap menikmati udang tersebut sambil menahan rasa sakit di lambungnya. Sesekali ekor matanya melirik ke arah Mister Lee yang wajahnya sudah mulai berubah merah.Melihat semangat yang membara dari wajah Mister Lee, membuat Kirani semakin fokus pada makanannya. Ia mengencangkan suara musik yang ada pada headset yang menempel di telinganya, agar ia tidak mendengarkan ucapan Theo yang selalu melarangnya menyelesaikan pertarungan itu."Aku tidak sanggup lagi! Aku menyerah!" Mister Lee mengangkat kedua tangan seraya mendorong piring berisi udang yang berada di hadapannya.Lelaki bermata sipit itu menatap ke arah Kirani yang masih menikmati udang keempat dengan lahap.Theo yang melihat Mister Lee menyerah dengan mengangkat kedua tangan, juga ikut m
"Kenapa?" Kirani mengerutkan kening mendengar perkataan Theo. "Ehm, soalnya tadi dia mengatakan kalau malam ini dia berencana hendak pulang menemui anak dan istrinya." Theo menyahut sambil mengusap-usap pucuk kepala Kirani. "Sudahlah. Lagipula besok pagi-pagi mengurusi berkas-berkas karena pekerjaan sudah menunggu," tambahnya lagi. Kirani mengerucutkan bibir mendengar ucapan Theo. Padahal Ia sangat berharap bisa bertemu dengan lelaki bernama Evan yang biasa dipanggil Daddy oleh Kevin. Meskipun ia tidak tertarik untuk dekat dengan lelaki itu, Kirani tetap ingin mengenal sahabat anaknya yang sudah memberikan bantuan ketika Kevin berada di rumah sakit. "Kalau begitu pagi-pagi sekali kamu mengantarkanku pulang ke rumah." Kirani memegang tangan Theo sambil memperlihatkan deretan giginya yang putih. Theo mencubit ujung hidung Kirani dengan gemas. Lalu dikecupnya ujung hidung itu dengan penuh cinta. "Sayang, aku lebih tidak mungkin lagi mengantarkanmu pulang. Kamu tahu sendiri kan kalau
"Sayang, Apa kamu tidak mau membantuku mengurusi perusahaan? Bukannya kamu bilang ingin menjadi asisten pribadi yang bisa aku andalkan?" Theo membingkai wajah Kirani dengan kedua telapak tangannya.Dikecupnya bibir Kirani dengan lembut, disusul dengan belitan lidah di rongga mulut Kirani itu hingga perempuan itu mulai terengah-engah. "Bos." Tatapan mata Kirani begitu sembuh setelah ciuman itu terlepas begitu saja."Apa kamu tidak bisa jauh dari bibir ini? Makanya ngotot pengen aku ajak ikut ke Cina?" Theo menatap Kirani dengan senyum seolah menggoda.Tatapan Theo yang menggoda, membuat Kirani melepaskan tangan lelaki itu dari wajahnya. Ia pun memasangkan jas di tubuh Theo dan mendorong Theo agar keluar dari kamar."Ya sudah. Kalau begitu pergilah. Aku bisa kok mengurusi tugasku di sini sendirian," sahut Kirani. Didorongnya tubuh Theo sambil memeluk pinggang lelaki itu hingga mereka sudah berada di pintu utama apartemen.Theo memutar tubuhnya agar berhadapan dengan Kirani. Disisipnya