Alex ikut ke dalam ambulance dan bertekad ingin menemani Sarah. Keinginan itu berjalan mulus, sebab petugas ambulance dan medis yang menolong Sarah berasal dari rumah sakit milik Elvis. Dia juga tak lupa menitipkan mobilnya pada bawahannya yang berada di departemen sekretariat—yang kebetulan terjebak juga dalam kemacetan itu.Alex sama sekali tidak melepaskan pandangannya dari Sarah yang terluka dibagian dahi. Jiwanya dihantui rasa ketakutan pada Sarah yang tiba-tiba saja mengeluarkan darah dari sela-sela paha.Pikiran Alex telah diselimuti hal-hal buruk. Dia menarik dugaan sendiri jika darah itu berasal dari organ intim Sarah. Sampai-sampai ketika tiba di unit IGD, Alex mendesak tenaga medis yang menyambut untuk cepat memberikan pertolongan terhadap Sarah.“Bagaimana keadaannya?” Alex mencecar dokter pria yang baru selesai melakukan pertolongan terhadap Sarah.“Nona Sarah hanya mengalami luka ringan di dahi. Tidak ada luka serius yang terjadi di bagian dalam tubuh,” jelas Dokter itu
Weekend itu akhirnya Elvis mengantongi izin pulang ke rumah setelah Nicho memastikan tidak ada hal-hal mengkhawatirkan di tubuh Elvis. Pria itu terbebas dari setelan piyama pasien yang sebulan lebih menjadi pakaian hari-harinya. Namun, meski begitu, Elvis masih harus melakukan pengecekan berkala terhadap kondisi tubuhnya. Nantinya Nicho akan mengunjungi Elvis guna melakukan pengecekan berkala.Sayangnya, kabar bahagia itu tidak disambut serupa oleh Elvis. Di kamar inapnya, pria yang memakai outfit casual—santai itu tidak menyembunyikan kesedihannya. Dia yang duduk di tepian ranjang pasien itu terlihat murung, menunjukkan ekspresi dingin yang mendalam. Sebab, Shopia—putri tercintanya masih belum mengantongi izin pulang ke rumah. Gadis kecil itu masih menunggu beberapa hari lagi untuk bisa dibawa pulang olehnya.Edeline yang berdiri tak jauh dari Elvis sudah mengulas senyuman tipis. Gadis cantik yang sejak pagi menemani Elvis itu meletakkan selimut putih yang baru selesai dilipat.“Aku
Sarah diabaikan oleh Edeline yang memilih untuk pergi. Wanita itu pun tak mau berkecil hati. Dia cukup sadar pada diri yang sudah berbuat jahat pada Edeline. Sehingga dia memaklumi sikap Edeline yang membenci dirinya.“Kenapa kau mengatakan untuk berhati-hati pada Dokter Edeline?” Alex menarik perhatian Sarah yang fokus menatapi kepergian Edeline.“Aku tahu mengenai kakakku yang menyukai dia. Jika melihat perkembangan hubungan Elvis dan dia saat ini, sudah pasti itu menyakiti hati kakakku.”Dahi Alex berkerut dikarenakan bingung pada pernyataan Sarah. Akan tetapi, keinginannya untuk mencari tahu terhalangi oleh pintu yang terbuka. Alex menoleh ke arah pintu. Dia mendapati sosok Elvis yang tajam menatapnya, terutama menyorot keberadaan Sarah dengan tidak senang.“T-Tuan Elvis—”“Kenapa kau di sini bersama dia?” Elvis menyela tak senang.“Saya akan menjelaskannya di dalam.”Elvis tertawa kesal. “Melihatmu datang dengannya saja sudah membuatku marah, apalagi mengizinkannya masuk ke dalam
Tanpa menunda-nunda Elvis segera menghubungi bodyguard yang mengantar Edeline ke parkiran. Elvis berniat memberikan perintah pada bodyguard itu untuk melakukan pengawalan pada Edeline.Edeline dalam bahaya! Gadis itu tidak boleh bergerak sendiri tanpa didampingi pengawalan dari Elvis maupun orang-orang keamanannya.“Nona Edeline sudah pergi sekitar sudah pergi sekitar lima menit yang lalu, Tuan Elvis.”Sial! Elvis mengerang kesal mengetahui diri kalah cepat dari waktu. “Kalian susul Edeline sekarang juga! Jaga Edeline secara teliti dan beri tahu aku mengenai apa pun yang mencurigakan.”Sambungan telepon langsung terputus ketika bodyguard itu memberikan jawaban tegas atas perintah yang Elvis berikan.Elvis sendiri masih tidak tenang, dia masih diselimuti kegelisahan setelah mendengarkan cerita Sarah yang masih berada di sana. Dia benar-benar tidak menduga jika Simon pernah menyukai Rowena yang merupakan mantan istrinya.Elvis merasa dirinya tidak salah. Dia juga menilai Simon tak panta
Kelima jemari kanan Edeline telah meremas kencang tas yang dibawa sejak tadi. Dia berusaha menenangkan diri yang diserang keterkejutan pada sosok pria yang mengancam di sebelahnya.Cadee Robinson—dia adalah sosok ayah tiri Edeline. Dia adalah tersangka utama yang menggoreskan mental Edeline. Dia adalah satu-satunya sosok menjijikkan yang begitu kurang ajar merusak masa remaja dan menghancurkan kedamaian Edeline. Dia juga adalah orang yang membuat Edeline sulit beradaptasi pada sosok pria manapun yang baru dikenali.Bukankah dia masih sedang dalam masa tahanan? Yang lebih mengejutkan lagi, kenapa pria brengsek itu bisa masuk ke dalam rumah yang memiliki penjagaan ketat?Kepala Edeline terasa berat untuk mencari tahu. Sudah terasa pusing dan menyiksa, sementara dada mulai terasa sesak oleh udara yang menipis di paru-paru. Bukan hanya itu, bayangan-bayangan masa lalu yang menjijikkan telah menumpuk sesak di kepala. Sekujur tubuh yang menegang mulai gemetaran, nyali pun ikut menciut untuk
Rebecca dan Glenn bergegas menuju ke kamar inap Elvis sembari berusaha menghubungi Edeline yang tidak merespon panggilan telepon. Mereka berharap Edeline masih berada di sana sehingga kecemasan yang ditakutkan tidak terjadi. Akan tetapi, rasa kecewa menyelimuti perasaan mereka setelah mendapati Edeline tidak ada di sana. Hal yang ada hanya Elvis bersama dengan Alex dan Sarah.“Edeline di mana?” tanya Glenn mendesak panik.“Edeline sudah pulang. Kenapa?” sahut Elvis yang menaruh kecurigaan.“Kapan Edeline pulang? Apa dia pulang sendiri?” Glenn setengah membentak karena diserang cemas. Dia pun tak berhenti berusaha untuk terus menghubungi Edeline.“Kau kenapa, Tuan Glenn?” Elvis beranjak dari duduknya saking penasaran melihat tingkah panik Glenn. “Setelah masuk dengan tergesa-gesa, kau langsung bertanya-tanya mengenai Edeline—”“Edeline dalam bahaya!” Rebecca terpaksa menyela. “Ayah mertuaku baru saja mengabariku mengenai Cadee—ayah tiri Edeline telah bebas dengan jaminan bersyarat oleh
Elvis terpaksa keluar dari kamarnya. Dia mengalah pada Edeline yang meminta waktu sendiri setelah terkejut mendengarkan cerita dari dirinya. Elvis juga tak ingin memaksa Edeline yang masih tersakiti tindakan kejam ibunya di masa lalu. Dia tahu dengan baik bagaimana perasaan Edeline. Disakiti dan dikhianti adalah penyiksaan paling keji yang sulit untuk dilupakan.Pria itu memutusakan untuk sejenak duduk tenang di ruangan santai. Dia ingin mengetahui kabar putri kecilnya pagi itu. Namun, keinginannya itu terhalangi oleh pelayan yang berlari kecil menghampiri.“Ada Tuan Abraham yang mencari Anda, Tuan Elvis,” ucap pelayan itu dengan santun.Elvis mengangguk, lalu kemudian bergegas menghampiri Abraham yang menunggu di ruang tamu.“Apa Anda sudah lama tiba di sini, Tuan Abraham?” seru Elvis mengulurkan tangan ingin berjabat tangan.Abraham menyambut jabatan tangan Elvis. “Bagaimana keadaan Edeline?” dia cemas bertanya.“Sudah jauh lebih baik setelah aku memberikan suntikan pereda nyeri dan
Udara dingin yang semakin terasa menusuk kulit menjadi pertanda musim dingin telah menyapa. Ornamen khas natal mulai terlihat, begitu cantik menghiasi suasana kota sampai masuk ke setiap kediaman. Tak terkecuali kediaman Elvis.Tahun itu kediaman mewah itu lebih hidup dan terasa hangat. Situasi yang bertolak belakang dengan tahun-tahun sebelumnya, selalu suram dan tak pernah ada keceriaan yang menyelimuti.Shopia—yang sudah berminggu-minggu telah pulang dari rumah sakit begitu bersemangat menghiasi pohon natal bersama Elvis dan Edeline. Senyuman manis tak pernah lelah menghiasi wajah cantiknya, seolah-olah kesedihan tidak diizinkan mampir menyapa walaupun itu hanya sesaat.Shopia benar-benar bahagia. Dia merasa Tuhan telah menyalakan lagi warna di hidupnya. Apalagi sejak tahu Edeline tinggal bersama mereka, Shopia tidak ada keinginan lain selain hidup bahagia.Sayangnya, keceriaan di ruangan santai itu tak menular pada Edeline. Gadis cantik itu lebih sering terdiam. Dia juga tidak fok