Cukup lama susana hening hingga akhirnya Miranda melepaskan pelukan Bagaswara, digantikan dengan memandangi suaminya. “Erland tidak mengatakan apapun pada Mama ....”“Erland juga menunggu waktu yang tepat, Ma. Tolong maafkan anak-anak kita termasuk Papa ....”Miranda mendesah, “Jadi, selama ini Erland dan Amelia telah mengenal, tapi Mama juga tidak tahu itu.”“Karena hubungan mereka di masa lalu sangat berkaitan dengan Kenzo. Tolong jangan kesal dan anggaplah Amei menantu Mama mulai dari sekarang.”Miranda membuang udara panjang seiring mengusap dada. “Seharusnya Erland dan Amelia menikah apalagi sudah ada Kenzo.”“Mereka memang berniat menikah. Kita tunggu saja niat baik anak-anak, Papa yakin tidak akan lama lagi.”Tok tok tokKetukan halus pintu menghentikan pembahasan. “Ma, Pa, maaf Erland mengganggu ....” Suara santunnya di balik daun pintu.“Buka saja, Nak,” izin Bagaswara. Maka, Erland segera menampakan wajahnya bersama senyuman cerah.“Syukur Tara sudah hamil, Erland ikut senan
Amelia segera mengatakan niat baik Erland pada kedua orangtuanya. Jadi, Adhinatha segera menanyakan hal penting, “Kalian tidak akan menunggu surat cerai?”“Kalau bisa menikah secara agama dulu, ya sudah menikah saja,” jawaban singkat Amelia yang tidak mungkin mengatakan kehamilannya. Jadi, hanya ini alasan yang diberikan lagipula kalimatnya dirasa masuk akal.“Memang tidak salah ..., tapi Papa dan Mama pikir kamu dan Erland akan menunggu surat-surat dari negara.”“Tidak usah, Pa ....” Amelia sedikit menunduk karena sedang berharap semoga ayah dan ibunya memberikan izin dan restu untuk dirinya dan Erland menikah secara agama karena hari ini rahimnya sudah terisi bayi.Sopia tidak mengetahui jika putrinya mengandung, tetapi entah kenapa isi kepalanya mengatakan jika Amelia kembali mengandung maka dirinya tidak berbasa-basi. “Iya sudah, menikah secara agama dulu. Untuk resepsi bisa diadakan nanti setelah pengesahan perceraian kamu dan William.”Amelia segera mengangkat wajahnya, memandan
Malam tiba, kedua keluarga sudah berkumpul di sebuah ruangan di dalam villa bersama hidangan lezat di tengah-tengah mereka. Semua orang memakan hidangan pembuka seiring berbasa-basi hangat. Barulah masuk pada tujuan pertemuan. “Maksud kedatangan Erland kesini karena ingin meminang Amelia, putri Tuan Adhinatha dan Nyonya Sopia,” santunnya.Namun, Adhinatha terkekeh, “Panggil papa dan mama saja toh kami sudah menganggap kamu menantu.” Kalimatnya disambut kekeh hangat oleh semua orang yang hadir termasuk bibi yang berperan menjaga pergerakan Kenzo yang sedang sangat aktif.Penghulu sudah di sana, sebenarnya penghulu tidak memiliki banyak waktu hanya saja karena paksaan Adhinatha maka pria ini memilih mendesikasikan waktunya lebih lama dari rencana. Itulah sebabnya dirinya sempat mengikuti percakapan hangat sebelum akhirnya masuk ke dalam percakapan sakral.Karena semuanya sudah jelas, Erland dan keluarga Amelia sudah mengenal sangat dekat maka acara pernikahan segera dimulai tanpa adanya
Bulan madu Erland dan Amelia telah usai, keduanya memang tidak berniat pergi lama, hanya satu malam saja karena mengingat Kenzo. Maka, saat keduanya kembali malaikat kecil adalah sasaran utama yang mendapatkan pelukan penuh rindu. “Tadi malam Kenzo rewel tidak ....” Lembut wanita ini saat menimang putranya, sedangkan Erland memberikan kecupan sayang.Sopia memberikan jawaban, “Kenzo sangat tenang, sangat anteng diberi mainan apapun mau, bermain di mana pun juga masih anteng. Apa Kenzo akan mendapatkan adik.” Tawa kegelian Sopia di akhir. Namun, kalimat itu membuat Amelia dan Erland membeku sesaat bersama senyuman hambar.“Mama doakan saja, ya ...,” kekeh merona Amelia yang masih akan menjaga kehamilan keduanya walaupun mungkin di hari kelahirannya akan ketahuan juga karena usia kandungan yang singkat dibandingkan dengan usia pernikahan, tetapi Amelia tidak akan memermasalahkan hal itu toh orangtuanya akan mengerti tanpa harus dijelaskan, dan asalkan kelahiran putranya tetap diterima s
Amelia dan Erland mengerjap bersamaan. “Eh, hi Cristy ....” Senyuman bingung Amelia. Bagaimana tidak, dia dihadapkan dengan sahabatnya di saat seperti ini. “Kalian di sini?” Tatapan Cristy berbaur pada Erland dan Amelia. “Iya.” Senyuman kecil Amelia yang sangat kebingungan, tetapi Erland segera mengembalikan pertanyaan Cristy sebelum kawannya memperpanjang pertanyaan yang tertuju pada dirinya dan Amelia. “Kamu juga di sini, sedang apa?” Kali ini Cristy yang mengerjap karena sebenarnya dia masih ingin memperpanjang pertanyaannya pada Amelia dan Erland walaupun mungkin hasilnya menyakitkan. “Aku sedang mengantar kakakku, kakak hamil anak ketiga,” kekeh kegeliannya sekaligus berbahagia. “Syukurlah ....” Amelia terkekeh hangat. Erland segera berkata yang mengandung banyak aliby, “Sayang, ayo cepat, kita tidak punya banyak waktu loh mungkin nomor antrian Kenzo sudah dekat.” Amelia segera mengerti maksud Erland. “Oh iya, kita keasikan ngobrol sama teman lama sampai-sampai lupa kalau K
“Apa yang Cristy katakan pada Tio, apa pernikahan aku dan Erland?” Amelia mencoba menerka, tetapi tidak diperpanjang sama sekali. Wanita ini pikir justru sangat bagus jika Tio mulai tidak ingin mendengar namanya, itu artinya Tio mengalami kemajuan yang baik. Justru dalam kepala Amelia kini tertanama pemikiran positif pada sahabatnya. “Sepertinya Cristy sudah berhasil mencuci otak Tio, sampai akhirnya Tio bersedia melupakanku. Hihi ....” Puasnya.“Ada apa, Sayang?” Erland membawakan salad buah untuk istrinya yang mengaku masih mual. Pria ini mencoba mengintip pada layar handphone. “Siapa Jesika, sepertinya wanita itu berhasil membuat suasana hati kamu lebih baik karena istriku ini berhasil tertawa manis,” godanya.Amelia masih membentuk garis bibir sumringah. “Jesika itu adiknya Tio, dia bilang Tio sudah tidak mau mengungkit namaku karena Cristy. Sepertinya Cristy berhasil menemukan kalimat yang pas supaya Tio move one.” Tawa ringannya.“Begitu ya. Ada-ada saja,” kekeh kegelian Erland
Hari ini Kenzo ikut bersama Miranda, Amelia baru saja mengabarkannya pada Erland setelah jam makan siang. Suaminya hanya terkekeh seiring berpesan supaya istrinya tidak perlu khawatir. Namun, sebenarnya bukan ini yang Amelia keluhkan, tetapi tentang kehamilannya, “Mama bilang Tara sangat rewel di kehamilan pertamanya, mama juga bilang senang memberikan perhatian pada Tara. Aku juga mau mendapatkan perhatian dari keluarga bukan cuma dari kamu saja ....”Erland sangat mengerti isi hati Amelia saat ini. “Sayang ..., jangan membandingkan kamu dan Tara dan jangan pula berkecil hati ya. Ada aku loh yang akan sangat memerhatikan kamu.”“Tapi aku cuma dapat perhatian dari suami, sedangkan orangtua dan mertua tidak memerhatikanku sama sekali.” Amelia masih merajuk.“Tara sama kamu kan berbeda cerita, Sayang ..., tapi kalaupun kamu mau mendapatkan perhatian seperti yang Nitara dapatkan, bisa saja kok asalkan kamu bersedia menceritakan jika kamu sedang mengandung anak keduanya kita.” Lembut Erla
Malam ini keluarga Adhinatha menginap di dalam kediamana Bagaswara maka hubungan kekeluargaan semakin hangat saja. Malam ini juga Amelia mengajukan permintaan pada Erland, “Kita adakan acara resepsi dua hari dari sekarang saja.”“Yakin?” Sebelah pipi Amelia diusap lembut.“Iya, untuk apa menunda. Lagipula aku merasa baikan setelah melakukan cara-cara yang diberikan dokter. Aku tidak mau acara pernikahan kita ditunda-tunda lagi, setidaknya setelah resepsi keluarga besar kamu akan segera tahu bahwa kita sudah menikah.”“Baiklah. Kita bicarakan ini besok pagi mumpung keluarga kita masih berkumpul.” Erland selalu menyetujui apapun keputusan dan keinginan Amelia, bukan karena tidak memiliki pendapat, tapi selama keinginan atau keputusan Amelia tetap bernilai baik, kenapa harus tidak dikabulkan.Maka, pada pagi harinya Erland dan Amelia kembali membuat pengumuman pada keluarganya. Untuk informasi yang ini Bagaswara segera menyahut antusias, “Papa akan segera mengurus semuanya!”Sikap Adhina