Clara menatap piala yang ia terima kemarin malam. Piala yang ia susun di atas meja dalam kamarnya. Betapa ia sangat senang dengan pencapaian yang telah ia raih.Clara sudah lama tidak menerima penghargaan seperti ini. Ia lalu mengambil ponselnya, memotret piala-piala itu kemudian mempostingnya di media sosial. Senyum mengambang dibibirnya saat beberapa artis turut berkomentar dan memberikan selamat padanya.“Senyum-senyum aja nih, Mbak,” kata Bu Iin saat membuka pintu.“Ada apa, Bu?” tanya Clara menghampiri Bu Iin.“Ada Papanya Mbak Clara,” ucap Bu Iin memberitahu.“Baru datang, Bu?”“Baru aja,” kata Bu Iin. Sementara Clara menemui Papa, Bu Iin masuk ke dalam kamar Clara untuk merapikannya.Melihat Papa datang membawakan sebuket bunga, sepasang mata Clara langsung berkaca-kaca. Saking senangnya ia sampai tak bisa berkata-kata.“Selamat ya, Sayang. Papa bangga sama kamu.” Papa memberikan bunga itu seraya memeluk Clara erat. Anak perempuan yang ia besarkan seorang diri kini sudah begitu
Sedang santai menikmati siaran tivi, ekspresi wajah Ibu langsung berubah saat melihat iklan yang Azka dan Clara bintangi. Dengan cepat ia mengganti siaran tivi, sayangnya ia malah mengganti ke siaran infotainment yang sedang menanyakan Azka dan Clara yang tengah di wawancara. Hatinya makan panas saat mendengar Azka yang meminta doa agar hubungannya dengan Clara makin langgeng."Matikan aja lah. Gak ada yang benar siaran tivi," gerutunya sendiri. Ia meraih ponsel kemudian menghubungi teman lamanya itu. Teman lama yang memiliki anak seorang dokter yang ingin ia jodohkan dengan Azka. Sebelum Ibu sudah pernah berbincang dengan teman lamanya itu perihal rencana perjodohan ini. Dan sepertinya teman lama Ibu itu sangat menyambut dan tak keberatan dengan rencana Ibu. Menolak pun tidak. Bagaimana bisa menolak, karena mereka adalah keluarga terpandang di Yogyakarta yang masih memiliki hubungan dengan Sultan."Halo apa kabar, Ning?" sapa Ibu ramah di balik panggilannya."Halo, Retno. Saya kabar
Duduk bersama Bima di bangku kelas bisnis, Azka menatap gambar diri Clara melalui layar ponsel yang telah dijadikannya wallpaper. Azka sengaja tak memberitahu Ayu perihal kedatangannya ke Yogya hari ini. Ia ingin memberi kejutan untuk Ayu dengan menjemputnya di kampus."Kalau nanti Ibunya Mas Azka tambah marah gimana?" tanya Bima membuat Azka mengakhiri kegiatannya menatap Clara."Ya mau gimana lagi," sahut Azka."Jadi Mas Azka bakal terima perjodohan itu?""Ya enggak lah. Terserah, mau dapat restu atau enggak, aku baka tetap menikah sama Clara nantinya," ucap Azka.Beberapa orang yang duduk di sekitar Azka tampak berbisik."Jangan bahas itu sekarang, Bim." Azka mengakhiri percakapan mereka. Bila diteruskan, yang ada akan muncul berita-berita gak jelas di akun gosip sosial media.Setelah sempat berputar-putar di atas langit karena cuaca yang tidak bersahabat, akhirnya pesawat yang mereka tumpangi mendarat juga di bandara Yogyakarta dalam keadaan gerimis. Turun dari pesawat mereka lang
Melihat sikap Azka yang menurut sejak ia datang, Ibu sendiri yang meminta Azka untuk menginap di rumah."Mas, jangan sampai Ibu berpikir kalau Mas Azka mau untuk dijodohin sama Dara. Mas harus cepat bilang sama Ibu," kata Ayu pada Azka. Mereka berdua sedang mengobrol di kamar Ayu setelah selesai makan malam."Iya, Yu. Mas juga niat begitu," sahut Azka."Niatnya begitu?" Ayu mengulangi ucapan Azka yang terdengar ada sedikit rasa ragu di sana.Baru saja bibir Ayu ingin berucap sesuatu, pintu kamarnya dibuka secara tiba-tiba oleh Ibu."Azka, besok Ibu mau kamu jemput Dara di rumah sakit selesai dia kerja, lalu kamu ajak dia jalan," ucap Ibu dengan nada perintah kemudian langsung berlalu pergi."Ya ampun, Ibu kayak gitu banget," gerutu Ayu."Sudah biarin aja, Yu. Setelah ini Mas Azka akan bilang sama Ibu.""Bagus, Mas. Tapi besok Ayu ikut sama Mas Azka," ucap Ayu spontan."Iya terserah kamu, Yu. Sekarang kamu tidur. Mas mau tidur juga," ucap Azka beranjak dari tempat tidur lalu meninggalk
"Aku tahu maksud baik diantara orang tua aku atau kamu. Tapi aku gak bisa menerima maksud baik mereka karena aku sudah punya pilihan sendiri. Aku mohon kamu bisa mengerti ya, Dar." Dari jauh samar-samar Ayu mendengar ucapan Azka dan Dara saat ia selesai ditelpon Clara. Ayu memilih untuk bergabung dengan mereka dulu. Bagaimanapun Ayu tak ingin mengganggu omongan serius mereka.Dara tertawa kecil. "Aku tahu.""Makasih ya, Dar. Aku gak mau membuat kamu jadi berharap lebih dengan aku. Aku gak bisa. Sekarang aku hanya membuat perasaan Ibu baik-baik aja, makanya aku tidak menolak untuk menjemput dan mengajak kamu ke tempat ini," ucap Azka lagi."Iya, Mas Azka. Jangan khawatir," sahut Dara tetap memasang senyum di bibirnya. Meski sebenarnya ia merasa kecewa. Ia sangat senang saat orang tuanya mengatakan akan mengenalkan dan berharap ia bisa berjodoh dengan Azka.Obrolan kembali sedikit berwarna saat Ayu kembali ke meja dan menikmati makanan yang ada.Tak ingin terlalu malam, Dara minta untuk
Clara segera bersiap begitu mendapatkan pesan Azka. Meski ia sendiri belum tau jam berapa pesawat yang Azka tumpangi akan mendarat. Ia terlalu rindu dengan Azka hingga lupa jadwal hari ini kalau ia ada syuting iklan."Clara mana, Bu?" tanya Lisa baru datang."Lagi di kamar, Mbak. Lagi siap-siap," sahut Bu Iin yang sedang menyiapkan sarapan pagi, "mau sarapan sekali, Mbak?""Boleh, Bu," sahut Lisa sembari tersenyum. Ia berjalan menuju kamar Clara, kemudian masuk setelah mengetuk pintu."Cepat amat siap-siapnya, Cla? Syutingnya kan agak siangan," ucap Lisa duduk di tepi ranjang Clara."Hari ini ada syuting?" Clara langsung menghentikan aktivitas berdandannya dan menatap Lisa tak percaya."Ada, Cla. Siang ini kan kita syuting iklan. Kamu lupa apa gimana sih? Kemarin malam kan aku sudah ingetin kamu," kata Lisa.Wajah Clara langsung berubah."Emang kamu mau kemana sih? Pagi-pagi sudah siap-siap mau pergi," kata Lisa."Mau jemput Azka, Lis. Hari ini dia pulang dari Yogya," ucap Clara."Pesa
Setelah sempat tertunda beberapa waktu, hari ini Clara dijadwalkan lagi untuk syuting iklan itu. Dengan diantar Azka yang kebetulan tidak ada jadwal, ia begitu bersemangat. Ia sudah membayangkan akan pergi jalan-jalan berdua dengan Azka setelah selesai syuting. Mempersiapkan beberapa baju ganti dan peralatan make upnya, Clara siap untuk pergi.“Mbak, sudah dijemput,” ucap Bu Iin memberitahu.“Iya, Bu. Suruh masuk aja,” sahut Clara.“Sudah, Mbak. Mas Azka lagi duduk di ruang tengah. Mbak Clara sarapan dulu kan?” tanya Bu Iin lagi.“Iya, Bu. Sebentar lagi saya keluar. Tolong bawain sarapannya ke ruang tengah ya, Bu,” pinta Clara yang masih sibuk di kamar.“Siap, Mbak,” jawab Bu Iin. Ia segera bergegas menuju dapur dan menyiapkan sepiring makanan untuk Clara.Membawa tas tentengnya keluar kamar, Clara menemui Azka di ruang tengah. Sarapannya sudah tersaji di meja.“Kamu sudah sarapan, Az?” tanya Clara duduk di samping Azka.“Sudah sarapan roti tadi bareng Bima.” Azka tersenyum. Hari ini
Meski Ayu mengatakan bahwa ada kemungkinan Ibu berpura-pura sakit, tetap saja hal itu menjadi beban pikiran buat Azka. Sejak menerima kabar dari Ayu, ia jadi tak karuan. Seperti hari ini ia harus beberapa kali mengulang adegan karena tak konsentrasi."Lagi ada masalah sama Clara?" tanya sutradara menghampiri Azka."Gak ada, Mas. Cuma lagi kepikiran orang tua aja. Lagi sakit," jawab Azka."Kenapa gak bilang? Mau izin dulu?""Emang bisa, Mas?" Azka bertanya balik."Bisa lah. Tapi hari ini syutingnya full sampai malam, gak papa?" Mas sutradara memberikan tawaran."Gapapa, Mas." Azka mengiyakan tawaran itu.Dengan cepat ia meminta Bima untuk memesan tiket penerbangan pertama ke Yogyakarta untuk besok."Halo," sapa Clara membuat Azka kaget."Clara," ucap Azka meletakkan ponselnya."Lagi break kan?" Clara membuka bungkusan makanan yang ia bawa."Iya, Sayang. Kamu pulang aja, Cla," kata Azka mencomot makanan yang Clara bawa."Kok pulang? Baru juga datang. Kamu gak suka aku main ke lokasi kam