Setelah bicara demikian, Ronan mengakhiri percakapan. Wajahnya terlihat marah. Kedua telapak tangannya mengepal erat."Lihat saja, perusahaan ini akan menjadi milikku, kalaupun aku tidak bisa memilikinya, akan aku buat perusahaan ini hancur rata dengan tanah!"Pria itu bicara demikian dengan luapan rasa kesal yang amat sangat karena tidak suka Bella lebih cenderung mendukung Rifky menjadi pemimpin dibandingkan dengan dirinya.***"Rifky, alhamdulillah, sudah lama kamu tidak ke sini, sangat sibuk sampai lupa menengok orang tua, mana istrimu?"Ibunya Rifky langsung mengatakan hal demikian, ketika Rifky bertandang ke rumah. Perempuan itu mengusap puncak kepala sang anak ketika Rifky mencium telapak tangannya."Aku lembur terus, Mi. Mau ke sini, aku khawatir mengganggu karena malam benar baru pulang, terus akhir pekan, aku juga banyak pekerjaan dari kantor, maaf tapi aku selalu menyempatkan cek keadaan kalian, aku telpon papi, kadang ke rumah ini bibik yang angkat, tapi mendengar kalian b
"Gue melakukan itu karena menghargai Kak Ronan, dia yang memberikan dana, jadi gue serahkan semua tampuk kekuasaan sama dia, kalau sekarang gue jadi berpikir apakah dia tulus atau kagak, itu karena gue merasa, ada yang kagak beres dari sikap dia.""Itu karena dia belum punya anak laki-laki, mungkin kalau entar udah punya, ceritanya akan jadi beda.""Bagaimana kalau anak yang dikandung Kak Riska bukan anak laki-laki?""Kak Riska masih bisa punya anak lagi.""Tetap aja itu kagak bisa dibiarkan, Rico! Apakah ada pernikahan yang memiliki syarat? Kagak ada, kalau udah ada syarat, itu udah kagak sehat!""Mereka menikah juga karena syarat, Kak Ronan punya syarat tipis soal anak yang dia mau anggap aja itu wajar, asalkan nanti begitu anak laki-laki mereka lahir, mereka udah baik-baik aja, perusahaan harusnya juga baik-baik aja, kan?""Entahlah, gue tetap kagak suka apa yang dilakukan Kak Ronan yang begitu menuntut sama Kak Riska, anak masih kecil, Kak Riska hamil lagi, apa itu kagak kelewatan
Bastian bicara demikian sembari terus memperhatikan Gill yang perlahan melangkah mendekati pria berdasi yang terlihat melambaikan tangan ke arah Gill tersebut.Pria itu memperhatikan Gill dan Ronan dari tempatnya, seakan-akan tidak mau melepaskan satu detik pun pergerakan yang dilakukan oleh keduanya terutama Gill.Sementara itu, Gill....Laki-laki tersebut perlahan duduk di hadapan Ronan yang sudah sejak tadi menunggunya.Seorang waiters menghampiri mereka dan Ronan mempersilahkan Gill untuk memesan. Gill menolak ketika Ronan menawarinya untuk makan, agar menghargai, pria yang memiliki wajah mirip dengan almarhum Rizky itu akhirnya, Gill memesan minuman."Gill, aku sudah menyelidiki tentangmu, dan aku tahu segalanya latar belakangmu, jadi kita bicara terbuka saja di sini, apakah kau bersedia bekerjasama denganku?"Ronan membuka percakapan, dengan nada yang sangat serius membuat Gill seolah-olah terpantek di tempatnya."Soal itu, saya tidak bisa.""Kenapa?""Karena memalsukan identita
"Apa yang kau katakan? Kau ini aneh! Aku benar-benar tidak paham dengan ucapanmu itu, tolong, jangan bicara sembarangan, apalagi tentang identitas seseorang yang sudah meninggal tidak baik untuk didengar, apalagi kalau pihak keluarga mendengar, permisi, aku benar-benar harus pergi."Gill menyingkirkan Bastian dengan satu tangannya tapi, pria itu benar-benar tidak mau menyingkir hingga Gill terpaksa melakukan sesuatu yang di luar dugaan. Ia mengerahkan tenaga, dan Bastian dibuat terkejut lagi dengan hal itu.Dengan mudahnya, Bastian disingkirkan oleh Gill, padahal ia sudah berusaha untuk mengerahkan tenaga agar ia juga tidak mudah untuk disingkirkan, tetapi dengan hanya sekali sentakan, Gill mampu membuat dirinya bergeser ke samping dan pria itu langsung melangkah keluar cafe.Tidak terima dengan apa yang dilakukan oleh Gill, Bastian berlari mengejar hingga kini mereka sama-sama di luar cafe.Penasaran dengan kemampuan Gill yang dianggapnya almarhum Rizky itu, Bastian menyerang.Tepat
Rifky terkejut membaca pesan yang ditulis oleh Gill.Pikirannya langsung menyimpulkan apa yang diceritakan Ahmad dengan apa yang dikatakan oleh Gill lewat pesan, sampai akhirnya....[Apa yang dia katakan sama lu, Gill? Bisakah lu bicara detail? Lu member GSB, bagian dari komunitas kita, jadi gue percaya dengan lu, insya Allah bandingkan non member, apalagi kakak ipar gue itu]Rifky memilih untuk bicara saja, tidak mau menyembunyikan persoalan antara ia dan Ronan. Tujuannya adalah, ia bisa membuat Gill yakin untuk bicara, sebab, siapa tahu, ia menemukan sesuatu yang bisa membuat ia melawan Ronan tanpa membahayakan perusahaan dan sang kakak apalagi ayahnya.[Katanya, perusahaan kalian sedang menghadapi masalah, aku diminta untuk jadi almarhum kakak kamu, agar aku bisa ikut dengannya menemui perusahaan pesaing, memangnya apa hubungannya? Perusahaan pesaing juga pasti sudah tahu kakak kamu sudah meninggal, bukan?]Gill benar-benar tidak paham dengan apa yang sekarang dihadapannya hingga i
"Tapi, Mi-""Mami mengatakan ini bukan ingin bertukar pikiran sama kamu, Riska, tapi memberitahukan, jadi kamu tidak bisa mengatakan pendapatmu, karena Mami tidak mau mendengar kata tidak!"Sang ibu mertua memotong ucapan Riska. Membuat Riska tidak bisa bicara lagi, ia hanya bisa berharap, itu tidak akan terjadi mau anak perempuan atau laki-laki, Riska ingin menanganinya sendiri bukan justru merepotkan mertua atau orang tua.Namun, Riska memilih untuk tidak membahas itu lagi, bagaimana nanti biar nanti, semoga rencana yang sudah dibeberkan, akan berubah agar ia tidak harus berdebat terus menerus dengan sang ibu mertua.***Kabar tentang Gill yang menyamar jadi almarhum Rizky dibeberkan oleh Rifky pada beberapa member GSB dan Comic Boyz yang bisa ia percaya. Itu bertujuan agar Gill tidak diserang teman-temannya nanti ketika kabar itu terkuak. Semua yang dihubungi Rifky bisa paham dengan alasan itu, dan mendoakan semoga hal yang sekarang dilakukan Rifky memang mampu membuat niat asli R
"Ih, kenapa? Kamu cemburu? Segitu besarnya cinta kamu sama aku sampai bikin kamu cemburu?" Bibir Sachi maju satu senti saat mengucapkan kalimat tersebut, dan itu membuat Ari geleng-geleng kepala."Terlalu cemburu si kagak, tapi lu sebagai bini kelewatan aja minta ketemu segala sama dia, gatel!" omel Ari dan cibiran Sachi semakin nyata mendengar hal itu diucapkan oleh suaminya tersebut."Aku enggak gatel, aku cuma mau liat aja, semirip apa dia!""Enggak usah! Ntar buat status lebai lagi lu, kagak suka gue!"Ari tetap kukuh menolak hingga Sachi diam-diam sebal juga.Kamu enggak mau ngizinin aku, liat aja, aku bakal usaha sendiri biar bisa ketemu itu cowok! Sachi bicara sendiri di dalam hati, sambil memperhatikan sang suami yang melangkah keluar dari kamar mereka tanpa mempedulikan keinginannya tersebut. ***"Gue mau bicara!"Langkah kaki Billy terhenti saat suara Birly terdengar, dan itu membuat adik kembar Birly itu membalikkan tubuhnya."Apa?" tanyanya dengan kening berkerut."Apa
"Ntar gue kasih tau lagi!""Apanya?""Ya, gue ikut atau kagak!""Apa yang harus dipikirkan lagi, sih? Bokap udah minta kita untuk pergi, ya, udah! Kagak usah lagi banyak alasan, ini udah keputusan yang kagak boleh diganggu gugat, lu kudu ikut besok, titik!!"Setelah bicara demikian, Birly segera berlalu dari hadapan sang adik kembar, dan Billy bergerak cepat menutup pintu kamarnya setelah sang kakak kembar pergi.Billy langsung melanjutkan apa yang tadi dilakukannya dan sempat terhenti gara gara kehadiran sang kakak kembar.[Bro, gimana ini, bokap meminta gue sama kakak kembar gue buat ke perusahaan lu besok? Gimana? Apa gue kasih tau aja yang sebenarnya biar mereka tau?]Begitu pesan Billy pada Rifky. Untuk sesaat, pesan itu tidak dibalas oleh Rifky, hingga Billy harus menunggu, sampai akhirnya baru Rifky membalas.[Apa lu bisa menahan niat mereka yang ingin ke perusahaan bokap gue? Sebentar lagi Kak Riska melahirkan, setelah melahirkan, gue sendiri yang akan mengklarifikasi tentang