Mengabaikan ibu yang sekarat, Crystal berlenggak masuk ke dalam kamar dan menyusun barang-barangnya. Lalu, mandi. Ya, Crystal mandi dan menunggu sampai satu jam kemudian, barulah menghubungi ambulans.
Tidak lama ambulans tiba dan beberapa staff medis mengetuk pintu.
"CEPATLAH!" teriak Crystal dengan berlinang air mata.
"A-aku mandi dan..., dan saat aku keluar Ibu sudah tergeletak di sana!" jelas Crystal kepada salah satu staff medis dengan berlinang air mata.
"Tidak ada denyut!" seru salah seorang staff yang berlutut di samping tubuh Nyonya Swan yang mulai membiru.
"Lakukan CPR!"
Mengikuti perintah itu, staff medis mulai memompa dada Nyonya Swan. Tidak ada yang berubah.
"Bawa ke ambulans! Gunakan AED untuk mencoba mendapatkannya kembali!"
Lalu, dua orang staff medis memindahkan tubuh Nyonya Swan ke atas tandu dan buru-buru dibawa masuk ke dalam ambulans.
"Apakah..., apakah Ibuku akan baik
Bella layaknya mayat hidup, air mata sudah mengering dan dirinya tidak lagi memiliki tenaga untuk menangis. Bella hanya ikut kemana dirinya dibawa.Bella didudukan dalam bus tahanan dan dibawa ke rumah tahanan khusus wanita di pinggir kota. Selama perjalanan, Bella menatap keluar jendela dengan tatapan kosong. Kematian sang ibu membuatnya lebih shock, dibandingkan dengan hukuman 5 tahun penjara yang diterimanya.Tiba di rumah tahanan, Bella turun dari bus bersama dengan beberapa tahanan wanita lainnya. Sinar mentari yang terik menyambut kedatangannya. Masih dengan tatapan dan pikiran kosong, Bella hanya mengikuti apa yang diperintahkan padanya.Dimulai dengan pemeriksaan seluruh tubuh, untuk memastikan apakah mereka menyembunyikan benda terlarang. Ya, mereka diperlakukan layaknya bukan manusia, tetapi Bella tidak merasakan apapun dan hanya perasaan mati rasa.Setelah semua pemeriksaan selesai, mereka berbaris untuk diambil fo
Jika Bella lemah, maka selama lima tahun ke depan, inilah yang akan dialaminya. Dirinya tidak menginginkan hal tersebut dan dengan kekuatannya, Bella berdiri dengan kaki gemetar menatap wanita itu."Ha ha ha! Lihatlah ternyata wanita ini cukup berani!" seru wanita gemuk itu, masih mencengkeram wajahnya."Kau ingin tahu apa yang aku lakukan?" bisik Bella disela wajahnya yang dicengkeram begitu kuat."Ya! Apakah kamu pelacur yang menipu harta pria kaya?" ejek wanita itu kembali diiringi dengan tawa orang-orang disekitarnya.Tangan kurus Bella mencengkeram tangan yang memegang wajahnya. Cukup kuat dan itu membuat wanita bertubuh gemuk itu meringis, tetapi masih belum melepaskan wajahnya."Aku pembunuh! Aku membunuh dua nyawa sekaligus. Jadi, apakah kamu ingin nyawamu aku cabut?" ujar Bella dingin. Bulu kuduknya meremang saat mendengar apa yang baru saja diucapkannya. Hal itu juga membuat keadaan menjadi hening. Ya, hening
Satu bulan kembali berlalu dan Nicholas perlahan mulai berubah. Gaya hidup berkelas dan mudahnya memperoleh uang, membuat Nicholas mulai lupa diri. Apalagi, dengan Crystal yang selalu ada di sisinya. Kejadian buruk itu dan Bella, mulai dilupakan dan merasa bahwa wanita itu pantas menggantikan dirinya. Keegoisan dan tamak membuat Nicholas berubah menjadi pribadi yang buruk. Yang mana, sama persis dengan Crystal. Hal itu membuat mereka berdua menjadi pasangan yang sempurna.***Kembali ke penjara.Bella menjalani rutinitas sehari-hari layaknya robot. Dirinya tidak banyak berbicara, apalagi tertawa. Berharap, Nicholas datang menjenguk dirinya. Namun, itu harapan kosong dan tidak pernah sekalipun kekasihnya datang menjenguk atau menelepon.Hari ini cuaca amat terik, saat mereka membersihkan halaman. Tiba-tiba, Bella merasa tanah yang dipijak bergelombang dan dunia berputar. Lalu, semuanya menjadi gelap gulita.Bella berusaha mem
Kembali Bella terbangun di ruang kesehatan dan menatap nanar langit-langit rendah dengan lampu terang. Perutnya masih terasa sakit, tetapi tidak sesakit tadi. Bella menatap ke arah tangannya, ya ada jarum infus tertancap di sana."Sudah sadar?"Bella memalingkan wajah, menatap ke arah wanita dengan jas dokter. Ya, dokter yang sama dengan waktu itu. Waktu dirinya ketahuan hamil.Bella mengangguk lemah. Tubuhnya seakan tidak bertenaga."Kamu keguguran! Bayi itu aku makamkan di pemakaman di dekat rumah sakit tempat aku bekerja. Ini alamatnya," ujar dokter itu, sambil menyerahkan secarik kertas berisi alamat taman pemakaman yang dimaksud.Dengan tangan gemetar, Bella menerima kertas itu dan menggenggamnya erat."Toples itu berisi sedikit tanah di mana bayimu dimakamkan. Aku membawanya untukmu!" Kembali dokter itu berkata, sambil menunjuk ke arah toples kaca kecil yang ada di atas meja kerjanya."T
Pagi diawali dengan buruk, membuat suasana hati Bella begitu buruk. Tidak ada perlakuan khusus di penjara. Dirinya harus kembali berkerja dengan tahanan lainnya, menahan rasa sakit yang masih mendera tubuh dan jiwanya. Raut wajahnya begitu buruk, semua tahanan memilih menjauh darinya. Saat ini Bella dikenal sebagai pembunuh sadis yang bernasib buruk, ya itu karena keguguran yang dialaminya terjadi di hari yang sama saat kehamilannya diketahui.Agatha dan dua tahanan lain yang satu ruangan dengan Bella, membantu meringankan pekerjaannya. Bella tidak menolak, karena memang tenaganya telah terkuras habis.Siang hari, saat mereka makan siang, seorang sipir datang menghampirinya"Tahanan 3023, ada tamu untukmu!"Bella berdiri dan mengikuti sipir itu meninggalkan ruang makan. Semua mata tertuju padanya, mereka berisik membicarakan dirinya. Bella tidak peduli.Bella tidak tahu siapa yang datang menemuinya. Apakah itu Nicholas
"Aku menempatkannya di panti jompo," jawab Crystal santai."Tapi..., bukankah seharusnya ayahmu dirawat di rumah sakit?" tanya Nicholas."Tidak perlu! Itu hanya penyakit karena usia tua, sedikit pikun bukanlah masalah besar." Crystal membenci ayahnya itu. Yakin, bahwa semua yang dialami sang ayah adalah karma dari tindakan buruknya sendiri."Namun–"Ucapan Nicholas terhenti saat Crystal mendaratkan ciuman. Semua masa lalu tentang dirinya harus dikubur. Crystal tidak ingin ada yang tahu bahwa ayahnya masih hidup. Saat orang-orang bertanya, maka Crystal berkata bahwa dirinya yatim piatu, sebatang kara.Crystal memilih panti jompo paling jauh dari kota ini dan membayar biaya perawatan untuk beberapa tahun ke depan. Dirinya juga tidak lupa memberikan nomor telepon yang salah. Ya, dirinya tidak ingin diganggu.***Hari-hari kembali berlalu dengan begitu lambat. Bella mulai akrab dengan tahanan yang tingg
Nasibnya sudah dapat ditebak. Tidak memiliki kesempatan menjelaskan, Bella mendekam di sel isolasi untuk satu bulan ke depan dan harus membersihkan kamar mandi umum untuk jangka waktu 3 bulan. Yang pasti, kesempatan mendapatkan remisi lenyap.Bella menjalankan hukuman tambahannya dengan penuh amarah. Semua amarahnya ditujukan pada pria kaya itu. Ya, Bella yakin semua ini karena ulah pria kaya itu. Bella marah dan penuh kebencian. Namun, apa yang dapat dilakukannya selain menghadapi semua ini?Joy sudah bebas dan Bella ikut senang akan hal tersebut. Tidak ada kecurigaan sama sekali dalam dirinya.Masih satu bulan dirinya harus membersihkan kamar mandi umum dan Bella melakukannya dengan benar. Berharap, ya dirinya berharap mendapatkan kesempatan menerima remisi kembali pada tahun depan.Lelah, ya tubuh dan pikirannya terasa lelah. Itu bagus, membuatnya cepat terlelap dan tidak memiliki waktu memikirkan hal lainnya. Namun, kembali pag
Akhirnya, 5 tahun yang panjang pun berlalu. Lima tahun dan melewatkan semua kesempatan mendapatkan remisi. Setidaknya, kehidupannya di balik jeruji tidak begitu buruk. Mulai dari tahun ke-2, dirinya dipekerjakan pada bagian administrasi, bahkan dengan fasilitas yang lebih baik.Setelah Joy, Agatha bebas lalu Gita, yang terakhir adalah dirinya. Ya, hari ini adalah hari kebebasannya dan Bella sedang duduk untuk menunggu giliran mengambil barang-barangnya.Berganti pakaian dengan pakaian yang terakhir melekat pada tubuhnya. Pakaiannya longgar, ya Bella kehilangan beberapa kilogram berat badannya, tetapi yang penting dirinya sehat. Setelah melalui semua administrasi panjang, akhirnya seorang sipir mengantarnya ke pintu keluar penjara.KLANG!Suara besi beradu memekakkan telinga dan segera pintu besi yang begitu tinggi menjulang, terbuka lebar. Dengan jantung berdebar, Bella melangkahkan kakinya keluar. Sinar mentari yang cerah, menyambut dir