“Bagaimana jika anda menculik anaknya Latifa, agar Latifa bisa kau kendalikan Tuan Candra, dan akhirnya Erlando juga tidak mampu berbuat apapun, karena jika menurut yang saya lihat, Latifa ini tipe perempuan yang bertindak tanpa berfikir” saran Samuel kepada Candra. Candra mengelus dagunya sembari berpikir. “Anda benar juga Tuan Samuel, tapi bagaimana cara saya mencurinya jika setiap hari Erlando menjaga ketat Tiara” ucap Candra membuat Samuel berpikir. Namun tiba-tiba Anak buah Samuel mendekati Samuel lalu membisikkan sesuatu. “Tuan Candra, ternyata Erlando bodoh itu tidak menaruh penjagaan di sekolahnya Tiara saat dia sekolah, mungkin ini bisa kita jadikan peluang untuk menculik Tiara” ucap Samuel. “Baiklah, aku akan mencobanya nanti” ucap Candra kemudian. “Mari kita berjabat tangan untuk tanda partner bisnis” ucap Samuel sembari menyodorkan tangannya kepada Candra. Candra meraih tangan Samuel lalu keduanya berjabat tangan. ***Candra diam dan menunggu Tiara di balik pepohon
Latifa tercengang lalu mengalihkan pandangannya dari Erlando, ia cukup malu ketika Erlando dengan santai menyatakan perasaannya tersebut. “Oh iya Latifa, Kapan kamu siapa untuk… Menceraikan Candra?” tanya Erlando dengan hati-hati karena ia takut jika Latifa akan bersedih. Latifa kali ini terdiam dan berpikir, walau bagaimanapun hal ini terlalu cepat baginya untuk mengakhiri hubungan yang sudah ia jaga selama tujuh tahun. “Aku… Masih belum siap Erlando” jawab Latifa sembari menoleh ke arah Erlando. Erlando menganggukkan kepalanya. “Baiklah Latifa, aku memahami apa yang kamu rasakan, jika kamu sudah siap, jangan lupa untuk memberitahukan ku agar aku segera menguruskan semuanya” ucap Erlando. Latifa hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawabannya. Sebelumnya Erlando memang sudah menguruskan surat cerai antara Latifa dan Erlando, namun Latifa mencegahnya di tengah jalan dengan beralasan belum siap. All hasil, segala yang sudah diurus, berhenti di tengah jalan, namun Erlando bisa
“Halo sayang, kamu apa kabar?” sapa Candra dari seberang sana.Latifa terkejut ketika mendengar suara Candra, kemudian ia menjauhkan ponselnya untuk melihat siapa yang tengah meneleponnya. Namun ternyata nomor tersebut tidak memiliki nama, alias nomor tidak dikenal. Latifa kembali menempelkan ponselnya tersebut kepada telinganya lagi. “Ada apa Candra?” tanya Latifa dengan nada yang kurang bersahabat. “Santai saja sayang, aku hanya ingin menanyai kabarmu saja kok” ucap Candra sembari mengerling nakal. Sementara Latifa bergidik ngeri mendengarnya. “Kalau tidak ada yang penting, sepertinya aku harus menutup telfon-”“Eh jangan Latifa! Sebenarnya ada hal yang ingin aku ungkapkan!” sela Candra dengan cepat yang membuat Latifa menghentikan tindakan untuk mematikan sambungan teleponnya tersebut. “Langsung katakan saja Mas” ucap Latifa to the point. “Apa kamu ingin cerai denganku Latifa?” pernyataan Candra membuat Latifa terdiam. Sebenarnya Latifa masih tidak ingin mendengar kata per
Beberapa waktu berlalu, akhirnya Erlando kembali dengan lengan bekas infus. “Bagaimana Erlando? Apakah semuanya baik-baik saja?” tanya Latifa sembari berlari mendekati Erlando. Erlando hanya mengangguk sebagai jawabannya, namun sebetulnya ada banyak pertanyaan yang muncul di benak Erlando. Namun karena waktu belum tepat untuk ia tanyakan, akhirnya ia memilih untuk diam. “Sini Nak, sepertinya kau pusing karena donor darah itu” ucap Haidah sembari menuntun Erlando untuk duduk di kursi tunggu. “Maaf yah Nak, kamu jadi seperti ini karena harus mendonorkan darah cukup untuk Tiara” ucap Herman kepada Erlando. “Iya Om, saya pun merasa senang, bisa berguna untuk menolong putri kecil Tiaraku” ucap Erlando sembari menekan kata ‘Tiaraku’ dan juga ia memandang Latifa dengan tatapan tajam yang langsung membuat Latifa mengalihkan pandangannya ke arah lain. ‘Ya Allah, aku harus apa setelah ini’ ucap Latifa dalam hatinya. Dan Haidah yang peka akan kondisi Awkward tersebut membuat ia segera me
Semua orang termasuk Latifa dan Erlando terkejut ketika mendengar pernyataan dari Tiara barusa. “Kenapa Tiara bisa berbicara seperti itu Nak?” tanya Latifa dengan lembut. “Kenapa lagi? Om Erlando banyak yang membantu kita Ibu, dibandingkan dengan Ayah, Om Erlando yang terbaik!” seru Tiara membuat Herman dan Haidah tersenyum. “Nak, asalkan kamu tau, Om Erlando sebenarnya adalah Ayah kandungmu” ucapan Latifa membuat Tiara maupun Herman terkejut. “Apa maksud Mama?” tanya Tiara dengan tatapan yang tidak mengerti. “Iya Latifa, apa maksudmu?” sahut Herman yang mau mendekati Latifa namun Haidah dengan segera menahannya. Latifa memejamkan kedua matanya lalu menghela nafasnya secara perlahan. “Jadi, sebenarnya Ayah biologis Tiara adalah Erlando bukan Candra, aku berusaha untuk menyembunyikan ini semua karena aku takut, bahkan Candra sendiri mengetahui semua itu, mangkanya dia berusaha mati-matian untuk mengabaikan ku dan Tiara karena pada dasarnya Tiara bukanlah Anaknya” ungkap Latifa m
“Selamat bu Latifa, dari hasil tes darah anda menunjukkan bahwa anda positif hamil”Latifa tercengang ketika mendengar kabar yang baru saja ia dengar dari dokter tersebut.“A-apa dok? saya hamil?” tanya Latifa sekali lagi untuk memastikan.“Iya bu, anda sekarang tengah mengandung dan usia kandungannya baru 1 minggu” ucap dokter tersebut sekali lagi.Tangan Latifa gemetar bahkan ketika dirinya menegak salivah juga tidak mampu.“Baik dok terima kasih, selebihnya nanti apa saya bisa menghubungi dokter jika ada pertanyaan tambahan?”“Tentu saja, jangan ragu untuk menghubungi saya kapan saja. Semoga semuanya berjalan lancar. Selamat kepada Anda dan suami anda ya”“Baik dok terima kasih”Latifa beranjak pergi meninggalkan ruang periksa dengan lunglai, entah apa yang akan ia hadapi setelah ini, membayangkan pun Latifa tidak mampu.***“Mohon maaf nona ini siapa yah?” tanya perempuan paruh baya kepada Latifa.“Saya teman dari Erlando bibi, apakah Erlando ada di rumah?” “Tuan Erlando sudah pi
“Kenapa kamu menghindar?” tanya Candra dengan nada lantang di depan muka Latifa yang sedang meringkuk ketakutan.Namun Latifa sempat merasa mual karena mencium aroma alkohol dari mulut Candra yang menandakan jika pria itu sedang mabuk.Karena memang ada pesta alkohol sebagai penutup acara pernikahan tersebut karena itu permintaan dari pihak keluarga Candra dengan alasan tradisi.“Apa yang kurang dariku Latifa! aku bersedia untuk melakukan apapun yang kamu mau, tapi kenapa kamu malah melakukan semua ini kepadaku? kenapa!” Teriak Candra menggelegar seraya melempari barang yang ada di nakas.“C-candra apa kamu mabuk?” tanya Latifa dengan terbatah karena seluruh badanya gemetar.“Masa Bodoh! tau apa kau?” Candra mendekat kearah Latifa lalu mendorong gadis itu hingga terjatuh dan kepalanya membentur sudut ranjang sampai berdarah.“L-latifa? apa kamu baik-baik saja?” tanya Candra khawatir ketika melihat Latifa terbaring lemas dan hampir kehilangan kesadaran.Namun secara perlahan kesadaran
Latifa mengerjapkan kedua matanya secara perlahan, hal pertama yang ia lihat adalah sebuah kamar bernuansa putih dengan aroma obat-obatan yang sangat menyeruak di hidungnya.“Aduh kepalaku” ringisnya karena merasa ngilu di bagian kepala.“Nyonya, apa nyonya merasa sangat sakit? kalau gitu saya panggilkan dokter dulu yah?” ucap Ina yang bersiap untuk pergi memanggil dokter namun dengan segera Latifa mencegahnya."Jangan bi, aku tidak apa-apa"“Tapi nyonya, kondisi nyonya saat ini-”“Tidak apa-apa bi, di-dimana anakku?” tanya Latifa yang baru saja menyadari jika perutnya sudah mengecil.“Ada di ruang perawatan bayi baru lahir nyonya, kemungkinan setelah ini akan diantar ke kamar Nyonya.” jelas ina membuat Latifa menganggukkan kepalanya.“Bi, dimana Candra?” tanya Latifa penasaran karena sejak dari tadi ia tidak menemukan keberadaan Candra.“Tuan Candra-” Ina terlihat ragu untuk mengatakan sesuatu, namun Latifa sudah memahami apa yang akan dikatakan oleh Ina.“Tidak apa-apa bi, aku paham