Erlando menyangga dahinya menggunakan satu tangannya di meja, ia merasa pasrah karena Linda tidak mampu untuk mengontrol mulutnya tersebut. ‘Apa yang harus aku lakukan, apa yang akan Latifa pikirkan nanti’Ucap Erlando dalam hati seraya melirik-lirik Latifa yang terlihat syok sembari menutup mulutnya dengan kedua tangan. “Ka-kamu serius Linda?” tanya Latifa dengan terbatah. Linda yang sadar akan ucapannya yang sudah kelewatan membuatnya merutuki dirinya sendiri dalam hati. “I-itu sudah lama Nona, dan Tuan Erlando terbukti jika sangat setia sama Nona, bahkan dia tidak pernah melirik wanita lain karena hanya Nona yang ada di dalam hatinya” ucap Linda dengan cepat. “Tapi Linda, apakah mantan klien yang pernah meneror mu itu benar-benar sudah diamankan?” tanya Latifa dengan hatu-hati. “Sudah Nona, sudah diamankan oleh polisi, dia juga sudah diberikan pelajaran oleh… Candra, jadi aku sudah puas melihatnya menderita” jawab Linda dengan agak merendahkan nada saat mengatakan kata ‘Candr
“Latifah, jujurlah padaku, apakah Erlando adalah… Ayah biologis Tiara?” tanya Haidah dengan tatapan yang tajam, hingga terasa menembus dada Latifa yang kini juga terasa nyeri. Latifa diam terpaku di tempat, ia terlalu syok karena kebenaran yang dirinya tutup rapat-rapat akhirnya terungkapkan juga. Dan kebenaran tersebut harus terungkapkan dengan tidak sengaja, yang akan berpotensi sebuah permasalahan yang serius. “Ibu aku-”“Iya atau tidak Latifa!” bentak Haidah membuat Latifa terjangkit karena kaget. Badan Latifa bergetar karena ia merasa ketakutan, bahkan ketika dirinya menelan saliva saja susah. “A-aku tidak tau Ibu” ucap Latifa sembari menundukkan kepalanya. “Oh Ya Tuhan! Bagaimana ini semua bisa terjadi!” keluh Haidah sembari duduk sofa kamar Erlando seraya memijit pelipisnya. “Entah aku membesarkan anak seperti apa, bisa-bisanya dia diam saja ketika Ayah biologis Anaknya di dekatnya, bahkan dia menyembunyikan semua itu dengan rapat, dia ini bodoh atau idiot?” ucap Haidah
“Sebenarnya aku hanya ingin meminta pendapatmu, bagaimana kesanmu kepadaku sekarang, ketika melihat foto-foto tadi?” tanya Erlando membuat Latifa cengoh. “Hah?” Latifa bingung, karena Erlando ternyata tidak bertanya sesuai dengan yang ia pikirkan. “Latifa?” tegur Erlando membuat Latifa agak terkejut. “Ah iya, kamu bertanya apa tadi? Pendapat ku tentang foto-foto tadi? Itu… “ ucapan Latifa menggantung, karena ia kebingungan harus menjawab apa. “Latifa, kamu belum makan?” tanya Haidah yang baru saja kembali bersama dengan Herman. “Wahh! Makan banyak yah!” seru Herman sembari melihat makanan yang tersaji di meja makan. Erlando terlihat mengurungkan niat menunggu jawaban dari Latifa, sedangkan Latifa sendiri pura-pura tidak tahu dan akhirnya mulai memakan makanan yang tersaji. ‘Latifa! Apa yang telah kamu lakukan!’ Runtuk Latifa dalam hatinya. ***“Sepertinya Candra sudah tidak tahan lagi Ibu, Candra mau nemuin Latifa saja!” putus Candra yang langsung tergesa-gesa ingin pergi men
“Iya, kamu tenang saja, biar aku yang urusi dia” ucap Erlando. “Tidak Erlando, aku juga ikut, kalau tidak mendapatkan apa yang dia mau, aku takutnya akan melakukan suatu hal yang di luar nalar dan itu akan merugikan mu Erlando” ucap Latifa dengan cemas. “Tidak Latifa, aku malah khawatir, jika kamu ikut, bisa jadi dia sudah merencanakan sesuatu yang tidak seharusnya.” “Tapi-”“Diam di sini dan tunggu hasilnya nanti” putus Erlando yang langsung berlalu meninggalkan Latifa sendirian. “Aku harap mereka tidak sampai berkelahi nantinya” gumam Latifa sembari menatap kepergian Erlando. ***“Lihatlah Tuan, saya sudah berusaha untuk menenangkannya namun usaha saya sama sekali tidak ada hasilnya” ucap Satpam tersebut sembari menunjukan Candra di balik gerbang yang terus menerus memukuli gerbang itu. Erlando menyeringai menatap gerbang tersebut. “Buka gerbang itu sekarang” pintah Erlando kepada satpam tersebut. “Maaf Tuan, apa ini tidak beresiko?” tanya satpam itu kepada Erlando. “Tidak
“Apa aku harus memberitahukan semua ini kepada Tuan Erlando?” gumam Linda sembari meraih ponselnya yang berada di dalam tas. Ia segera mengetik pesan untuk Erlando terkait informasi mengenai Anak yang dikandung Latifa ternyata bukan Anak dari Candra. Namun ia berhenti memencet tombol kirim karena tiba-tiba ia memikirkan sesuatu. “Jika aku memberitahukan semua ini sekarang, aku takut jika Tuan Erlando akan memikirkan hal yang macam-macam dan akan merugikan Nona Latifa, aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri jika terjadi keretakan antara Tuan Erlando dan Nona Latifa” ucap Linda lalu menghapus pesan yang akan ia kirimkan kepada Erlando. Linda menghela nafasnya sejenak, lalu kembali mengintip Candra, terkait apa yang ia lakukan. Dan ternyata Candra sedang tertidur di sembarang tempat, tepatnya di lantai dengan posisi melebarkan kaki dan tangannya. “Sepertinya aku harus memanggil keamanan”***“Jadi kau gagal lagi untuk menjadi mata-mata di perusahaan itu?” tanya seseorang deng
“Tiara, apakah menurutmu, Ayahmu itu adalah benar-benar Ayahmu” tanya Erlando membuat Tiara kebingungan. Termasuk Latifa dan Haidah yang kini saling pandang lalu mengangkat kedua bahunya karena tidak mengerti maksud dari Erlando. “Maksudnya Om apa?” tanya Tiara dengan muka polosnya. “Kalau nyatanya Om adalah Ayah Tiara, apa yang Tiara lakukan?”“APA!” dengan spontan Latifa dan Haidah berteriak ketika mendengar pernyataan dari Erlando barusan. “Nenek! Mama! Kenapa kalian ada di semak-semak?” tanya Tiara dengan bingung, karena ia melihat Ibunya serta Neneknya yang berada di tempat yang tidak wajar. Latifa dan Haidah berdiri lalu membersihkan baju dan kerudung mereka dari dedaunan yang berjatuhan ke arahnya. Sedangkan Erlando sendiri salah tingkah karena ia malu, perkataan yang tadi ia katakan tidak seharusnya di dengar Latifa maupun Haidah. “Tadi Nenek sama Mamamu cuma cari-cari tanaman herbal, iya kan Latifa” jawab Haidah sembari menyenggol lengan Latifa. “Ada apa?” tanya Latif
Ini adalah hari di mana Erlando, Tiara dan Latifa serta lainnya pergi ke Mall untuk bermain di Time Zone. Mereka sangat antusias, terutama Tiara yang terlihat paling semangat mengajari Nenek dan kakeknya serta Bi Ina untu bermain. Sedangkan Latifa dan Erlando hanya berdiri dan melihat Tiara dan lainya dari jauh. “Kamu tidak ikut Latifa?” tanya Erlando dan kepada Latifa. Latifa hanya menggelengkan kepalanya tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. ‘Adu! Kenapa aku harus berdiri berdampingan dengan Erlando sih?’Ucap Latifa dalam hati seraya diam-diam melirik Erlando yang terlihat fokus mengawasi Tiara. “Dengarkan aku Latifa, aku akan selalu menerimamu apa adanya apapun kondisimu sekarang ataupun masa lalu” ucap Erlando yang pandangannya masih mengarah ke Tiara. “Erlando, sebenarnya apa maksudmu? Dari kemarin kamu terus menerus berbicara sepatah kata saja, dan dari kata-katamu tadi tidak mendasar membuatku pusing” ungkap Latifa yang membuat Erlando menoleh ke arahnya. “Aku tau semua
“Bangun Tiara” ucap Latifa sembari menepuk-nepuk tubuh Tiara agar Tiara bangun karena harus bersekolah. Tiara menggeliat lalu mendudukkan dirinya dengan kedua mata yang masih tertutup. “Emangnya sekarang jam berapa Ma?” tanya Tiara seraya menguap. “Jam lima sayang, ayo cepet sholat habis itu mandi dan siap-siap, sekarang dah bisa mandi sendiri kan” ucap Latifa sembari mencari seragam sekolah Tiara dan menata bukunya lalu memasukkannya ke dalam tas sekolah. “Siapa Mama!” seru Tiara lalu segera turun dari ranjang untuk menunaikan ibadah sholat subuh. Sekitar satu jam berlalu, kini Tiara tengah ditata rambutnya oleh Latifa dengan Tiara yang asyik memakan sarapannya. Namun entah mengapa, Latifa merasakan firasat aneh, dan hal itu mengarah ke arah Tiara. ‘Ya Allah semoga tidak akan terjadi apa-apa, mengapa aku merasa tidak tenang seperti ini?’Ucap Latifa dalam hatinya. “Ma, kenapa berhenti menyisiri Tiara?” tegur Tiara membuat Latifa tersadar dari lamunannya. “Oh iya lupa, maaf y