Pagi datang seperti biasanya, hari ini Reres tengah sibuk melakukan rutinitas pekerjaan paginya. Menyiapkan Saga untuk berangkat bekerja. Saat ini ia tengah mengancingkan kemeja milik Saga. Saga menatap dengan senyum pada Reres. Senang sekali kemarin Reres meminta untuk dipeluk. Bahkan bahagianya masih terasa sampai saat ini. Reres mana tau rasanya jadi Saga? Sejak memeluk Reres kemarin dadanya terus saja berdebar, sisi-sisi bibirnya tertarik ke samping, jadi gemas sendiri semalaman. Mau sama Reres lagi, mau dipeluk Reres lagi, tapi Saga tak mau memaksa lagi. Ia merasa justru Res jadi seperti itu karena i tak memaksa."Res?" panggil Saga lembut sekali.Reres menoleh. "Hmm?"Saga gelengkan kepala lalu tersenyum. Jadi malu sendiri karena Reres yang menatapnya . Aneh memang jika dipikirkan. Apalagi ini adalah pertama kalinya ia merasakan hal seperti ini. Biasanya ya biasa saja, cuma tau kalau napsunya naik segera hubungi kekasihnya. Kali ini afeksinya berbeda, seratus persen berbeda. Sa
Mood Saga hari ini cukup baik meski pembicaraan dengan Haris membuat dirinya sedikit kesal. Sore ini ia sudah dalam perjalanan pulang bersama dengan Aira. Seperti biasa gadis itu selalu rajin menjemput Saga setiap sore. Dan itu adalah hal yang memang diminta oleh Nindi dengan tujuan untuk mendekatkan keduanya.Sejak tadi Aira melirik ke arah Saga sesekali. Gadis itu merasa bahagia karena melihat senyum Saga yang sejak tadi terulas di bibir tipisnya. "Ga, kalau hari ini, kamu mau mampir untuk makan sesuatu dulu nggak?" tanya Aira. Saga berpikir, ia ingat saat ini Reres sedang dalam keadaan tak sehat. Dan sepertinya akan membuat Reres senang jika ia membelikan sushi makanan kesukaan sahabatnya itu. "Boleh aku mau makan sushi," jawab Saga. Tentu saja mendengar jawaban dari Saga membuat Aira merasa senang. Ia berpikir bahwa akan banyak kesempatan untuk mereka berdua dan juga mengobrol satu sama lain. Tanpa ia ketahui bahwa yang membuat Saga mau melakukan itu adalah bukan dirinya, tap
Ayu dan Nindi dalam pembicaraan serius. Mereka berdua duduk di ruang kerja malam ini. Ada juga Yuni duduk di sana, sambil menggenggam ponsel miliknya. Kedua wanita itu sesekali menghela napasnya berat setelah mendengar info yang mereka dapatkan. Tentu saja ungkapan rumah Saga punya telinga di mana saja itu bukan cuma hisapan jempol. Setiap pembagi informasi akan mendapatkan bayaran khusus jika bisa memberikan secara akurat."Kamu boleh ke luar Yun," titah Nindi. "Baik, permisi Bu." Yuni kemudian berjalan ke luar dari ruangan meninggalkan kedua nyonya rumah. Ayu ikut berdiri. "Kamu tau apa yang harus kamu lakukan kan?" tanyanya. "Iya, Bu," ucap Nindi. Setelah mendengar jawaban dari anak mantunya itu, Ayu segera berjalan keluar ruangan. Sementara di sisi lain rumah, Saga tengah membawa martabak keju dan nasi kebuli yang ia pesan secara online. Reres belum makan, ia bertanya pada Mbok Mar tentang Reres. Mbok menjawab kalau Reres sedang tidur. Jadi, pria itu berinisiatif untuk membe
Pagi-pagi Reres sudah terbangun sedikit mual, tapi bisa ia atasi dengan mengemut permen mint. Beruntung si kembar dalam perutnya mudah ditaklukkan. Tak ingin merepotkan sang ibu. Setelahnya seperti biasa ia melakukan kegiatannya. Pertama mengecek ruang laundry, selalu ada pakaian yang harus dibawa sebelum ia melangkah menuju kamar Saga. Sesekali menghela napas, sambil melangkahkan kakinya dengan perlahan. Lalu segera merubah raut wajah ketika berjalan masuk ke dalam. Saga masih terlelap, sepertinya masih mengantuk karena mereka begadang dan mengobrol hingga malam hari. Reres membiarkan sejenak, ia sibuk merapikan pakaian ke lemari. Hari ini senyum Reres sedikit luntur. Setelah selesai merapikan pakaian, menyiapkan pakaian dalam dan meletakan ke kamat mandi, menyiapkan sikat gigi. Ia segera membangunkan Saga. Gadis itu berjalan mendekati Saga, kemudian mematikan lampu kamar dan membuka jendela saat langit belum terang sepenuhnya karena matahari belum muncul di peraduan. Reres duduk
Pagi hari ini begitu cerah untuk Saga. Hatinya berbunga-bunga sekali. Selama perjalanan tadi ia bahkan terus saja tersenyum. Aneh memang, tapi maklum saja ia baru saja merasakan cinta. Biasanya hanya napsu saja yang meledak-ledak khas anak-anak muda di masa pertumbuhan. Saat memasuki kantor tangan pria itu beberapa kali ingin menggenggam tangan Reres.Namun gadis itu selalu menolaknya. Bisa kacau kalau ada yang melihat Reres bergandengan dangan Saga. Reres tak ingin itu terjadi dan akan mengacaukan harinya dan Saga nanti.Keduanya kini memasuki lift. Saga bergerak mendekati Reres dan menempelkan tubuhnya. Ia tersenyum jahil. Apalagi hanya ada mereka berdua di sana. "Nanti kalau lewat di depan Haris, kita genggaman tangan ya?" tanya Saga.Reres menghela napas tak suka dengan niat yang ingin dilakukan Saga. Itu pasti akan menyakiti haris dan reres tak mau melakukan itu karena selama ini Haris sudah sangat baik terhadap dirinya. "Enggak," sahut Reres cepat, sambil melotot."Yaudah." De
Saat ini Saga tengah menikmati makan malam bersama Aira. Tentu saja ia mau menikmati makan malam hari ini karena Reres yang telah merayunya tadi pagi. Aira benar-benar diliputi rasa bahagia hari ini, seolah bunga-bunga bermekaran di dalam hatinya. Kini Saga menyantap makan malamnya dengan lahap. Bahkan sejak tadi pria itu menjawab setiap pertanyaannya.Aira sengaja memesan makanan di sebuah restoran yang cukup mewah malam ini. Karena ia ingin merasakan malam yang spesial bersama pria yang dijodohkan dengannya. Wanita itu sudah benar-benar jatuh hati pada Saga. Terlebih lagi keduanya sudah pernah melakukan malam panjang bersama. Aira merasa sudah tak ada lagi sekat di antara dirinya dan juga Saga. "Dari tadi aku ngeliatin kamu kayaknya lagi senang banget?" tanya Aira. Saga melirik sekilas ke arah Aira, pria berkulit putih itu kemudian mengangguk sambil tersenyum. "Iya lagi senang aja. Makan dulu." Meskipun Saga terlihat bahagia, tentu saja kebahagiaan itu ia tunjukkan bukan untuk Ai
Aira kini tengah berada di ruang makan bersama sang ibu dan sang ayah untuk menikmati santap pagi bersama. Beberapa hari ini terasa menyenangkan sekali baginya karena ia merasa hubungannya dengan Saga semakin dekat. Terlihat dari sikap Saga yang sejauh ini selalu bersikap baik dan sudah mau bercerita banyak hal. Lidia senang sekali melihat kebahagian yang terpancar dari wajah buah hatinya itu. "Gimana sama Saga? Lancar ya?"Aira coba tahan senyum. Hanya saja semua sudah terlihat jelas betapa kebahagian yang ia rasakan ini karena Saga. "Ya, lumayan Mi. Saga udah mau ngomong banyak ke aku. Tadinya kan dia cuek banget. Susah buat diajak ngomong."Tuan Har menatap ke arah sang istri. Di dalam hatinya merasa senang juga karena putri semata wayangnya yang terlihat begitu bahagia. "Bagus deh kalau gitu. jadi pernikahan kalian bisa dipercepat. Papi pingin gendong cucu."Mendengar ucapan sang suami membuat Lidia juga bersemangat karena ia ingin memiliki cucu juga. Hanya saja hal yang sebalikn
Malam hari Reres tengah merebahkan tubuhnya yang lelah. Sementara Saga kini sibuk dengan Aira, sejak sore tadi. Pulang daru kantor, ia masih menghabiskan waktu dengan Aira. Kali ini lebih lama, sesuai dengan perjanjiannya dengan Reres kalau ia akan menuruti permintaan Aira. Setiap harinya jadi semakin cepat lelah, seolah semua tenaganya terserap. Tak bisa terlalu aktif lagi, jadi sering mual. Kalau seperti ini terus, Saga sepertinya akan mengetahui kehamilannya. Reres kini tengah sibuk membaca artikel kehamilan, juga aneka tulisan mengenai kelahiran. Rasanya menyenangkan membayangkan ketika si kembar nanti lahir. Akan seperti apa? Seperti Saga atau dirinya? jadi senang sendiri dan gemas membayangkan itu.Saat itu pintu terbuka, Saga. "Hai,' sapanya.Reres terkejut karena Saga sudah mandi dan berganti pakaian. Pria itu kini menutup pintu dan menguncinya, lalu berjalan mendekati Reres dan duduk di tepian tempat tidur. Tepat di samping gadis itu. "Kok ditutup?" tanya Reres.Saga pinda