Share

29. Rumah Berasap

Malam sudah sangat larut ketika Raka dan teman-temannya tiba di puncak bukit. Oldi kelihatan berkeringat menggendong Kirei, padahal cuaca sangat dingin.

"Istirahat kalau cape," kata Raka. "Malam ini kayaknya kita tidak sampai ke sungai."

"Aku keringatan bukan cape."

"Karena pepayanya Kirei?" sindir Jonan. "Panen saja sekalian."

"Pepayanya membuat aku berfantasi. Harum nafasnya membuat aku terbius."

"Sayangnya bau keringatmu membuat aku ingin muntah," gerutu Kirei.

Oldi menanggapi serius padahal maksud Kirei bercanda. "Ya sudah kamu turun dulu, biar aku keringkan."

Kirei jadi menyesal sudah bicara sembarangan. Dia terpaksa turun. Oldi membersihkan keringat dengan tissue basah.

"Sembunyi di semak-semak," kata Raka tiba-tiba. "Cepat."

Mereka segera pergi ke rumpun semak dan masuk ke dalamnya. Jonan membabat beberapa batang semak agar sedikit leluasa.

Mata Raka memandang ke kejauhan. Manusia plasma tampak be

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status