Sebuah kamar hotel yang berantakan, saat pagi telah menyapa dan cahaya matahari masuk diantara sela-sela jendela kamar. Dua sosok terlelap di bawah selimut yang sama. Siapa lagi kalau buka Saga dan Juga Aira. Gadis itu terjerat dalam pesona Saga lalu larut dalam afeksi yang dibuat pria itu. Malam mereka menjadi hangat dan menggebu. Meski awalnya malu-malu, lal menjadi menggebu seolah jadi ahli dalam waktu singkat. Saga tak peduli, ia marah dan kesal harus dipuaskan, tak mau tau. Ia pikir Aira akan menolaknya terus-menerus, tapi akhirnya sama saja seperti yang lain. Vinny, Lauren dan yang lain. Setelah keduanya terbangun segera saja memutuskan untuk kembali ke rumah masing-masing. Saga mengantarkan Aira tak sempat masuk ke dalam rumah. Saga ingin segera pulang, kangen Reres. Agak tau tau diri memang, setelah menghabiskan malam panas ia kini memikirkan Reres. Saga berjalan masuk ke rumah, Indi melihat sekilas Saga baru kembali. Dalam hatinya berseru dan berpikir kalau rencana perjod
Hari demi hari berlangsung dan terasa begitu cepat. Hubungan Reres dan juga Saga satu bulan ini terus saja diliputi pertengkaran. Pria itu coba tak menahan keinginan Reres untuk berkegiatan seperti biasa, termasuk dengan menemui dan berbicara dengan Haris yang jelas akan membuatnya cemburu. Saga mencoba bersikap sesabar mungkin, mau ikuti sifat Haris yang sabar dan dewasa meski sulit setengah mati.Menjelang akhir tahun seperti biasanya, perusahaan selalu saja sibuk dengan laporan dan persiapan ulang tahun perusahaan. Biasanya Saga akan mengajak para karyawan untuk liburan menginap disuatu tempat selama akhir pekan. Sama seperti tahun ini. Lokasinya juga tak jauh, yang terpenting adalah bagaimana par karyawan bisa menghabiskan waktu bersama.Beberapa hari ini Reres tak enak badan, karena pekerjaan yang padat. Ia bahkan harus begadang hanya untuk mengerjakan jadwal Saga selama empat bulan ke depan. Kini ia duduk di depan bersama Haris seraya merebahkan kepalanya ke atas meja. "Oke Res
Mobil yang dikendarai Reres terhenti di sebuah apotek. Reres segera turun dari mobil kemudian berjalan masuk ke dalam. Tujuannya bukan hanya untuk membeli obat demam tetapi juga untuk membeli testpack. Di dalam hatinya, kini tengah berpikir bagaimana caranya untuk meminta kepada kasir agar ia bisa membeli testpack. Karena jujur saja ini adalah pertama kalinya dan Reres malu sekali. Sebelumnya ia memesan beberapa tespek secara online. Tapi sudah habis ia gunakan untuk mengetes kehamilannya sendiri setelah ia kembali dari Bali. Namun saat itu hasilnya negatif. Setelahnya ia tak pernah berpikir lagi untuk membeli karena merasa hasilnya pasti sama saja. Sambil melangkahkan kakinya masuk ke dalam, Reres mengambil ponsel dari dalam tas kemudian ia berpura-pura menghubungi seseorang saat ia kini berada di depan kasir. "Jadi lo mau beli apaan nih?" Reres pura-pura bertanya seolah berbicara pada seseorang dari balik ponsel. Padahal ponselnya sama sekali tak aktif, tidak ada satupun panggil
Pagi datang seperti biasanya, hari ini Reres tengah sibuk melakukan rutinitas pekerjaan paginya. Menyiapkan Saga untuk berangkat bekerja. Saat ini ia tengah mengancingkan kemeja milik Saga. Saga menatap dengan senyum pada Reres. Senang sekali kemarin Reres meminta untuk dipeluk. Bahkan bahagianya masih terasa sampai saat ini. Reres mana tau rasanya jadi Saga? Sejak memeluk Reres kemarin dadanya terus saja berdebar, sisi-sisi bibirnya tertarik ke samping, jadi gemas sendiri semalaman. Mau sama Reres lagi, mau dipeluk Reres lagi, tapi Saga tak mau memaksa lagi. Ia merasa justru Res jadi seperti itu karena i tak memaksa."Res?" panggil Saga lembut sekali.Reres menoleh. "Hmm?"Saga gelengkan kepala lalu tersenyum. Jadi malu sendiri karena Reres yang menatapnya . Aneh memang jika dipikirkan. Apalagi ini adalah pertama kalinya ia merasakan hal seperti ini. Biasanya ya biasa saja, cuma tau kalau napsunya naik segera hubungi kekasihnya. Kali ini afeksinya berbeda, seratus persen berbeda. Sa
Mood Saga hari ini cukup baik meski pembicaraan dengan Haris membuat dirinya sedikit kesal. Sore ini ia sudah dalam perjalanan pulang bersama dengan Aira. Seperti biasa gadis itu selalu rajin menjemput Saga setiap sore. Dan itu adalah hal yang memang diminta oleh Nindi dengan tujuan untuk mendekatkan keduanya.Sejak tadi Aira melirik ke arah Saga sesekali. Gadis itu merasa bahagia karena melihat senyum Saga yang sejak tadi terulas di bibir tipisnya. "Ga, kalau hari ini, kamu mau mampir untuk makan sesuatu dulu nggak?" tanya Aira. Saga berpikir, ia ingat saat ini Reres sedang dalam keadaan tak sehat. Dan sepertinya akan membuat Reres senang jika ia membelikan sushi makanan kesukaan sahabatnya itu. "Boleh aku mau makan sushi," jawab Saga. Tentu saja mendengar jawaban dari Saga membuat Aira merasa senang. Ia berpikir bahwa akan banyak kesempatan untuk mereka berdua dan juga mengobrol satu sama lain. Tanpa ia ketahui bahwa yang membuat Saga mau melakukan itu adalah bukan dirinya, tap
Ayu dan Nindi dalam pembicaraan serius. Mereka berdua duduk di ruang kerja malam ini. Ada juga Yuni duduk di sana, sambil menggenggam ponsel miliknya. Kedua wanita itu sesekali menghela napasnya berat setelah mendengar info yang mereka dapatkan. Tentu saja ungkapan rumah Saga punya telinga di mana saja itu bukan cuma hisapan jempol. Setiap pembagi informasi akan mendapatkan bayaran khusus jika bisa memberikan secara akurat."Kamu boleh ke luar Yun," titah Nindi. "Baik, permisi Bu." Yuni kemudian berjalan ke luar dari ruangan meninggalkan kedua nyonya rumah. Ayu ikut berdiri. "Kamu tau apa yang harus kamu lakukan kan?" tanyanya. "Iya, Bu," ucap Nindi. Setelah mendengar jawaban dari anak mantunya itu, Ayu segera berjalan keluar ruangan. Sementara di sisi lain rumah, Saga tengah membawa martabak keju dan nasi kebuli yang ia pesan secara online. Reres belum makan, ia bertanya pada Mbok Mar tentang Reres. Mbok menjawab kalau Reres sedang tidur. Jadi, pria itu berinisiatif untuk membe
Pagi-pagi Reres sudah terbangun sedikit mual, tapi bisa ia atasi dengan mengemut permen mint. Beruntung si kembar dalam perutnya mudah ditaklukkan. Tak ingin merepotkan sang ibu. Setelahnya seperti biasa ia melakukan kegiatannya. Pertama mengecek ruang laundry, selalu ada pakaian yang harus dibawa sebelum ia melangkah menuju kamar Saga. Sesekali menghela napas, sambil melangkahkan kakinya dengan perlahan. Lalu segera merubah raut wajah ketika berjalan masuk ke dalam. Saga masih terlelap, sepertinya masih mengantuk karena mereka begadang dan mengobrol hingga malam hari. Reres membiarkan sejenak, ia sibuk merapikan pakaian ke lemari. Hari ini senyum Reres sedikit luntur. Setelah selesai merapikan pakaian, menyiapkan pakaian dalam dan meletakan ke kamat mandi, menyiapkan sikat gigi. Ia segera membangunkan Saga. Gadis itu berjalan mendekati Saga, kemudian mematikan lampu kamar dan membuka jendela saat langit belum terang sepenuhnya karena matahari belum muncul di peraduan. Reres duduk
Pagi hari ini begitu cerah untuk Saga. Hatinya berbunga-bunga sekali. Selama perjalanan tadi ia bahkan terus saja tersenyum. Aneh memang, tapi maklum saja ia baru saja merasakan cinta. Biasanya hanya napsu saja yang meledak-ledak khas anak-anak muda di masa pertumbuhan. Saat memasuki kantor tangan pria itu beberapa kali ingin menggenggam tangan Reres.Namun gadis itu selalu menolaknya. Bisa kacau kalau ada yang melihat Reres bergandengan dangan Saga. Reres tak ingin itu terjadi dan akan mengacaukan harinya dan Saga nanti.Keduanya kini memasuki lift. Saga bergerak mendekati Reres dan menempelkan tubuhnya. Ia tersenyum jahil. Apalagi hanya ada mereka berdua di sana. "Nanti kalau lewat di depan Haris, kita genggaman tangan ya?" tanya Saga.Reres menghela napas tak suka dengan niat yang ingin dilakukan Saga. Itu pasti akan menyakiti haris dan reres tak mau melakukan itu karena selama ini Haris sudah sangat baik terhadap dirinya. "Enggak," sahut Reres cepat, sambil melotot."Yaudah." De