Sebelum ke panti asuhan seperti biasanya, Reres membeli aneka Snack di mini market, membeli beberapa hadiah di toko mainan, juga memesan aneka sembako yang berada tak jauh dari panti. Hari ini memberikan sembako untuk 3 panti asuhan dan seperti biasa Panti Asuhan Welas Asih, tempat ia biasa memberi dan berinteraksi langsung. Tentu saja selama semua kegiatan, Saga mengikuti, memerhatikan, mengamati. Reres jadi semakin menawan, bahkan tak masalah melihat ia bersama Haris dan memilih ini dan itu. Saga merasa tak ada hati untuk Haris. Semua yang Reres lakukan berdasarkan perasaan sebagai teman saja. Lihat Reres memilih mainan, mengamati sesuatu, berbicara dengan penjual, semua buat Saga terpesona. Karena kemarin-kemarin hanya bisa lihat Reres di rumah, mengurusnya. Kini lihat Reres seperti ini berbeda sekali. Ramah, terlihat perhatian, interaksi dengan orang lain tan yang luwes. Saga sengaja hanya mengamati. Suka melihat gadis kesayangannya seperti ini. Reres sesekali mengamati Saga, m
Haris masuk ke dalam rumah dengan gontai. Ia kemudian duduk dengan malas di sofa ruang depan. Lalu Ais berjalan mendekat melihat sang putra yang terlihat lesu. Ia menepuk punggung Haris seraya menatap ke arah putranya itu."Kenapa kamu lemes gitu?" tanya Ais.Haris menatap sang ibu sambil tersenyum. "Haris sepertinya gagal masuk ke dalam hati perempuan yang Haris sayang Bu."Ais menghela napas, kemudian tersenyum pada putranya itu. "Belum jodoh Ris. Namanya jodoh itu ada di tangan Tuhan. Dan kamu juga enggak bisa memaksakan perasaan kamu. Tapi, kalau memang dia jodoh kamu, kalian tetap akan bertemu, lalu bersama-sama. Tuhan sering kali punya rencana yang unik untuk setiap hambanya. tantu saja yang terbaik."Haris menganggukan kepalanya setuju dengan apa yang dikatakan oleh sang ibu. Masih sedikit terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Reres. Pria itu kemudian bersandar pada badan sofa, seraya memijat pangkal tulang hidungnya. Sementara saat ini Reres tengah berada di kamar Saga. Set
"Yey! Saga keren!" Reres bersorak saat mobil itu terhenti tepat di pinggir pantai. Sementara Saga merebahkan kepalanya ke kemudi mobil. Tangannya bergetar hebat, jantungnya berdetak cepat, bahkan keringat menetes dari keningnya. Takut, takut sekali kalau ada sesuatu yang buruk terjadi. Meski jelas ia kini telah berhasil membawa gadis yang ia sayangi dengan selamat. Reres menoleh, ia mendekati Saga lalu mengusap-usap punggung pria itu. napas saga terengah sejak perjalanan tadi ia coba mengendalikan kepanikannya. Takut kalau panik sesuatu yang tak ia inginkan terjadi. "Ga? Okay?"Saga menoleh ke arah Reres, kesal, menatap dengan marah. "Kalau sesuatu terjadi sama lo, gue enggak bakal maafin diri gue seumur hidup! Please jangan minta macem-macem gini. Lo enggak tau gimana dan apa yang gu--"Reres mencium bibir Saga, kemudian melepaskan dan memegangi wajah Saga. "Saga bisa kok. Lihat, kita sampai di sini dan baik-baik aja. Hmm?"Tubuh Saga yang tegang seketika meleyot saat Reres melepa
Terdengar suara Reres dari balik telepon. Gadis itu masih menyalakan ponselnya. Mendnegar suar wanita yang begitu ia sayangi membuat Saga merasa sedikit lega. "Res, oh God thanks. Kamu bakal balik 'kan?" tanya pria itu."Ga, aku pernah bilang 'kan? Kalau aku mau punya kehidupan sendiri." jawab Reres mencoba untuk membuat Saga bisa menerima keputusannya. Saga mengacak rambutnya, frustrasi. "Boleh pergi Love, silahkan. Kamu boleh kemanapun kamu mau. Tapi .., kembali ke aku ya? Hmm?"Saga masih berharap kalau Reres akan kembali. Tak peduli kapan dan entah berapa lama. Asalkan tujuan pulangnya adalah bersama dirinya, Saga tak masalah. Saga akan menunggu sampai gadis itu mau untuk kembali bersama dirinya. "Sorry Ga," sahut Reres meminta maaf karena tak mungkin baginya untuk kembali."Res, please, please, aku mohon. Hmm? Res, mau apa? Mau sama haris? Hmm? Enggak apa-apa kamu sama siapa. Enggak masalah kamu jatuh hati sama siapa. Asal tetap sama aku, ya? Aku enggak akan maksa perasaan aku
Haris tengah bersiap untuk berangkat bekerja. Kemarin ia tak memiliki bnayak pekerjaan karena Saga yang tak masuk kerja. Semalam juga coba terus menghubungi Reres, hanya saja nomer telepon gadis itu tak aktif. Haris cemas, takut sesuatu terjadi. Akhirnya semalam menghampiri rumah Saga dan terkejut setelah mendapatkan kabar kalau Reres ternyata tak lagi berada di sana.Haris tak mengetahui apapun tentang hubungan keduanya. Dan agaknya ia mulai sibuk memikirkan apa yang terjadi saat ini antara Reres dan Saga. Namun, sampai saat ini, pria itu tak pernah memikirkan sejauh apa hubungan di antara keduanya selain sebagai sahabat dekat yang sudah mengenal sejak kecil. Saat itu ponsel Haris berdering. Panggilan dari Reres, tentu saja dengan cepat ia menerima panggilan tersebut."Res? Kamu ada di mana?" Haris bertanya dengan cepat karena terlalu cemas."Mas, aku nggak bisa kasih tahu aku gimana. Aku titip Saga ya, aku mungkin nggak akan kembali. Atau mungkin akan kembali dengan bawa sebuah ke
"Kita mau makan dulu?" tanya Aira.Saat ini keduanya tengah dalam perjalanan pulang. Naik mobil Saga yang dikendarai oleh pak Ahyat. Sejak tadi Saga lebih banyak diam dan tal banyak bicara. Sesekali hela napas, karena dadanya yang masih saja masih merasa ngilu. Ia pikir akan semakin baik, padahal sudah seminggu ditinggal pergi, nyatanya masih sama saja. Setiap malam malah semakin sakit saja. Setiap di kamar, semua tentang Reres. Banyak hal yang mereka lakukan di sana setia hari sejak Saga masih kecil sekali. Ini dan itu semua mengingatkan dirinya dengan sahabat kecilnya yang kini buat ia jadi jatuh cinta setengah mati. "Boleh," jawab Saga singkat. Aira melirik pada Saga, seminggu ini a terlihat berbeda. Aira juga tau kalau Reres pergi, tapi tak menyangka kalau efeknya akan seperti ini? bukankah Bu Nindi mengatakan kalau Reres dan Saga hanya sekadar teman. Meskipun, ia sempat berpikir ada sesuatu diantara keduanya."Kamu mau makan apa? Sushi mau engga?" tanya Aira lagi."Yang lain aj
Saga mondar-mandir di ruangannya. hari ini ada rapat engan direksi tentang ulang tahun perusahaan, sementara ia belum membuat apapun, Tak bisa berpikir tentang acara dan kegiatan apa yang mungkin akan diadakan oleh perusahaan. Rapat ini udah ditunda beberapa kali dan tak mungkin ditunda lagi. Maih tak bisa menghadapai kecemasan yang ia rasakan. Padahal sudah melakukan kunjungan untuk memeriksakan diri. hanya saja dalam pikirannya merasa membutuhkan Reres saja, mau Reres. Selama ini hanya dengan dipeluk saja sudah buat ia merasa lebih baik. "Pak Saga?" sapaan haris dari luar ruangan."Masuk." sahut Saga,Haris berjalan masuk membawakan kopi untu Saga. Kemudian meletakkan di atas meja kerjanya. "Diminum dulu Pak," kata Haris mempersilahkan.Saga menatap pada kopi yang dibuat oleh Haris. "Thanks," ucap Saga.haris menggaruk kepalanya. "Hmm, Pak. Saya yakin bapak pasti bisa dalam raat kali ini." Haris kemudian mengangkat tangannya sambil mengepal memberikan semangat. "Semangat!" Haris b
Saga segera mempersilahkan masuk ketika mendengar suara pintu diketuk. Ia membayangkan kalau yang akan membuka pintu adalah Reres, mengingat kejadian terakhir kali saat ia merasakan serangan panik seperti ini. Namun jelas saja itu bukan Reres, itu adalah Aira yang berjalan masuk dengan cemas.Saga jadi malas sekali ia merebahkan kepalanya di meja kerja. Kenapa harus Aira? Kenapa bukan Reres saja? Harusnya Reres tahu kalau Saga takkan pernah mencari orang yang meninggalkan dirinya. Orang yang telah pergi jelas tak menginginkannya, maka sejak dulu Saga pantang mencari sesuatu yang hilang dari dirinya."Kamu oke kan?"bertanya dengan cemas kepada Saga yang segera dijawab anggukan kepala oleh pria itu."Ngapain kamu tiba-tiba datang ke sini?" Saya bertanya dengan nada yang ketus. Aira kemudian duduk tepat di depan Saga. Menata pria itu dengan tatapan iba. "Kamu itu bisa ngadepin semuanya Saga. Kamu itu kuat kalau kamu berbesar hati. Kamu harus percaya diri saga, karena kamu adalah pemilik