Elvis terbangun seperti biasa, seolah tidak perlu sebuah alarm memanggil jiwanya dari dunia mimpi. Pria tampan itu bergegas menuju ke kamar mandi untuk membersihkan sekujur tubuh, lalu membalut tubuh gagahnya dengan celana kain beserta kemeja biru langit yang telah disiapkan oleh Alex kemarin malam.Elvis sudah terlihat rapi dan tampan. Handphone yang kemarin diletakkan di meja nakas telah diraih, sementara kaki sudah kembali berjalan menuju pintu. Langkah Elvis terhenti mendadak. Dia teringat pada Edeline yang kemarin malam dihukum.Gadis itu pasti belum menyelesaikan tugasnya! Elvis sangat menyakini pemikiran itu sehingga dengan percaya diri beranjak keluar dari kamar itu. Namun, pemikirannya itu salah. Edeline tidak ada di setiap sudut president suite room itu. Bathrobe yang Edeline gunakan telah berada di dalam keranjang pakaian kotor. Bahkan ketika Elvis memeriksa ke kamar mandi, lantainya masih kering—seperti tidak dipergunakan sama sekali. Hal yang Elvis temukan hanya dua buku—
Kepala Edeline memutar ke belakang dan terkejut melihat kehadiran seseorang yang dikenal olehnya. Edeline bergegas memungut id card di lantai lalu menyembunyikannya ke dalam saku depan dari pakaian medis yang dipakai.Gadis cantik itu juga menyegerakan diri untuk berdiri tegak, yang kemudian menjaga sikap santun—setengah merundukkan pandangan pada seseorang itu. Dia adalah Rebecca Romanov—menantu kesayangan Abraham Romanov. Keberadaannya di Manchester berkaitan kuat dengan posisinya sebagai direktur utama di perusahaan manufaktur industri makanan miliknya di Manchester.Hanya saja, apa yang dilakukan wanita cantik itu—datang menemui Elvis?Mungkin mereka ingin membicarakan bisnis. Mengingat hubungan antara Abraham dan keluarga Elvis terjalin akrab, mungkin saja Rebecca diutus membicarakan bisnis. Edeline menarik kesimpulan seperti itu di dalam pikirannya. Dia juga tidak berniat menggali lebih dalam karena sudah merasa tidak nyaman berada di sana.Hatinya masih berdenyut sakit setelah
Di dalam keheningan yang menguasai, batin Elvis tersentak ketika pertanyaan Rebecca terserap baik di pikirannya. Dia juga terheran, kenapa dia ingin tahu tentang Edeline?Elvis jelas-jelas tidak menyukai sosok gadis pembangkang itu. Elvis juga meyakini Edeline bukan gadis baik-baik. Pun dia membenci Edeline yang sudah bersikap kurang ajar merendahkan harga dirinya.Mungkin, emosi yang tidak stabil membuat pikiran tidak bijak dalam melontarkan pertanyaan? Elvis menyimpulkan demikian. Bahwa dia sama sekali tidak menaruh minat pada Edeline yang menjijikkan dan paling dibenci.“Kau tertarik dengan Edeline?” Rebecca mengulangi pertanyaan yang belum terjawab. “Ini sangat mengejutkan! Kau suka pada Edeline—”“Kau salah paham!” Elvis cepat membela diri. “Aku bertanya semata-mata untuk mengetahui apakah dia orang yang bermasalah atau tidak. Kau tahu sendiri, kan? Aku susah payah mengembangkan rumah sakit ini, sampai jadi yang terbaik di Manchester. Jadi, aku berusaha untuk menjaga nama baik ru
~ Lima tahun yang lalu ~Sore itu udara London menjadi lembab oleh hujan yang mengguyur deras. Para pejalan kaki kalang kabut berlari mencari tempat berteduh akibat cuaca suara itu yang jauh dari prediksi. Pasalnya, diperkirakan tidak akan turun hujan pada sore hari itu.Edeline menjadi salah satu orang-orang yang berlari. Dia baru saja turun dari bus sekolah yang mengantar sampai halte bus. Awalnya, Edeline yang masih mengenakan seragam sekolah itu ingin berjalan santai menuju rumah. Sikapnya itu menegaskan jika gadis cantik berusia 17 tahun itu menunda-nunda waktu untuk tiba di rumah.Edeline tiba di rumah dalam keadaan basah kuyup. Akibat kehujanan seragam sekolah yang dipakai seharian pun telah membentuk tubuh molek Edeline yang tidak terlalu kurus. Kulit putihnya sedikit memucat karena cuaca dingin yang menembus hingga ke tulang-tulang. Anehnya, Edeline tidak bergegas masuk ke dalam rumah meski tubuhnya sudah hampir mengigil kedinginan.Tatapan mata tertuju pada sebuah mobil yang
Edeline terdiam, otak pun masih membeku atas perkataan dan sikap ibunya yang menyudutkan. Edeline juga merasa keadaan itu tidak akan menguntungkan dia yang ingin bersuara.“Edeline menggodaku, Sayang. Dia melemparkan celana dalamnya kepadaku! Dia mengajakku untuk bercinta di sini saat kau tidak ada. Aku menolaknya, tapi dia memaksaku. Dia marah padaku dan berusaha untuk membunuhku.”Itu fitnah! Mulut menjijikkan pria biadab itu begitu tenang memfitnah Edeline.Seujung kuku pun Edeline pernah berpikir melakukan hal menjijikkan itu. Kenyataan bahwa dia yang menjadi korban, tetapi malah Edeline yang menjadi tersangka.Sorot tajam penuh kemarahan dari ibunya menusuk sadis kepada Edeline yang tidak bisa berbicara. Wanita yang melahirkan Edeline itu berdiri tegak, berjalan menghampiri Edeline yang kemudian memposisikan diri—menjulang di hadapan Edeline.“D-dia ... dia ingin m-memerkosaku, Mom. D-dia ... m-menyentuh ... menyentuh d-dadaku. D-dia ... d-dia juga menyentuh—”Plak!Suara tampara
“Edeline?! Edeline?!” seru Rebecca mengguncang-guncang tangan Edeline.Edeline tersentak dari lamunannya. Tatapan yang kosong segera menatap Rebecca yang menanti jawaban. “M-maafkan aku, Nyonya.”“Apa yang sedang kau pikirkan?” tanya Rebecca penasaran.“Tidak ada, Nyonya Rebecca. Aku hanya terpikirkan keadaan pasien yang tadi aku periksa,” ujar Edeline berbohong.“Kau yakin? Aku merasa wajahmu tidak menunjukkan kau baik-baik saja. Edeline, maafkan pertanyaanku.” Rebecca merasa bersalah karena menanyakan tentang kondisi mental Edeline.Bohong—kalau Edeline mengatakan mentalnya dalam keadaan baik-baik saja. Dia masih terus dihantui bayangan masa lalu yang menjijikkan dan sangat mengerikan itu. Sesekali juga Edeline masih mengalami mimpi buruk yang membuatnya keringat dingin. Bahkan, Edeline diserang panik yang luar biasa ketika bersitegang dengan Elvis waktu itu.“Tidak apa-apa, Nyonya. Kau tidak harus minta maaf.” Edeline memberikan senyuman samar ke hadapan Rebecca.Rebecca membelai l
Elvis tidak menunjukkan rasa bersalah pada pria yang kebingungan menatapnya. Pria itu merasa benar, karena perkataannya merujuk pada fakta. Adik manja yang disebutnya itu adalah Sarah Elmer yang merupakan adik kandung dari Simon Elmer. Gadis yang dinilai menjengkelkan itu selalu saja mengadu dan merengek kepada keluarganya setiap kali Elvis menolaknya.Simon sendiri adalah CEO di perusahaan farmasi ternama di Manchester. Pria itu juga sangat mengetahui watak dan tingkah adik satu-satunya itu. Dia pun mengetahui mengenai usaha perjodohan antara adiknya dengan Elvis yang dijembatani oleh kedua orangtua mereka.Namun, Simon hanya tahu sebatas itu. Hidupnya sudah terlalu sibuk dalam bisnis keluarga yang sedang dia pimpin. Sampai-sampai dia tidak memiliki keinginan mengetahui tingkah adiknya yang selalu memusingkan kepala. Sehingga saat itu Simon sudah menunjukkan ekspresi kebingungan atas tuduhan yang baru saja Elvis lontarkan.“Aku ke sini bukan untuk membicarakan hal-hal pribadi,” Simon
Kenapa harus terlibat lagi dengan orang-orang yang terhubung dengan Elvis? Apa Elvis pemilik kota itu? Sehingga siapa pun yang Edeline temui selalu berhubungan dengan pria angkuh bermulut kejam itu?!Entahlah! Edeline ingin sekali lenyap saat itu juga. Dia ingin kabur sejauh mungkin agar tidak terlibat apa pun dengan pria yang memandang dirinya rendah itu. Bahkan dia ingin menyerah dan tidak peduli pada apa pun.Namun, Edeline tidak ingin mengecewakan Abraham. Konglomerat itu sudah banyak membantu Edeline demi menjadi dokter magang di rumah sakit Elvis. Selain itu jika Edeline melakukan kesalahan yang kembali merugikan diri, langkahnya meneruskan pendidikan untuk menjadi dokter spesialis akan terhambat.Sabar, Edeline! Yang bisa dilakukan saat ini adalah meminimalisir jarak dan sangkut-paut apa pun dengan Elvis, terkecuali pekerjaan. Masalah baru sudah pasti tidak akan datang jika diri bisa berhati-hati.Keputusan itu yang akhirnya diambil Edeline. Gadis cantik yang sedang duduk di ku