Pagi ini Saga dibangunkan oleh rasa kesal yang ia rasakan sejak semalam. Entah bagaimana lagi caranya untuk meyakinkan Reres tentang perasaannya, meminta untuk menjauhi Haris dan tetap berada di sisinya. Saga mau Reres hanya untuknya. Reres buat saga jadi posesif, mau ditemani, mau dimiliki. Kesalahan terbesar kini ia sadari, menerima tawaran untuk menghamili Reres adalah keputusan membawanya dalam keadaan ini. Beranjak dari tempat tidur di saat matahari bahkan belum masuk ke celah jendela kamarnya. Hal itu bagai sebuah keajaiban. Pria berkulit pucat itu biasanya harus dibangunkan dengan sedikit dipaksa oleh Reres sang baby sitter yang kini menempati hatinya. Kini melangkah menuju kamar mandi, bergegas membersihkan diri. Mau buat Reres kagum, ingin menunjukan kalau dirinya juga bisa mandiri sama seperti Haris. Sementara itu Reres sudah sibuk membantu di dapur membuat sarapan untuk pasrah pelayan bersama Mbok Mar. Reres sudah rapi dan memang selalu seperti itu setiap paginya. ia mem
Haris duduk di meja kerjanya dengan cemas. Apalagi ia tak bisa menghubungi Reres karena Reres tak memiliki ponsel. Sesekali terdengar ia menghela napas seraya menata laporan yang akan dijadikan pembahasan untuk rapat kali ini. Setelah semua selesai disusun, Haris segera bangkit menuju ruangan Saga. Ia ingin memberikan laporan yang sudah ia buat dan susun semalaman. Haris mengetuk pintu ruangan Saga, Ia segera berjalan masuk ke dalam ruangan ketika jawaban terdengar dari dalam ruangan. HAris membuka pintu mendapati Saga yang tengah menatap pada laptop miliknya seraya mengigit ujung kuku ibu jari kirinya. "Pak?" sapa Haris kemudian ia berjalan mendekat pada Saga dan memberikan kliping materi rapat. Saga menoleh dan dengan canggung menghentikan kegiatannya. "Ini pembahasan rapat hari ini?""Iya Pak, sesuai keinginan direksi yang minta dibahas mengenai laba dari sistem kerja yang baru. Juga tentang acara yang akan bapak ajukan untuk ulang tahun perusahaan." Haris menjelaskan. Saga s
Reres merapikan kamar saat ini. Menata ulang kamar setelah sarapan karena ia tak memiliki pekerjaan. Sebelumnya ia sudah membantu Mbok di dapur. Sebenarnya ia tetap memikirkan Saga, apalagi Reres ingat kalau hari ini akan ada rapat bersama direksi. Pertanyaan terus berputar dalam benaknya. Apa Saga bisa melewati semua dengan baik? Apa kecemasan Saga tak akan terjadi?"Ah bodo amat lah, kan dia yang minta gue stay di rumah." Reres bernarasi. Gadis itu kemudian kembali berjalan menuju dapur. Siapa tau akan ada yang butuh batuannya. Tak terbiasa tak melakukan apapun buat dirinya bingung sendiri berada di rumah hari ini. Di dapur juga semua pekerjaan telah selesai. Hanya ada Adit yang tengah meneguk kopi belum waktunya jaga. Ia kini memilih duduk dan menikmati waktu istirahat. "Sini Res!" Adit berseru dan Reres segera berjalan menghampiri. Reres kemudian duduk di samping Adit. "Yang jaga siapa di depan?" Reres bertanya, tapi sebenarnya ia hanya mencari bahan obrolan."Ada pakde sama Al
Reres kini berada di luar ruangan rapat seperti biasa menunggu Saga yang kini sudah masuk ke dalam ruangan sejak setengah jam yang lalu. Ia senang juga karena tak terlambat datang ke kantor. Saat itu Haris berjalan ke luar. Reres tau rapat telah selesai dan kini Saga tengah mengobrol ringan dengan direksi dan itu sudah menjadi kebiasannya.Haris dan Reres saling lempar senyum, Haris merasa lega karena kini ia bisa melhat Reres. Sejak pagi tadi ia khawatir sekali dengan keadaan gadis itu. Melihat Reres berada di hadapannya dan tersenyum membuat ia merasa lebih baik.Haris berjalan lalu duduk di samping Reres. "Aku khawatir tadi waktu kamu enggak datang.""Iya, tadi Saga, eh Pak Saga minta aku stay di rumah Mas.""Kalian berantem?" tanya Haris lagi.Reres anggukan kepalanya. "Biasa, apa aja bisa jadi masalah buat kita berdua. Ah, sebenernya tadi aku buat nasi goreng buat Mas Haris. Cuma lupa aku bawa."Haris menggelengkan kepalanya. "Enggak apa-apa. Lihat kamu ada di sini aku udah senen
Pagi ini Reres sudah terbangun. Ia sudah bersiap pagi-pagi sekali karena memang ia berniat melarikan diri dari Saga. Tak akan bisa pergi jika ia meminta ijin terlebih dulu pada sahabatnya itu. Malam tadi ia juga sudah memberitahu agar Yuni yang membangunkan Saga. Karena memang sudah aturan rumah, meskipun Saga tak bekerja ia tetap harus bangun pagi untuk sarapan bersama meskipun akhirnya ingin tidur lagi setelah sarapan. Setelah bersiap, Reres segera berjalan ke luar rumah menghampiri Haris yang sudah menunggu. Keduanya memang telah berjanji untuk sarapan bersama. Reres juga menyempatkan diri untuk berpamitan pada Nindi. Ia ingin mengingatkan sang nyonya agar tak lupa untuk mengundang Aira. Tentu saja Nindi sudah mengingat dengan sangat baik rencana yang sudah ia buat. Setelah Reres pergi, Yuni segera menuju kamar Saga untuk melakukan tugasnya. Ia mengetuk pintu kamar sang tuan."Den Saga? Bangun Den!" seru Yuni dari lua kamar. Yuni tak bisa masuk ke dalam. Karena selama ini hanya
Sejak tadi Reres kesal dengan tingkah Saga yang terus melarangnya ini dan itu. Hal itu membuat Reres merasa tak enak pada Haris dan Aira. Rasanya malu sekali dan ingin menangis karena tingkah dan polah Saga yang makin diluar nalar. Sejujurnya, Reres jadi agak menyesal karena membantu Bu Nindi dalam usahanya mendekatkan Aira dan juga Saga. Berkali-kali ia meminta maaf pada Haris dan juga meminta agar Aira tak salah paham. Sementara Saga dengan sengaja menunjukan semua perhatian pada Reres, Aira dan Haris agar keduanya jaga jarak. Kini mereka berempat telah menonton, Saga memerhatikan Reres yang sibuk gigiti ujung kukunya. Reres tahan kesal dan ia jelas sedang sedih, Saga sedikit merasa bersalah dan ia tak ingin melakukan hal seperti ini pada Reres, sebenarnya. Hanya saja, ia juga tak bisa mengontrol emosinya sendiri. Haris juga sesekali menoleh, mendapati Reres yang gigiti ujung jarinya dan ia juga bisa melihat Saga memerhatikan. Haris menggenggam tangan Reres, meletakkan pada sisi k
Aira dan Saga terus berjalan tanpa tau kalau sudah tak ada Haris dan Reres di belakang mereka. Sampai akhirnya menoleh ke belakang dan tak menemukan Haris dan juga Reres di belakangnya. Itu lalu mencolek bahu Saga. "Reres sama Haris kok nggak ada ya?" tanya Aira. Tentu saja mendapat pertanyaan seperti itu membuat Saga segera menoleh ke belakang. Tak ada Haris dan juga Reres. Pria itu kemudian segera mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi keduanya sama-sama tak bisa dihubungi. Tentu saja hal ini membuat saya menjadi kesal dan marah. "Kamu mau cari mereka ya?" tanya Aira. Saga menggelengkan kepalanya. "Aku paling males cari orang yang kabur dari aku. Kalau gitu kita pulang aja." Saga mencoba menahan emosinya dan mengajak Aira untuk segera pulang. Keduanya kemudian berjalan menuju tempat parkir. Meski sebenarnya kesal dan ingin murka tapi Saga benar-benar mencoba menahan diri untuk tak marah. Sejak tadinya coba berkali-kali juga menatap pada lari ponsel berharap ada pesan yang
Sebuah kamar hotel yang berantakan, saat pagi telah menyapa dan cahaya matahari masuk diantara sela-sela jendela kamar. Dua sosok terlelap di bawah selimut yang sama. Siapa lagi kalau buka Saga dan Juga Aira. Gadis itu terjerat dalam pesona Saga lalu larut dalam afeksi yang dibuat pria itu. Malam mereka menjadi hangat dan menggebu. Meski awalnya malu-malu, lal menjadi menggebu seolah jadi ahli dalam waktu singkat. Saga tak peduli, ia marah dan kesal harus dipuaskan, tak mau tau. Ia pikir Aira akan menolaknya terus-menerus, tapi akhirnya sama saja seperti yang lain. Vinny, Lauren dan yang lain. Setelah keduanya terbangun segera saja memutuskan untuk kembali ke rumah masing-masing. Saga mengantarkan Aira tak sempat masuk ke dalam rumah. Saga ingin segera pulang, kangen Reres. Agak tau tau diri memang, setelah menghabiskan malam panas ia kini memikirkan Reres. Saga berjalan masuk ke rumah, Indi melihat sekilas Saga baru kembali. Dalam hatinya berseru dan berpikir kalau rencana perjod