"Baiklah, alhamdulillah, kalau memang kamu benar-benar merasa, apa yang kemarin-kemarin kamu lakukan itu keliru.""Jadi, kita enggak musuhan lagi?""Asal kamu tepati janji kamu."Bella menyambar salah satu tangan Rifky dan menggenggamnya erat, ini membuat Rifky terkejut hingga ia menarik tangannya dengan cepat. "Eh! Maaf, aku lupa! Aku lupa kalau kamu sudah menikah."Bella buru-buru meminta maaf, sebelum Rifky yang lebih dulu bicara ketika pria itu terlihat tidak suka dengan apa yang dilakukan Bella padanya. Menyentuh dirinya seperti tadi.Rifky menghembuskan napas. Tidak jadi melancarkan aksi protesnya. "Sekarang, katakan apa yang kamu maksud dengan hal yang kamu ucapkan tadi, tentang keanehan yang kamu maksud."Seolah tidak mau membuang waktu, Rifky langsung melontarkan pertanyaan itu pada Bella, karena hal itulah yang membuat ia mau memenuhi permintaan perempuan itu untuk bertemu di tempat sekarang sampai ia melewatkan makannya saat istirahat."Kalau kamu enggak cepat bergerak m
Alhasil, Rifky memilih untuk tidak menceritakan lebih lanjut tentang apa yang sudah dialaminya.Ia juga tidak mau dituduh mengada-ada, karena memang hal yang tadi ia lihat itu tidak mungkin mudah untuk dipercayai oleh orang yang tidak mengalaminya sendiri. Contohnya ia dahulu juga demikian. Itulah sebabnya, Rifky memilih untuk tidak melanjutkan pembahasan itu. Namun jujur, sekarang ia mulai berpikir, apa sebenarnya isyarat yang dibawa oleh almarhum kakaknya itu pada ia dan Riska?Ketika Rifky nyaris keluar dari warung makan tersebut, suara Pak Harto membuat langkahnya terhenti."Meskipun aku tidak terlalu percaya untuk hal yang tadi kamu katakan, akan lebih baik, kamu perhatikan apapun yang sekarang kamu lakukan, bisa saja itu isyarat. Almarhum kakak kamu sangat menyayangi kalian, hingga saat sudah meninggal pun, ia tetap menjaga kamu dari dunianya."Rifky menarik napas lega ketika mendengar apa yang dikatakan oleh pemilik warung tersebut. Lega, karena setidaknya perasaannya tentang
"Aku tidak bisa....""Kenapa? Kenapa tidak bisa? Apakah kau tipe pria yang tidak bisa meninggalkan seseorang meskipun orang itu tidak menguntungkan?""Situasinya tidak sesederhana yang kau pikirkan, Bella. Perusahaan ini, milik ayah Riska, meskipun sekarang aku pemilik saham di perusahaan ini, tetap saja saham Riska itu tergabung dengan saham ayahnya, tidak akan cukup jika aku melawan."Bella tersenyum kecut mendengar pengakuan Ronan yang dinilainya terlalu bodoh. "Riska itu istrimu, kenapa kamu tidak membuat saham dia menjadi milikmu? Dengan begitu, kau bisa menjadi pemimpin tunggal di perusahaan ini?""Bella, aku tidak pernah berniat untuk melakukan hal itu kalau Riska mampu memberikan apa yang aku mau.""Lalu aku??!""Bukankah aku juga sudah memberikan apa yang kau mau? Uang?""CK! Lupakan saja! Mulai sekarang, jangan urus dengan siapa aku dekat kalau kamu tetap tidak bisa membuat aku mendapatkan identitas resmi!"Setelah mengucapkan kalimat itu, Bella berlalu kasar dari hadapan R
"Akan aku lakukan!"Tentu saja, Bella sekarang mulai tidak patuh padaku, aku tidak suka wanita yang tidak patuh, kalau kau sebagai istri bisa memberikan apa yang aku mau? Aku akan membuang sekretaris sialan itu!Ucapan Ronan dilanjutkan pria itu di dalam hati. Sementara itu, wajah Riska berseri ketika mendengar apa yang diucapkan oleh sang suami.Sebenarnya, bukan ingin menjadi wanita posesif dan pecemburu. Riska melakukan itu karena merasa Bella bukan wanita baik-baik.Jika Bella wanita yang baik, tentu saja tidak akan kerap menghubungi suaminya saat di luar jam kerja. Riska seringkali memergoki suaminya menerima telpon dari sang sekretaris, dini hari pula. Bagaimana tidak membuat Riska jadi kesal?"Aku harap, kamu benar-benar menepati janji kamu, Pi.""Tergantung, kalau kamu bisa memberikan apa yang aku mau, mana mungkin aku akan menciptakan masalah."Riska menghela napas. Masalah keturunan laki-laki, masih menjadi momok menakutkan bagi dirinya. Padahal, andai saja Ronan berpikir
"Dengan kata lain, lu lebih memilih keluarga Pak Rizmawan dihancurkan oleh kunyuk itu?"Rico membuang napas dengan kasar, seolah tidak suka dengan apa yang dikatakan oleh Zeon padanya."Kalo lu emang tega ngebiarin keluarga orang tua angkat lu hancur, ya udah, gue kagak bisa berbuat banyak, emang kagak bisa dipaksa itu hak lu, gue cuma mencoba ngasih masukan doang.""Oke! Oke! Gue akan pulang!!" Dengan suara meninggi, akhirnya, Rico bicara demikian, dan Zeon tersenyum penuh arti mendengarnya."Ya, udah, abis makan pulang, inget kata-kata gue tadi, lu boleh memperjuangkan impian lu tapi jangan lupakan manusia itu kudu bisa bisa balas budi kalo emang punya hati."Zeon mengucapkan kalimat itu sambil membersihkan kembali gitarnya sambil bersiul. Tanpa mempedulikan, Rico yang menatapinya dengan perasaan yang bercampur aduk.***Bella turun dari motor pemberian Ronan ketika sudah sampai di depan sebuah rumah yang tidak begitu besar tapi asri karena banyak terdapat tanaman hias di depan ru
"Kenapa tidak bisa menjawab? Apakah, pernikahan kalian ini tidak berlandaskan saling cinta?"Suara Bella membuat Aoi tergagap. Perempuan itu menarik napas panjang."Aku mencintainya.""Lalu Rifky?"Aoi terdiam lagi, sulit sekali ia mengatakan sebuah kebohongan kalau ia ingin mengucapkan bahwa Rifky sang suami mencintainya padahal yang ia tahu sebenarnya Rifky belum bisa mencintainya.Jemari tangan Aoi saling bertaut, saling memilin dan itu terdeteksi oleh Bella hingga Bella tersenyum di dalam hati, merasa sudah menang telah membuat istri Rifky jadi merasa tertekan."Kenapa tidak dijawab?" tanyanya ketika sudah beberapa saat Aoi tidak juga kunjung menjawab."Aku-""Aku mencintai Aoi! Tentu saja, kalau aku tidak suka dan cinta kami tidak akan menikah."Tiba-tiba saja sebuah suara terdengar dan disusul kemunculan Rifky yang sudah menyajikan segelas juice di atas meja."Ah, kamu sudah selesai, aku balik ke belakang ya, aku mau menyelesaikan masakan aku."Aoi buru-buru pamit. Tanpa memped
Mendengar apa yang dikatakan oleh sang istri, Rifky melangkah mendekati wanita tersebut.Kedua tangannya memegang pundak sang istri dan meminta wanita itu menatapnya dengan benar, hingga mau tidak mau Aoi menengadahkan kepalanya, agar pandangan mereka bisa bertemu."Apa yang kamu katakan mungkin benar, apalagi saat awal menikah, tapi aku serius dengan ucapan aku, Aoi, meskipun belum sebesar pria yang sepenuh hati mencintai kamu, tapi aku sudah bisa merasakan tidak mau kehilangan kamu, merasa kesepian kalau kamu enggak ada, merasa rindu kalau aku di kantor dan kamu di rumah, perasaan itu sekarang aku rasakan, dan aku tidak bohong...."Suara Rifky terdengar serius ketika mengucapkan kalimat itu pada sang istri. Membuat bibir Aoi tidak bisa mengucapkan kata-kata dan ia menjadi salah tingkah dengan wajah yang semakin merah ketika mendengar itu semua."Tapi, aku juga maklum kok, kalau kamu mungkin belum bisa cinta sama aku, karena perasaan itu sulit untuk dipaksa, maaf kalau aku egois ingi
Karena mempertahankan diri agar tidak terkena pukulan milik Bastian, Ahmad terpaksa meladeni serangan Bastian.Walaupun di dalam hati ia merasa tidak ber-etika saat melakukan perlindungan diri karena diserang, lantaran membuat keributan di pemakaman, tapi itu terpaksa dilakukannya untuk melumpuhkan Bastian.Pria yang pernah merantau lama di Jepang itu benar-benar ahli ilmu bela diri hingga Ahmad harus ekstra keras untuk mencoba membuat Bastian berhenti menyerang, sampai akhirnya Bastian tiba-tiba menghentikan serangannya dengan wajah terkejut dan kedua mata terbelalak menatap ke arah makam almarhum Rizky.Bastian benar-benar sudah menghentikan serangannya pada Ahmad dan berdiri terhuyung sambil melotot ke arah makam sahabatnya tersebut.Ahmad heran. Ia mengarahkan pandangannya ke makam almarhum Rizky, tapi tidak ada siapa-siapa di sana. Tetapi, kenapa ia melihat Bastian seperti orang yang terkejut melihat sesuatu yang tidak masuk akal?"Ada apa? Apa yang kau lihat?" tanyanya pada Basti