Reres melangkahkan kakinya menuju ruang tamu. Biasanya memang ada pelanggan yang datang sore begini, umumnya memesan kembali dan mengambil brownies juga frozen food yang dibuat Reres. Namun, langkah kakinya terhenti ketika melihat seseorang yang kini berada di hadapanya. "Mbak Aira?" sapa Reres.Aira tersenyum, lalu mengulurkan tangannya. "Gimana kabar kamu Res?""Aku sehat. mbak sendiri?" tanya Reres. "Silahkan duduk Mbak,' ucap Reres lagi mempersilahkan.Aira kemudian segera duduk di kursi. Ia memerhatikan rumah Reres yang cukup besar. "Aku senang kamu bisa sukses kayak gini. Aku juga tahu kamu jual brownies dan juga frozen food."Jelas mendengar apa yang dikatakan Aira, menyiratkan kalau sepertinya selama ini wanita itu mengetahui apa yang ia lakukan. "Mbak Aira selama ini ngikutin saya ya?"Aira memilih untuk tak menjawab. Ia hanya tersenyum ke arah reres. Lagi bola sepertinya tanpa harus diberitahu juga sudah terlihat jelas. Karena dengan kehadirannya di rumah ini juga sebagai s
"Enggak, enggak akan ada kembali ke Jakarta. Si kembar enggak butuh ayah. Dan Saga enggak perlu tau tentang Uca dan Una. Mereka punya gue sebagai ibu yang bisa memenuhi semua," ucap Reres tegas menjawab apa yang dikatakan oleh Brian barusan. Brian hela napas, memang Reres cukup keras kepala dalam hal ini. Salah satu yang menyebabkan keras kepalanya adalah, ia takut jika si kembar diambil oleh Nindi atau Ayu atau Saga yang tak akan melepaskannya Melihat sikap Saga dan juga kedatangan Aira ke rumahnya malam ini, menunjukkan kalau Saga sepertinya belum melupakan drinya. Reres tak ingin jadi perusak rumah tangga Saga. Aira terlihat begitu mencintai sahabatnya itu. Reres berpikir kalau Saga hanya butuh waktu sebentar lagi untuk bisa menerima Aira. "Keras kepalan lo sumpah,' ucap Brian."Biarin,' sahut Reres kemudian duduk kembali mendekati kedua putrinya. Brian berjalan mendekat lalu duduk di samping Reres masih mencoba mengatakan apa yang ia pikirkan pada sahabatnya itu. "Lihat tadi an
Pagi ini semua yang ada di rumah resah. Ayu, Nindi, dan juga Aira. Nindi dan Ayu sudah berusaha untuk membujuk para direksi yang biasa mendukung Saga. Namun, apa yang mereka usahakan sia-sia. Tak ada direksi yang bisa mempercayai dengan apa yang dikatakan oleh Nindi. Mereka lebih mempercayai tentang isu yang beredar bahwa Saga memiliki sedang tak sehat mentalnya dan tak akan bisa untuk memimpin perusahaan. Tentu saja saat ini itu membuat semua jadi bingung dengan apa yang harus mereka lakukan. Apalagi sepertinya Saga jadi semakin tak ingin untuk bertahan di perusahaan. Mereka sudah banyak menghubungi direksi dan juga yang lain. Dan rasanya tak akan ada harapan untuk Saga."Jadi gimana keputusan ibu?" Nindi bertanya kepada Ibu mertuanya."Kita buat Aira saja yang jadi penggantinya Saga. Kita ajukan Aira," jawab Ayu kepada menantunya itu.Sementara mendengar apa yang dikatakan oleh Ayu, membuat Aira merasa terkejut. Tentu saja ia tak mau seperti itu. "Kenapa aku?" "Sementara kamu yang
Sejak kedatangan Aira sore tadi, malam ini Reres jadi gelisah sendiri. Dalam hati peduli sekali dengan kondisi Saga saat ini. Hanya saja, banyak yang menjadi pertimbangannya. Ia tau bagaimana kalau Saga tengah mengalami kecemasan. Membayangkan itu membuat hatinya terasa ngilu sekali. Reres tak bisa tidur kemudian memutuskan untuk berjalan ke luar kamar. Melihat Brian yang tengah menonton televisi tengah malam begini. Ia melirik ke arah Reres, lalu kembali menonton televisi seolah tak ada apapun. Padahal, saat menatap Reres tadi wajahnya julid sekali. "Enggak bisa tidur ibu?" tanyanya yang terdengar seperti sebuah sindiran. Reres sudah biasa diperlakukan seperti itu oleh Brian dalam banyak hal. Sudah terbiasa dengan sikap menyebalkan Brian. Ia lalu berjalan dan duduk di samping Brian. "Kalau peduli itu samperin," ucap Brian.Reres dengan keras memukul bahu Brian. "Berisik," kesal Reres.Reres kemudian kembali ke kamar untuk beristirahat dengan kedua buah hatinya. Namun, meskipun de
Reres merapikan pakaian dan juga rambut Saga. Saga tak tau bagaimana harus mengungkapkan apa yang ia rasakan saat ini. Sejak tadi bahagia sekali, terus tatap Reres seolah takut, kalau ini adalah mimpi dan kemudian wanita itu akan menghilang. Sementara Reres sejak tadi berusaha mengalihkan atapan matanya dari Saga. "Res," panggil Saga."Hmm?"Saga hela napas, lalu tersenyum. "Reres?"Reres menatap ke arah Saga, "Apa Saga?""Ah, aku denger suara ini lagi," ucap Saga. Kebahagian yang tak terhingga hingga buat ia mulai gila rasanya. "Jangan pergi ya? Stay di sini?" tanya Saga.Reres tak menjawab, kini merapikan kemeja dan dasi Saga, Bahkan Reres tak ingin menatap mata Saga meski kini mereka dekat sekali. Reres tak bisa menjanjikan banyak. Perjanjiannya dengan Aira adalah ia bisa kembali ke kehidupannya setelah Saga kembali memimpin perusahaan dengan baik. "Udah rapi, nanti rapat jam sepuluh. Sarapan dulu ya, nanti berangkat jam setengah sepuluh. Harus lebih banyak rest di tempa tidur.
Aira kini berada di ruangan Saga bersama dengan Nindi dan juga Ayu. Tadi Aira telah mengatakan kalau rapat direksi akan sedikit diundur. Karena ia akan menunggu kehadiran Saga. Sadar betul Kalau Saga butuh waktu beberapa saat untuk bisa datang ke kantor. Aira mengerti karena ia tahu kalau Reres pasti akan memperkenalkan si kembar kepada ayah mereka. Jika ingin dikatakan, atau bisa diungkapkan saat ini perasaan Aira jelas sangat terluka. Istri mana yang tak sedih dan rela melihat suaminya harus berbagi hati dengan perempuan lain. Hanya saja untuk hari ini ia harus belajar untuk menerima itu. Karena semua yang ia lakukan adalah untuk kebaikan Saga dan juga perusahaan."Kamu kenapa sampai menunda rapat?" Nindy bertanya kepada Aira seraya menikmati teh manis yang tersaji untuknya.Sejujurnya sejak tadi Aira tengah mempersiapkan diri untuk mengatakan tentang apa yang ia lakukan kepada Ayu dan juga Nindi. Iya tahu dengan pasti kalau ini akan menjadi pertentangan bagi keduanya. Hanya saja I
Saga dalam perjalanan menuju kantor bersama dengan Reres. Sejak tadi ia menggenggam tangan Reres dan tak rela untuk melepas genggaman tangannya dari tangan Reres. Hari ini rasanya seratus kali lipat lebih bersemangat. Semua tentu saja akibat kedatangan dari Reres dan juga si kembar. Senyuman sejak tadi terus tersungging di wajah Saga. Kebahagiaan terpancar dari wajah pria itu, yang setahun belakangan menjadi benar-benar buruk. "Aku udah minta Yuni untuk siapin kamar tamu buat kalian." Saga berkata. "Kamu enggak nyuruh aku tinggal di rumah kamu kan?" Reres bertanya. Tentu saja ia tak mau tinggal di sana. Karena harus sedikit-sering bertemu dengan Nindi dan juga Ayu yang jelas-jelas tak mungkin menerimanya untuk ada di situ. "Terus kamu mau di mana? Hmm? Kamu harus tinggal sama aku. Aku nggak mau kamu pergi lagi. Apalagi bawa anak-anak jauh dari aku."Reres sebenarnya di dalam hati merasa kesal sekali dengan perkataan yang dikatakan oleh Saga tadi. Hanya saja kali ini memilih untuk
Tepuk tangan riuh di ruangan. Keputusan bulat kalau Saga akan tetap memimpin perusahaan. Semua hal mengenai program sebelumnya yang hanya bisa diwakili oleh Haris kini ia ceritakan semua konsepnya secara matang. Saga juga membeberkan rencana kerja barunya pada pada direksi. Tentu saja itu membungkam mulut para direksi yang mencemoohnya kemarin. "Saya memang memiliki sedikit masalah kemarin. Ada beberapa hal yang mengganggu. Dan semua sudah teratasi dengan baik saat ini," ucap Saga dengan yakin. Di tempat duduknya, Ayu, Nindi dan juga Aira memerhatikan Saga. jelas, Saga memang terlihat berbeda sekali. Menggebu dan bersemangat, jujur saja saat ini Nindi, Ayu dan juga Aira begitu bahagia sekali melihat perubahan yang terjadi dalam diri Saga. Hanya saja di sisi lain, Nindi dan Ayu jelas mengetahui kalau ini semua karena Reres dan jelas itu akan mengganggu hubungan Aira dan Saga. Keduanya tak mau memiliki seorang menantu yang sama sekali tak jelas asal usulnya. Apalagi hanya cucu seoran