Satu bulan kemudian...Alma merapikan kemeja Adam yang diberikan Virza sebagai bagian dari groomsmen. Adam terlihat sangat tampan karena aura wajah bahagianya keluar. Akhirnya, sahabat dunia akhiratnya, Virza mengakhiri masa lajangnya hari ini dengan satu perempuan yang amat ia sayangi.“Udah rapi, mas.”Adam mengangguk, “Sayang, nanti kita join honey moon sama Virza dan kakak, ya?”Alma menggebung dada bidang Adam, “Mas, aku belum pasang kb loh. Kalo kebablasan gimana? Ngurus Arick aja aku masih bingung.”Adam tertawa, “Sayang, ‘kan aku udah bilang biar aku aja yang pasang kb. Ada banyak pilihan ‘kan buat laki-laki?"“Mas, emang gak papa?”“Ya gak papa lah, yang apa-apa itu kalo kamu pasang tapi malah gak cocok. Perempuan itu udah banyak mengorbankan diri. Menstruasi, hamil, melahirkan, semuanya mengendalikan hormon ‘kan? Masa masalah kb yang bisa aku gantiin harus kamu yang ngerasain juga?”Alma mengangguk, “Ya udah, terserah kamu.”“Aku udah konsul kok seminggu kemarin sam
Dor-Dor-Dor“Alma! Bangun! Tidur tuh kayak kebo banget sih! Bangun! Udah jam berapa ini!” mama berteriak kencang depan pintu kamar Alma yang terkunci.“Pagi bangunnya siang, siang bangunnya sore. Kamu tuh kucing apa manusia sih? Kerjanya tiduuuuur terus. Alma!” mama belum berhenti meneriaki anak tunggalnya itu.“Ish, maa! Berisik banget sih!” teriak Alma membalas teriakkan mama.“Buka pintunya atau mama dobrak nih!”Alma mengucek matanya, ia juga terpaksa bangun karena kalau tidak, mamanya yang galak itu akan mendobrak pintu kamarnya. Dan nanti mungkin kamarnya tidak akan memiliki pintu karena mama tidak mau membetulkannya dengan memanggil tukang. Sebuah malapataka yang tidak boleh terjadi untuknya yang hobi tidur.Ceklek.“Ma, apaan sih berisik banget. Kayak ibu tiri aja marah-marah terus.”Mama terlihat melipat kedua tangannya ketika Alma membuka pintu kamarnya, lalu nyelonong masuk kamar tanpa di persilakan. Sungguh sopan sekali kan mamanya ini?Mama duduk di tepian kasur sambil me
“Alma, udah siap belum dandannya?” mama main nyelonong saja saat Alma sedang memperhatikkan wajahnya di depan meja rias. Alma menengok ke arah mama yang sudah cantik mengenakan kebaya brokat berwarna merah lengkap dengan rok batiknya. Rambutnya juga sudah di sanggul seperti istri-istri pejabat yang sering ia lihat di acara HUT RI di televisi. “Mama mau kemana kok-?” Belum selesai bertanya, mama sudah melotot ke arah Alma, “Kamu ngapain aja dari tadi? Kok muka kamu masih polosan sih?” “Emang kita mau kemana sih, ma? Bukannya mama bilang tadi anak temen mama mau kesini, kenapa harus terlalu bergaya?” “Kamu itu, mau di manapun kita harus tetep dandan cantik dong, Ma, buat menghargai tamu yang dateng. Masa gitu aja mama harus jelasin?” “Ya aku setuju andaikan mama cuma pake baju dress doang terus dandan tipis-tipis. Kalo ini mah bukan cantik aja mah, tapi heboh. Kayak mau ke Istana Negara tau gak?” “Mulut kamu itu loh, kayak gak pernah mama didik. Masa mama cuma pake baju dress bia
Semua mengangguk setuju ketika papa-mama Alma dan mama dokter Adam menyepakati susunan acara pernikahan untuk esok hari.“Ma! Kok nikahnya besok sih? Itu pernikahan apa tahu bulat?”Mama melotot meminta Alma tutup mulut dan diam saja. Tapi bukan Alma namanya jika ia hanya diam saja seperti anak lain ketika mamanya sudah memintanya diam.Adam, ya bilang saja calon suami Alma melirik gadis itu, dengan suara tenang ia berusaha untuk membuat calon istrinya tidak banyak protes, “Alma, aku gak ada waktu lagi buat nunggu. Jadwal operasi aku padet, dan besok kebetulan gak ada jadwal praktek di Rumah Sakit. Jadi kita bisa melangsungkan pernikahan besok.”Alma menghembuskan nafasnya kencang, “Tapi gak besok dong, dokter Adam. Besok tuh... kurang dari dua puluh empat jam. Aku gak bisa ngapa-ngapain!”“Emangnya kamu mau ngapain? Besok aja kamu tinggal duduk di prosesi ijab kabul, siangnya duduk di kursi pelaminan. Tenang aja, tamunya gak banyak kok, jadi kita gak akan berdiri lama-lama buat salam
“Gimana? Gue udah cantik, kan?” tanya Alma pada Sezan dan Audy, sahabatnya. “Gilaaa lo udah cantik banget kayak Miss Universe, Ma hahaha.” goda Audy. “Euh, lo tuh ya, suka berlebihan.” “Zan, cantik gak gue?” tanyanya lagi pada satu sahabatnya yang belum menjawab. “Canti, Maa, cantik banget.” “Kayak Miss Universe?” ledeknya. “Yeee, dendam lo sama gue.” seloroh Audy kesal.Mereka tertawa.Di hadapan cermin Alma menatap kedua sahabatnya yang berdiri di belakang tubuhnya, “Gue... gak papa kan ya nikah sama duda beranak?” “Gak papa lah, lagi musim tau.” timpal Audy. “Musim, lo pikir rambutan ada musimnya?” “Ya lo emang gak tau banyak slogan duda semakin di depan? Itu artinya, lo mengikuti trend dengan baik hahaha, iya kan, Zan?” Sezan mengangguk. “Zan, lo mah diem aja kayak kena Malaria. Lo kasih tanggepan dong sama pertanyaan gue.” Sezan melirik Audy lalu menatap Alma lewat cermin, “Ya gak papa dong, Ma, kamu mau nikah sama yang single, sama yang duda, sama aja kok, gak ada b
Selesai acara, Adam akan langsung memboyong Alma ke rumahnya. Bersama Belle yang sedari tadi di jaga mbak Ruth, suster pribadinya, Adam berpamitan pada mama dan mertuanya. “Ma, pa, aku pamit bawa Alma ke rumah. Maaf kita gak bisa dinner bareng karena harus beres-beres di rumah.” Adam berpamitan. “Iya, gak papa nak Adam, mama ngerti banget. Alma juga harus belajar ngerti kalau suaminya ini dokter yang gak bisa dua puluh empat jam di rumah.” tutur mama. Alma tidak memberikkan komentar apa-apa, ia hanya menatap mama sedikit kesal. “Kamu belajar gendong Belle. Sekarang kan Belle jadi anak kamu.” goda papa. “Papa ih.” Alma melirik Belle yang sedang tidur di stroller, “Tuh Belle lagi bobo nyenyak, jangan di gangguin.” “Bisa aja alesannya.” sindir mama. “Yeee biarin.” Mama Asry mengelus-elus lengan Alma yang berdiri di sampingnya, “Kalo belum bisa ikut ngurus Belle, gak papa, kamu bisa liatin dulu.” Alma mengangguk dan tersenyum, “Iya, ma, makasih ya pengertiannya.” “Kita mau lang
Alma menutup telinganya dengan lipatan bantal ketika matanya masih menangkap langit di luar jendela masih gelap. Tangannya meraba-raba nakas samping kasur untuk melihat jam digital yang bertengger disana. Matanya terbuka lebar dan tak percaya dengan apa yang ia lihat. Masih jam lima. Yang benar saja, kenapa mahluk kecil itu terus menangis sepanjang malam.“Arghhhhh! Kenapa sih nangis terus, Belle!” hardiknya kesal.Alma terpaksa bangkit dari posisi tidur dan mengacak-acak rambutnya. Tidurnya semalam memang nyenyak setelah melakukan video call tiga jam dengan Sezan dan Audy karena ia sebagai nyonya baru, memiliki kesempatan memamerkan seisi rumah suaminya. Tapi tolong catat baik-baik, kalau Alma membutuhkan waktu tidur yang lebih lama. Tidak, Alma sehat secara fisik dan mental. Ia juga bukan penderita hipersomnia. Ia hanya suka tidur.Dengan terpaksa Alma turun dari kasur dan berjalan dengan kesal membuka pintu kamarnya. Ia berjalan lurus ke arah kamar Belle di sebelah kiri kamarnya
“Kamu kenapa?” Adam bertanya dengan polosnya. Alma menutup wajah dengan kedua tangannya, “Kamu ngapain disini, mas. Aku mau mandi.” “Yakin mau mandi?” “Yakin lah. Sana keluar!” “Kamu bukannya dari tadi tidur?” “Maaaas, jangan bikin aku marah pagi-pagi gini. Kamu keluar, aku mau mandi, terus nanti giliran kamu yang mandi.” “Kita mandi bareng aja biar menghemat waktu.” “Gak usah ngarang. Sana pergi!” Bukannya menuruti permintaan Alma, Adam malah dengan sengaja menghampirinya, “Kita udah halal buat mandi berdua.” “MAAAS!” Alma bergegas berdiri sambil menutup matanya. Ia mendorong tubuh Adam untuk keluar dari kamar mandi. “Kamu mau ngapain sih? Kok aku di dorong-dorong?” “Awas kamu keluar duluuu!” Adam tidak membalas ucapan Alma lagi, ia malah tertawa senang. Entah apa yang membuatnya sesenang itu karena Alma masih menutup matanya. Ceklek. Alma mengunci kamar mandi setelah mengusir suaminya dari sini. Ia mengatur napasnya dan baru menyadari kalau ia tidak memakai apapun ke