Saat Yasmin sedang mempertimbangkannya, ada yang membuka pintu kantor tanpa mengetuk pintu.Yasmin mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang masuk. Dia juga tidak tersinggung.Karena dia tahu Daniel adalah orang yang tidak akan mengetuk pintu."Papa!" panggil ketiga anak itu."Apa Papa datang untuk menjemput kami?" tanya Julia."Kami nggak mau pulang! Kami masih mau bermain!" Julian sangat tidak senang. Dia langsung menjatuhkan tubuhnya dan berbaring di sofa.Daniel menggendong Julian sebelum dia sendiri duduk. "Apa kalian nggak bisa bermain di rumah?"Julian memelototi Daniel dengan garang. "Apa Mama pulang bersama kami?""Itu tergantung apa mama kalian mau atau nggak," ujar Daniel.Maka itu, tiga pasang mata langsung menoleh ke Yasmin.Yasmin pun merasa tertekan.Daniel sengaja melemparkan pilihan itu kepadanya, 'kan?Terlebih lagi, bagaimana Yasmin bisa menolak? Anak-anak akan sedih dan kecewa.Dia tersenyum dengan paksa sambil berkata, "Ayo, ayo.""Hore!" Ketiga anak itu berlar
"Bu Yasmin sudah melahirkan anaknya. Kenapa Tuan Daniel nggak mau menikahinya?""Kalian masih belum mengerti? Anak-anak hanya sebuah kecelakaan. Yang benar-benar dicintai Tuan Daniel adalah pianis itu!"Semua orang langsung paham."Bu Yasmin kasihan sekali. Dia sudah melahirkan tiga anak, tapi dia malah nggak mendapatkan status apa pun." Raffie menggeleng-geleng kepalanya sambil menghela napas."Dia nggak punya status setelah melahirkan tiga anak, tapi dia masih mendapat keuntungan, 'kan? Tuan Daniel adalah penguasa Kota Imperial. Dia kaya dan berkuasa.""Bagaimana dia bisa mendapat keuntungan? Ibunya Bu Yasmin pernah merusak hubungan orang tua Tuan Daniel. Dia ...." Raffie sedang berbicara dengan serius, tapi kemudian Lauren menyelanya."Pak Raffie, apa kamu nggak mau pulang? Sekarang sudah lewat jam pulang."Ketika suara yang tidak pantas menyela, ekspresi Raffie menjadi sedikit masam. Kenapa orang baru ini sangat cerewet? Raffie pun tidak melanjutkannya lagi, melainkan berkata, "Ayo
Yasmin tercengang. Dia mengira Daniel menyewanya.Namun, ini juga pertama kalinya dia naik kapal pesiar.Biasanya hanya orang kaya yang bisa naik kapal pesiar.Orang biasa seperti Yasmin tidak mampu.Julian memanggil dengan penuh semangat, "Mama, ayo cepat naik. Aku mau bermain!"Yasmin tersenyum. Dia baru mau menjawab Julian ketika ponsel di dalam tasnya berbunyi.Dia mengira itu telepon dari perusahaan.Ternyata Helen yang meneleponnya.Ada apa?Apa ini hal baik atau hal buruk?Dia berjalan ke satu sisi sebelum mengangkat telepon. "Halo?""Nona Yasmin, ibumu terjatuh di kamar pasien dan melukai kepalanya.""Apa?" Yasmin menjadi gugup."Nggak perlu khawatir. Aku sudah mengobatinya. Dia hanya mengalami gegar otak yang ringan.""Aku pergi ke sana sekarang juga." Yasmin menutup telepon. Dia menoleh ke Daniel, lalu dia melihat anak-anak yang tampak sangat menantikan ini. Dia tidak tega merusak kegembiraan mereka. Bagaimanapun juga, akhirnya mereka semua bisa keluar bersama. Dia berjalan k
"Aku ...." Klara berpikir sejenak, lalu dia berkata dengan emosional, "Dahlia menabrakku. Dia pasti sengaja menyakitiku!""Iya, aku sudah menonton rekaman kamera CCTV. Dia juga bilang dia menabrakmu, tapi dia nggak sengaja. Apa kamu ada merasa ada yang aneh? Karena rekaman CCTV nggak menunjukkan semuanya," ujar Yasmin."Dia nggak sengaja?" Klara merasa curiga. "Mereka berdua sangat ingin aku mati.""Aku tahu, tapi kita nggak punya bukti," kata Yasmin dengan alis berkerut.Klara mengingat sesuatu, lalu bertanya, "Oh, iya. Bukankah kamu bilang kamu mau pergi ke laut bersama anak-anak? Kenapa kamu belum pergi?""Karena aku mendapat kabar kamu terluka, jadi aku kembali.""Di mana anak-anak?""Mereka masih di kapal pesiar."Klara berkata, "Sepertinya tujuan Dahlia dan Irene adalah nggak membiarkanmu pergi. Kamu nggak perlu memedulikanku. Pergi bersama anak-anak sana! Kesempatan seperti ini sangat sulit didapat.""Tapi, aku nggak bisa nggak memedulikanmu. Selain itu, ada Irene dan Dahlia, ja
Martin bertanya, "Di mana Yasmin sekarang."Rachel tidak tahu apa yang ingin dilakukan Martin, tapi dia menjawab, "Sepertinya hari ini dia mau pergi ke laut bersama Daniel, tapi terjadi sesuatu pada Klara di rumah sakit. Jadi, dia pulang sendirian."Martin mengerutkan keningnya. Dia berdiri dan menutup laptopnya. "Aku keluar sebentar."Sikap Martin sangat mudah ditebak.Dia sama sekali tidak berniat untuk menyembunyikannya dari Rachel.Rachel duduk bergeming di tempatnya. Tatapan matanya menjadi sangat dingin dan mengandung aura membunuh.Martin mendekati Yasmin karena dia mau.Awalnya, dia tidak seperti itu.Yasmin sedang menemani Klara di kamar pasien ketika dia mendengar suara ketukan pintu.Pintu kamar terbuka, lalu Martin masuk. Dia sedang memegang keranjang bunga, keranjang buah dan beberapa botol vitamin.Pemandangan itu terlihat sangat familier.Oh, dia juga seperti ini ketika dia datang untuk menjenguk Andy."Tante Klara, bagaimana perasaanmu? Aku mendengar kamu terluka, jadi
Daniel sedang berdiri di balik pagar pembatas kapal dan hampir menghancurkan ponselnya.Wanita ini benar-benar sudah bosan hidup!Lalu, ada yang menarik-narik celananya.Daniel menundukkan kepalanya. Julia sedang mendongak dan bertanya, "Apa Mama nggak akan datang? Kalau nggak, kita pulang saja. Aku merasa ada yang kurang kalau nggak ada Mama di sini."Wajah kecil itu terlihat sedih dan kasihan.Hati Daniel melembut. "Mama akan datang." Kalau dia harus menculik Yasmin, dia akan melakukannya!"Papa, semangat!" Julia mengepalkan tangannya.Daniel tersenyum dengan lembut.Bagi Daniel, ini bukanlah hal yang sulit.Setelah Yasmin mengambil pakaian, dia kembali ke rumah sakit. Lalu, dia tidur di sofa.Tengah malam, ada yang memasuki kamar pasien.Seseorang berhenti sejenak di depan Yasmin. Orang itu membungkuk untuk menggendong Yasmin, kemudian mereka pergi.Setelah pintu ditutup, Klara mengangkat kepalanya.Dia terlihat terkejut.Tadi dia melihat dengan jelas kalau orang itu adalah Daniel.
Sebelum Yasmin sempat meledak, anak-anak sudah berlarian ke pelukannya. "Mama! Benar-benar Mama!""Kami kira Papa berbohong!" kata Julian."Mama menunggu kami bangun, ya? Aku benar, 'kan?" kata Julius.Yasmin menoleh ke arah Daniel, kemudian memelototinya. Dia tidak bisa menjawab "bukan" di depan anak-anak.Daniel mengangkat tangannya ke arah pengawal. Pengawal mengerti, lalu turun ke bawah geladak.Tak lama kemudian, sarapan dinaikkan."Kami semua sudah makan," ucap Daniel."Iya. Mama cepat makan atau nanti Mama lapar," kata Julian.Yasmin hanya bisa menerima situasi dengan pasrah ketika dia berhadapan dengan anak-anak dan Daniel.Karena dia sudah berada di sini, lebih baik dia menikmatinya.Anak-anak sangat senang melihat Yasmin, jadi mereka mengelilingi Yasmin ketika dia makan."Mau?" Yasmin mengambil telur dengan sendoknya.Julia menggelengkan kepalanya. "Nggak mau. Aku sudah makan sangat banyak tadi."Yasmin pun memasukkan telur ke dalam mulutnya.Sambil makan, dia menyadari kapal
Yasmin terkejut. "Kenapa kamu nggak menghentikannya? Meskipun kamu nggak bisa menghentikannya, kamu bisa membangunkanku!""Kenapa aku mau membangunkanmu? Akhirnya kamu bisa bersenang-senang dengan anak-anak. Bukankah itu bagus? Anak-anak pasti sangat senang," kata Klara."Tapi, bagaimana aku bisa meninggalkanmu sendirian di sana? Kalau Dahlia dan Irene melakukan apa-apa padamu, aku nggak bisa pergi ke sana untuk membantumu," ujar Yasmin.Meskipun dia naik helikopter, itu juga akan memakan waktu sepuluh menit."Seharusnya mereka nggak akan menggangguku. Pengawal Daniel sedang berjaga di luar pintuku.""Di luar pinturmu?""Iya. Awalnya aku nggak yakin. Kemudian, aku bertanya pada Helen. Helen bilang itu untuk melarang orang luar masuk selain dokter dan suster. Itu berarti agar tidak terjadi keributan antara aku dengan Dahlia dan Irene. Sepertinya Daniel melakukan ini agar kamu bisa bermain bersama anak-anak dengan tenang," ujar Klara dengan ceria.Yasmin terkejut, tapi itu adalah ide ter