"Cukup! Bahkan sekarang kamu masih mau menyangkal. Kayaknya saya terlalu baik ke kamu waktu izinkan kamu tinggal di rumah, tapi kamu malah sakiti cucu saya. Ia hanya seorang anak kecil. Kok bisa kamu lakukan ini ke Sebastian? Kamu benar-benar wanita paling kejam!” Douglas sangat mencintai Sebastian. Melihatnya dibakar, amarahnya tak terkendali.“Saya pikir Sharon sepenuhnya nggak salah atas jatuhnya Kamu dari tangga. Kamu yang bermasalah. Kemasi tasmu segera dan keluar dari rumah!” Douglas mengeluarkan perintah pengusiran tanpa ragu-ragu.Pikiran Sally menjadi kosong sesaat, pupil matanya tiba-tiba berkontraksi dan ia dengan cepat sadar, “Nggak, kakek, aku salah. Aku akui kesalahanku. Aku seharusnya nggak menyakiti Sebastian sesukaku,” teriaknya dengan getir dan memohon.Dengan wajah dingin, Douglas berkata kepada pelayan rumah tangga yang baru saja membawa dokter, “Beri tahu pelayan di rumah untuk kemasi barang-barangnya dan buang ke depan pintu!”"Kakek!" Howard akhirnya tidak tahan
Sharon terkejut atas jawaban itu dan mengangguk. Ya, Simon juga bertanggung jawab. Sesibuk apa pun dia, jika anak itu jatuh sakit, dia tidak bisa mengabaikannya.Ia mengambil handuk untuk menyeka keringat putranya dan selalu memperhatikan suhu tubuhnya.Sebastian terbangun, membuka matanya dan melihat bahwa ayah dan ibu ada di sana dan dia merasa sangat lega.“Sebastian, gimana yang kamu rasakan? Ada yang nggak nyaman?” Sharon masih tidak tenang.Sebastian mengangguk. "Ya kurang nyaman sedikit bu." "Tangan kamu sakit nggak?" "Yang tangan aku bisa tahan bu, tapi... perut aku keroncongan dan aku tidak tahan." Kecemasan Sharon mereda seketika setelah mendengar ini. Si kecil ternyata lapar.“Aku sudah meminta koki di rumah untuk masakin bubur untuk kamu. Kamu hanya bisa makan sedikit ya untuk saat ini. Kalau luka kamu sudah sembuh dan kamu nggak demam lagi, dia akan menyiapkan makanan enak enak, oke? ”Sebastian cemberut. Ia ingin makan daging sekarang, semua jenis daging yang enak, te
Simon menginap di rumah sakit semalaman. Meskipun ia tidak bisa membantu banyak, lebih baik melakukannya daripada membiarkan Sharon merawat anak itu sendirian.Ia meminta Franky untuk mengirimkan dokumen yang harus diperiksa sehingga ia bisa bekerja di kamar sementara Sharon merawat anak itu.Seperti yang dikatakan Sebastian, Sharon menjaganya sepanjang malam. Ia menyeka keringatnya, mengganti handuknya, dan menguji suhu tubuhnya berulang kali karena takut anaknya akan demam lagi.Sebastian meminum obatnya di malam hari dan tertidur lelap. Sharon berbalik untuk melihat pria yang sedang sibuk melihat dokumen yang duduknya tidak jauh darinya.Ia bangkit dan berjalan ke arah suaminya. “Istirahat aja. Kamu akan sibuk dengan pekerjaan di kantor besok.” katanya lembut. Ini kan kamar premium. Ada extra bed dan sofa jadi dia bisa istirahat kalau lelah.Simon mengangkat kepalanya untuk mengecek Sharon. Rambutnya sedikit berantakan karena sibuk mengurus Sebastian. Cahaya lembut kamar memancarkan
Simon tidak terlihat di ruangan itu. Saat Sharon bertanya-tanya ke mana Simon pergi, seorang perawat datang untuk menyajikan sarapan bergizi mereka.“Kamu sudah bangun? Presiden Zachary menyiapkan sarapan ini untuk kalian berdua. Dia bilang ke saya untuk kasih tahu kamu ia pergi ke kantor,” kata perawat muda itu dengan ekspresi kekaguman di wajahnya.Sharon tercengang. Apa ia pergi kerja pagi-pagi sekali?Rasa hangat bergemuruh di hatinya saat ia menatap sarapan yang nampak bergizi di hadapannya.Sharon terus merawat putranya di rumah sakit sampai anaknya boleh pulang. Ketika ia kembali ke rumah keluarga Zachary, luka di tangannya sebagian besar sudah pulih. Ia merasa jauh lebih lega.Karena ada orang yang menjaga Sebastian di rumah keluarga Zachary, ia bisa pergi kerja tanpa khawatir.Begitu Sharon kembali ke kantor, rekan-rekannya menyebutkan ada direktur desain baru di departemen desain. Rupanya, ia adalah seorang pemuda tampan.Sharon tersenyum mendengar berita itu tanpa memasukkan
Howard menyeringai mengejek. “Kamu ga paham? Paman itu ga ada komentar apapun soal pernikahannya jadi kamu seharusnya segera cerai sama dia. Kamu mungkin bentar lagi dikeluarkan dari keluarga Zachary, ”katanya.Howard berhenti dan menatap Sharon dari atas ke bawah dengan tatapan menyedihkan. “Itulah kenapa lebih baik kalau kamu nggak jatuh cinta pada pamanku. Kalau nggak kamu akan hancur,” katanya.Sharon merenungkannya. Apa maksudnya Douglas akan menghalangi pernikahan mereka?“Kamu nggak perlu khawatir tentang kami. Setidaknya untuk saat ini, Direktur Zachary tidak menentang hubungan kami," kata Sharon dingin.“Yang menyebut kakek siapa? Kamu nggak kenal sama orang yang saya maksud. Ia jauh lebih kuat dari kakek. Paman saya nggak akan berani menentang kata-katanya, ”katanya.Sharon mengerutkan kening. Siapa lagi yang bisa ditakuti Simon?"Oh? Maksud kamu siapa?”“Nggak sabar ketemu ya? Jangan khawatir, saya pastikan kamu akan bisa ketemu dia secepat mungkin. Dialah yang memegang semu
Itu keputusan yang tidak baik, kan? Gimana kalau karyawan lain tau?Meski demikian, Simon tidak peduli. Melihat kerutan di wajahnya, Simon berkata, "Kamu denger kan apa yang aku bilang tadi?" Apa ini sebuah perintah?Sharon meliriknya dengan sembunyi-sembunyi. Apa Simon tidak terlalu memaksakan?Meskipun berpikir begitu, Sharon mengangguk tanda setuju. "Iya oke," ujarnya“Benar…” katanya. Ia sebenarnya sedang memikirkan tentang Howard datang ke Central Corporation untuk kerja di sana, apa ini semua diatur Simon?Simon bisa merasakan tatapannya padanya. “Kalau ada yang mau ditanya langsung bilang aja. Jangan diam-diam ngelirik gitu," katanya.Sharon merasa sedikit canggung. Ia tidak diam-diam meliriknya!“Aku mau nanya sama kamu. Apa kamu yang buat Howard ambil posisi direktur departemen desain?” Sharon bertanya.Alis gelap Simon merajut menjadi sebuah kerutan. “Howard? Dia kerja di Central Corporation?” Ia bertanya.Dari ekspresinya, sepertinya Simon tidak tahu tentang itu.Sharon meng
“Paman, ini makanannya dimasakin koki rumah ya? baunya enak sekali.. paman ga keberatan kalau saya minta risottonya, kan? ” Ia bertanya sebelum melanjutkan untuk duduk."Pulang saja ke rumah kalau kamu pengen makanan rumah," kata Simon dingin. Ia langsung menolaknya.Howard berhenti di tengah-tengah duduk. “baiklah, aku nggak mau ganggu kalian berdua kok. Nanti takeaway aja, aku kan makan sendirian,”gerutunya.Ia melotot ke arah Sharon dengan halus sebelum pergi. Namun Sharon bahkan tidak melirik Howard sedikit pun. Ia masih menikmati makan siangnya dengan suaminya.Ia menahan amarah yang membara di hatinya dan berbalik untuk pergi dengan cepat. Saat ia menutup pintu kantornya, senyum di wajahnya langsung menghilang.Awalnya, Sharon sangat nafsu sekali untuk makan hidangan itu. Namun, setelah Howard datang, entah bagaimana ia seperti tidak ingin makan lagi. Ia meletakkan garpu dan sendoknya setelah makan sedikit. “Aku kenyang. Kamu lanjutkan saja ya, pelan pelan aja,” katanya.Simon me
Sally mengerutkan kening tidak sabar. “Aku sudah bilang apa yang perlu dikatakan. Lepaskan aku, jangan sentuh aku!"Sharon mencengkeramnya dan bersikeras agar ia menjelaskan semuanya. Namun, rekannya Lewis tiba-tiba muncul. “Sharon! Aku cariin kamu daritadi.”Dalam sepersekian detik perhatian Sharon teralihkan, Sally melepaskan cengkeramannya dan memelototinya saat ia berkata, "Aku sarankan kamu diam ya, kalau tidak aku akan buat Howard kasih kamu lebih banyak pekerjaan." Kemudian berjalan dengan angkuh.Sharon tidak menghentikan Sally. Ia tahu Sally sengaja membangkitkan emosinya dengan tidak melanjutkan info tentang ayahnya!Lewis memberi tahu Sharon direktur ingin ia membawa desain itu ke lokasi konstruksi dan menunjukkannya kepada orang yang bertanggung jawab.Karena itu, Sharon menahan pertanyaannya dan mulai bekerja.Ketika ia meninggalkan kantor dan berkendara ke lokasi konstruksi, ia merasa tidak tenang karena mengingat apa yang dikatakan Sally padanya.Ia ingat terakhir kali i