Share

Chapter 8

Malam harinya di BarBar Cafe.

Ramsey agak telat karena sopir taxi online yang dia tumpangi mogok di tengah jalan. Sesampainya di salah satu sudut cafe, dia pun duduk tak jauh dari kursi Carlos dan Kate.

“Maaf sedikit telat.” Marvin sebisa mungkin menyenangkan hati Carlos dan Kate.

Kate mencebik malas. “Huft. Aku pikir kau tidak hadir. Lebih baik kau tidak usah datang, Ramsey. Tempat ini terlalu mewah untuk pekerja baru seperti mu, tapi karena Carlos berbaik hati, hari ini kau dapat makanan dan minuman gratis.”

Sementara itu Carlos sebenarnya ingin menghilangkan stres akibat kena marah Pak Bastian. Selain itu, dia juga ingin merayakan keberhasilan tugas pertama dari seorang karyawan baru bernama Ramsey. “Selamat, Bro! Kau berhasil! Semoga pada tugas selanjutnya kita bisa lebih kompak! Hari ini, kita harus merayakannya. Hahaha.”

Meski Carlos meminta kepada Kate untuk bersikap sopan terhadap Ramsey, Kate tetap pada watak aslinya. Dia masih kesal lantaran urung dapat duit dari denda yang seharusnya diterima Ramsey, seharusnya dia setidaknya mendapatkan duit tiga ratus dollar.

Carlos mirip Jim Carrey, aktor papan atas, dan kocak. Jika dia mau tampil lebih keren dan berwibawa, dia pasti akan lebih digandrungi oleh para wanita. Namun karena dia tidak suka penampilan formal, amburadul, dan hobi cengengesan, hanya sedikit wanita yang menaruh hati padanya.

Sebenarnya Carlos cukup tampan dan Kate masih tergila-gila.

Ketika Kate memperhatikan Ramsey dan membandingkannya dengan Carlos, rasanya Kate ingin muntah. Kate memang kurang suka dengan pria berkulit agak hitam seperti Ramsey, padahal jika Kate menyadari sepenuhnya bahwa Ramsey bukanlah pria berkulit hitam, pasti dia akan sangat tergila-gila.

Sekilas, Ramsey milik pemain bola Jude Bellingham, hanya saja Ramsey rambutnya normal dan sangat pendek, hampir botak. Ramsey juga punya kumis dan berewok. Namun, jika lebih diperhatikan, Ramsey memang punya pesona baik di wajah, maupun di tubuh kekarnya.

“Ramsey, kau tidak minum ketika sedang bekerja, tapi aku yakin kau minum ketika sedang santai seperti sekarang, bukan?” Carlos menepuk-nepuk pundak Ramsey.

Ramsey menjawab ringan dan apa adanya. “Aku pernah minum, tapi dulu. Dan sudah lama aku tidak lagi menikmati minuman memabukkan apa pun.”

“Jangan berbasa-basi, Bro! Vodka atau wiski?” tawar Bastian blak-blakan.

“Aku pesan kopi saja.”

Saat mendengar jawaban simpel dan sok suci itu, Kate mencebik gusar, lalu menatap Ramsey dan berkata, “Kau takut kami laporkan kepada Pak Bastian dan lainnya? Kau mau jadi karyawan yang selalu bersih? Ramsey, dengarkan kami, saat ini kita sedang tidak bekerja. Dan mereka, orang-orang yang bekerja di kantor, lebih parah dari pada kita. Intinya, hal semacam ini sudah sangat biasa.”

Ramsey mau atau tidak, terserah, pokoknya Carlos sudah memesan banyak sekali minuman. Ada delapan botol minuman berbeda. Sebagai pemabuk sejati, Carlos tampak biasa saja, sementara Ramsey agak kaget begitu melihat banyak sekali botol minuman di atas meja.

“Kita hanya bertiga?” Ramsey mengedarkan pandangan dan mencari kira-kira siapa lagi yang akan menjadi teman minum di meja ini.

“Ya, hanya kita bertiga! Widih, musiknya mulai bagus. Nanti jam sebelas baru kita masuk ke dalam. Oke?” Carlos menuangkan wiski ke gelas-gelas dan menyodorkannya kepada Kate dan Ramsey.

Kate terperanjat. Mulutnya menganga. “Carlos, apa kau sudah gila? Minuman yang kau pesan terlalu banyak!”

Biasanya, Carlos tidak pernah pesan minuman sebanyak ini. Dia mau melampiaskan kekecewaannya, menghibur Ramsey, dan tentu bersenang-senang dengan Kate. Namun, Carlos memang berlebihan.

Bukannya apa, Kate khawatir nantinya Carlos malah tidak bisa bayar, sebab sudah dipastikan semua minuman di atas meja jauh lebih dari tujuh puluh dollar. Tujuh puluh dollar biasanya hanya dapat satu botol wiski kecil.

Kate membatin, ‘Dari mana Carlos bisa punya uang ribuan dollar?’ Kate bukannya hepi, malah resah.

Namun, sebuah intuisi buruk melesat di kepala Kate.

Kate malah bilang, “Minuman di atas meja cukup untuk kita, tapi kurang untuk yang lain. Ramsey, jika kau belum pernah pergi ke sini sebelumnya, kau pasti heran. Tapi nanti kau pasti akan tahu sendiri.”

Kate punya rencana busuk. Dia sengaja membiarkan Carlos memesan banyak minuman, lalu mabuk parah. Bahkan, dia ingin agar pesanan ditambahkan lagi, lebih banyak dari pada ini. Dia juga punya rencana untuk mentraktir semua orang yang ada di dalam cafe.

Seperti kerasukan bidadari dari surga, Kate mulai centil, “Ramsey, apa kau tidak ingin bersenang-senang bersama kami semua?”

“Bukannya aku tidak mau, tapi aku memang tidak suka. Jika kalian mau minum dan berpesta, silakan, aku lebih suka minum kopi dan melihat kalian senang, aku juga senang.”

“Kau akan senang ketika melihat kami senang? Oke kalau begitu. Aku tahu kau orang dermawan, Ramsey. Tadi siang, kau bermaksud mau menolong Annita.”

Carlos langsung menyergah. “Oh iya, kita kan mau ngomongin Annita.” Carlos memperbaiki posisi duduknya, lalu meletakkan betis kanannya di atas paha kiri. “Hm, aku sudah sabar mendengar cerita cinta dari teman baruku. Hehe.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status