Share

Chapter 7

“Carlos, apa Pak Bastian menelepon kau karena urusan pekerjaan kita?”

“Ya, tentang urusan pekerjaan kita. Dan kita berada dalam bahaya, Ramsey. Kau tahu, betapa serigala-nya Pak Bastian, dia sangat dingin dan mengerikan.”

“Kalau iya, kenapa dia tidak menghubungi aku. Kita berada dalam tugas yang sama, Carlos.”

Carlos tersentak kaget. “Ramsey, apa kau belum tahu?” Jidatnya berkerut tiga. Kemudian dia mengawasi Ramsey dengan pandangan tak menyangka. “Serius kau belum diberi tahu oleh Pak Bastian?”

Ramsey mengedikkan bahu, sesaat dia menoleh, lalu kembali meluruskan pandangannya. “Pak Bastian memberikan cukup banyak penjelasan, tapi aku tidak tahu kalau ada sesuatu yang lain.”

“Sudahlah, nanti aku konfirmasi dahulu dengan Pak Bastian. Hm, aku pikir, kau sudah tahu. Nanti, kau pasti juga akan tahu. Sudahlah, lanjutkanlah mengemudi!”

Carlos kembali sibuk dengan ponselnya dan masih berupaya untuk menerima informasi terkini dari Pak Bastian namun hingga mereka sampai di lokasi tujuan, Pak Bastian masih juga belum memberikan konfirmasi.

Mereka tiba di salah satu pusat perbelanjaan tengah kota. Salah satu gerai Luxor ada di dalamnya. Karena sudah ada petugas yang bakal mengambil kiriman, maka mereka hanya menunggu di parkiran basement.

Tugas pertama, sukses.

“Carlos, karena tugas kita telah selesai, aku mau mentraktir kau makan di atas. Sepertinya makanan di sini enak.”

Wajah Carlos masih cemberut. Dia melihat jam tangannya lalu masuk ke dalam mobil. “Ayo kita pulang!”

***

Carlos masih belum dapat membuang ketidaktenangannya. Untuk mengalihkan semua rasa yang menggelisahkan itu, dia tancap gas tanpa peduli bahwa nyawanya hanya satu. Carlos melajukan mobil hampir dua ratus kilometer per jam.

Kali ini, Ramsey mengencangkan seatbelt yang melilit tubuhnya. Satu-satunya yang ada di dalam kepalanya adalah keselamatan. “Carlos, sebaiknya aku saja yang mengemudi.”

“Aku sedang sangat sehat dan waras, Ramsey.” Padahal, di dalam kepalanya adalah tentang kira-kira apa yang bakal dia terima dari senior Bastian nanti. “Sial!” umpatnya sambil menginjak full pedal gas. “Aaaghhrrr!” Carlos melampiaskan semua kekesalannya.

Ramsey yang tidak mengerti duduk perkara hanya bisa tampil tenang dan kalem. Sekali tadi dia bertanya tapi Carlos tak menjawab. Dan Ramsey bukan tipe pria yang ingin tahu segala urusan, jika dirasa urusan itu tidak ada kepentingan bagi dirinya, dia tidak akan peduli.

Jika pada saat pergi Carlos sangat banyak oceh, maka tidak pada saat pulang. Dia diam dan memasang wajah memberengut sepanjang perjalanan. Jika pas pergi mereka butuh waktu sekitar empat belas jam, pas pulang mereka hanya menghabiskan waktu sekitar sepuluh jam saja.

Ketika telah sampai di Luxor, Carlos langsung menghadap Bastian di ruang kerjanya. Di sana, dia kena cecar habis-habisan.

“Tolol! Goblok!” maki Bastian murka. “Jangan bilang kalau kau mabuk, Carlos! Sudahlah, aku tidak mau melihat muka mu di hari ini. Nanti akan ada tugas pengantaran lagi, jika kau masih ingin bekerja, ikuti apa perintahku!”

Carlos menunduk patuh. “Maaf, Pak. Aku tidak akan mengulanginya. Baik, aku akan mengukuti perintahmu. Berikan aku kesempatan lagi, dan biarkan rekanku tetap Ramsey. Dia rekan yang baik dan bisa diandalkan.”

“Keluar!” perintah Bastian dengan nada keras dan mengerikan.

***

Pusing, Carlos menunggu kepulangan Kate di lobi. Saat Kate lewat, Carlos segera mendekatinya. “Kate, rencana kita percepat. Malam ini saja kita hepi-hepi.”

“Duitnya lebih berapa?” tanya Kate mengerutkan kening.

“Tujuh puluh dollar. Lumayanlah buat kita bertiga.”

“Bertiga?” Kate makin mengernyitkan kening. “Kita akan pergi sama siapa?”

“Siapa lagi kalau bukan Ramsey?”

Seketika bola mata Kate membulat sempurna seperti donat. Dia menyilangkan tangan di dada seraya mengeluarkan komentar pedas, “Sialan! Kenapa kau mengajak dia?” Kate melotot geram.

“Kate, kami bekerja berdua dan Ramsey termasuk orang yang sangat hemat. Dia tidak minum bir dan tidak pula merokok. Makanya duit yang aku bawa lebih banyak dari biasanya.”

Kate tidak setuju, bahkan dia mengancam Carlos, jika tidak berdua saja, duit sisa transport itu dikembalikan saja ke kas kantor. “Bagaimana?” dengusnya.

Namun, Carlos tidak mungkin bisa bersenang-senang tanpa Ramsey. Baginya, Ramsey merupakan partner terbaik sepanjang masa. “Dia harus ikut, Kate. Bila perlu, aku akan tambah tiga puluh dollar pakai uangku pribadi. Pokoknya, dia harus ikut!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status