Latifa memijat dahinya seraya menundukkan kepalanya karena merasa agak pusing. ‘Ini tidak bisa dibiarkan!’Seru Latifa dalam hati. “Maaf pak, ini atas nama siapa yah yang beli?”“Pembeli tidak mengizinkan kami untuk mengungkapkan identitasnya Nyonya, sebaiknya anda tanda tangani saja berkas ini” ucap Staff dealer tersebut kepada Latifa. “Apa anda tidak salah alamat?” tanya Latifa kembali untuk memastikannya. “Tidak Nyonya, ini benar-benar sesuai dengan alamat anda”“Sepertinya saya tidak bisa menerimanya pak, bisa anda kembalikan saja kepada pengirimnya?” “Tapi-”“Latifa… Sebaiknya kamu menerimanya saja, kemungkinan besar ini adalah pemberian dari seseorang yang menganggapmu berharga, apa kamu tidak merasa kasihan jika seseorang tadi sudah berniat yang terbaik buatmu, kamu malah menolaknya secara cuma-cuma?” sela Linda dengan cepat. ‘Semoga saja dengan begini dia akan luluh, karena bagaimanapun, tugas Tuan Erlando kepadaku adalah memastikan jika Nona Latifa mau menerima pemberia
‘Apa-apaan ini? Apa yah sebenarnya yang dia lakukan?!’Batin Latifa bertanya-tanya ketika melihat apa yang telah Erlando lakukan. “Erlando! Apa maksudmu?” tanya Latifa dengan menatap Erlando dengan tatapan yang tajam. “Maksud ku? Aku cuma mau menyambutmu saja, memangnya tidak boleh?” tanya balik Erlando membuat Latifa kesal. “Aku hanya ingin mengembalikan ini darimu, jujur aku tidak membutuhkan ini Erlando” ucap Latifa lalu segera mendekati meja Erlando dan menyerahkan berkas serta kunci mobil. Erlando hanya melihat apa yang diserahkan untuknya tersebut dari Latifa dengan tersenyum. “Apa kamu tidak mengingatnya Latifa?” tanya Erlando tiba-tiba membuat Latifa mengernyitkan dahi. ‘Apa maksudnya?’ Ucap Latifa dalam hati. “Mengingat apa?” tanya Latifa kemudian setelah ia merasa keheranan.Erlando tanpa berkata-kata meraih ponselnya lalu memperlihatkan isi chat antara dirinya dengan Latifa mengenai perjanjian yang sudah ditetapkan.“Apa kau tidak ingat dengan ini?” tanya balik Erl
Pada akhirnya Erlando memesan satu paket chicken crispy untuk Tiara melewati aplikasi delivery food. Yang tidak sampai tiga menit sampai karena Erlando memakai jasa pengantaran prioritas dan juga lokasinya tidak jauh dari sekolah Tiara. “Enak yah?” tanya Erlando ketika melihat Tiara memakan makannya dengan lahap. Tiara memberi respon dengan memberi jempolnya kepada Erlando tanda jika makanan tersebut enak baginya. ‘Apa aku harus pelan-pelan menanyakan terkait kehidupannya saat di sekolah?’‘Aku takut jika anak ini menyembunyikan sesuatu yang Latifa sendiri tidak mengetahuinya’Ucap Erlando dalam hati sembari menatap cemas kearah Tiara. “Nak, apa kamu punya teman?” tanya Erlando kepada Tiara. Tiara menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. “Tentu punya Om! Dalam satu kelas ada dua puluh orang, jadi pasti Tiara punya teman dong! Beda lagi kalau dalam kelas Tiara gak ada orang sama sekali” jelasnya lalu kembali menyantap makanannya. “Bu-bukan itu Tiara, maksud Om-”“Ssst! Om, Tiar
“Wah! Kalian sudah sampai saja nih” sambut Romlah yang merupakan Ibu Candra. Romlah segera mendekat kearah Candra lalu memeluknya dengan erat. “Ya Allah nak! Kamu kemana saja? Kenapa gak pernah berkunjung ke rumah Ibu?” ucap Romlah sembari mengelus rambut Candra dengan sayang. “Candra banyak kerjaan Bu dan Tiara juga sekolah, kebetulan rumah ibu kan cukup jauh, jadi Candra bisa kesini kalau ada acara saja” jelas Candra. “Yakin begitu? Atau Istrimu itu yang nggak ngebolehin kamu ke rumah ibu? Jujur saja nak, biar Ibu bisa nasehati Istrimu ini” ucap Romlah yang seolah-olah memojokkan Latifa seraya melirik-lirik Latifa dengan Sini. “Latifa, memang mertua mu ini se menyebalkan itu yah?” bisik Linda yang kini mendekat ke arah Latifa. Latifa hanya sedikit berdehem lalu menyenggol Linda agar tidak berbicara aneh-aneh. Linda yang mendapatkan perlakuan tersebut lantas kembali menegakkan postur tubuhnya sembari masih mengolok-olok mertua Latifa dengan pelan. “Apa sih Ibu ku ini, jangan
“Assalamu'alaikum! Bu! Dhini pulang!” seru Dhini yang baru pulang. Dhini merupakan adik kedua Candra yang akan menikah besok. “Wa'alaikumussalam! Kamu inu gimana sih nduk! Besok sudah jadi pengantin kok sekarang malah keluyuran!” tegur Romlah membuat dhini berdecak karena sebal. “Perawatan lah Bu! Biar kulit Dhini bagus, gampang di polesin make up juga karena gak kasar, Ibu ini gimana sih, gak ngerti yang gituan” ucap Dhinu selepas mencium punggung tangan Romlah. “Kamu ini!” tegur Romlah sembari memberi acang-acang untuk memukul Dhini. “Eh siapa ini?” celetuk Dhini ketika melihat Linda yang duduk sebelahan dengan Candra. “Oh, itu sepupunya kakak iparmu, Latifa, dia jauh-jauh ke sini buat nge hadirin acara pernikahan kamu loh”“Oh, ngomong-ngomong mana kak Latifa?” tanya Dhini seraya melihat-lihat sekitar. “Di dapurlah, bantu-bantu namanya juga menantu” ucap Romlah dengan nada sinis. “Oh iya, siapa tadi? Linda? Bisa tidak kalau duduknya agak kejauhan, kak Linda kan juga sudah t
“Kemana saja kamu?” Linda meringis sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Maaf Tuan, saya kemarin ikut bersama Nona Latifa dan Candra pergi ke rumah orang tuanya” ucap Linda seraya menundukkan kepalanya, namun sesekali melirik Erlando untuk melihat ekspresi wajah Erlando. “Orang Tua siapa?” tanya Erlando kembali. “Candra Tuan” jawab Linda. “Pantas saja tadi ketika aku ke sekolahnya Tiara, Tiara sama sekali tidak terlihat batang hidungnya.”Linda hanya terdiam, seperti menunggu untuk mendapatkan hukuman karena sudah seenaknya pergi tidak memberikan kabar terlebih dahulu. “Jadi… Apa Latifa mendapatkan ketidaknyamanan di sana?” tanya Erlando kemudian yang membuat Linda menegak salivanya sendiri. “I-iya Tuan” jawab Linda terpatah. “Apa kamu membelanya?”Linda semakin menundukkan kepalanya lalu menggelengkan kepalanya dengan pelan. “Maafkan saya Tuan, saya tidak ingin terlihat terlalu kentara berada di pihak Nona Latifa, karena itu akan menimbulkan kecurigaan pada Candra,
“Kata Bu guru, lebih cepat lebih baik Om” ucap Tiara membuat Erlando segera bangkit dari duduknya lalu membantu Tiara untuk berdiri juga. “Yasudah, kita sekarang ke kantor gurumu yah” ajak Erlando yang di angguki oleh Tiara. Keduanya berjalan saling gandeng tangan menuju kantor sekolahnya Tiara, suasana koridor sekolah sepi karena para siswa maupun siswi sudah berada di kelasnya masing-masing, karena memang Tiara sedang bolos mata pelajaran. “Permisi” ucap Erlando ketika berada di ambang pintu kantor sekolahnya Tiara. “Iya, ada apa yah pak? Ada yang bisa saya bantu?” tanya guru yang menyuruh Tiara untuk memanggil ibunya, namanya adalah Devi. “Ah, Bapak yang pernah menjemput Tiara waktu itu tanpa sepengetahuan dari Ibu Latifa kan?” tebak Devi, karena Devi sendiri yang waktu itu mengizinkan Tiara untuk pulang bersama dengan Erlando. “Iya saya di sini-”“Tiara! Kamu kenapa membawa orang yang tidak dikenal itu? Apa kamu tidak ingat? Waktu itu Ibumu sampai panik tau!” tegur Arda sera
“Maaf? Anda siapa?” tanya Latifa kepada seorang wanita yang tiba-tiba datang dan mencegah kepala sekolah untuk mengambil laptop yang berisi rekaman CCTV. “Oh, pasti anda Nyonya Latifa, Ibunya Tiara kan?” tanya wanita tersebut membuat Latifa heran. ‘Sebenarnya siapa dia? Dan mengapa tiba-tiba datang dan menghentikan kepala sekolah untuk mengambil laptop rekaman CCTV’Ucap Latifa dalam hati. “Perkenalkan, nama saya Giselle, saya Maminya Airin, istri dari pemilik perusahaan Samanta Group” ucap Giselle seraya mengulurkan tangannya kepada Latifa. ‘Samanta Group?’‘Bukannya perusahaan ini adalah pemilik saham terbesar di perusahaannya Candra?’Pikir Latifa dalam hati. Latifa menerima uluran tangan dari Giselle. “Senang bertemu dengan anda juga, Nyonya Giselle” balas Latifa dengan senyuman yang dipaksakan. “Saya juga senang bertemu dengan anda Bu Latifa, setidaknya masalah ini akan teratasi dengan singkat” ucap Giselle dengan raut wajah yang menyiratkan sesuatu hal. Dan hal tersebut