Esther menyipitkan kedua matanya, rasanya agak aneh saat ayahnya mengajak keluar untuk sekadar makan malam dan yang membuat kecurigaannya makin meningkat levelnya adalah fakta bahwa sang ayah ingin membawa Esther untuk makan malam bersama seorang kolega. Lagipula keberadaan Esther tidak diperlukan bila hanya untuk makan malam bisnis. Esther mencium sesuatu yang tidak beres dari itu.“Aku harap ini bukan salah satu usaha Ayah untuk menjodohkanku lagi seperti saat itu. Ayah tahu betul kalau aku belum tertarik untuk menikah,” ungkap Esther diplomatis.Dia masih cukup mengingat kesan pertamanya saat ikut makan malam bersama sang ayah saat masih SMA dan bisa dibilang itu adalah pengalaman yang agak traumatis untuknya.“Kenapa kau bisa langsung menyimpulkan begitu? tapi ya, Ayah dengar anak dari kolega bisnis ayah ini seumuran denganmu, dia laki-laki dan kalian kuliah di kampus yang sama. Jadi kami bermaksud untuk saling memperkenalkan anak kami berdua dalam acara makan malam tersebut.”Est
Sepasang mata Esther langsung menajam secara otomatis, buat gadis itu apa yang Gaara lakukan sekarang sudah terlanjur menyentuh hal yang tidak seharusnya pria itu ketahui. Dia telah melewati batasnya sebagai seorang kenalan. Lagipula Gaara tidak punya hak untuk tahu terlalu banyak. Mau Esther berkendara ke kampus atau tidak itu bukan ranahnya untuk dia bicara. Terlebih pria itu juga malah menyeruak kenangan yang terbilang sensitif bagi Esther. Gadis itu paling tidak suka ketika seseorang mengingatkan dia tentang kejadian yang menghancurkan hatinya tersebut.“Terus terang aku tersanjung dengan kepedulianmu yang entah datang dari mana itu, tetapi aku sama sekali tidak melihat adanya keuntungan yang bisa kau dapatkan dari jawabanku.”Gaara tidak langsung mundur, pria itu malah membalas pandangan mata gadis itu dengan tatapan yang sama tajamnya. “Aku hanya sedang mencoba menjadi lebih baik padamu, Esther,” sahutnya dengan sedikit mendesis. Apa pula yang gadis itu lakukan sekarang? Disini
Gaara melempar atasan yang dia kenakan ke lantai sebelum melemparkan dirinya yang bertelanjang dada ke atas ranjang dengan lengan menutup mata. “Perempuan sialan …,” ujarnya mengumpat pada udara yang ada di sekitarnya.Gaara teramat benci atas fakta bahwa perempuan itu berhasil membuat perasaannya menjadi kacau balau seperti ini. Sebelum ini tidak ada yang bisa membuatnya merasakan perasaan seperti ini kecuali ibunya. Semua kejadian di kampus berputar ulang secara otomatis, dan hal itu membuat moodnya berubah seratus delapan puluh derajat sore ini.Dia tidak tahu apa yang salah dengan pertemuan mereka. Awalnya mereka bisa bersikap seperti biasa, tapi tiba-tiba saja perempuan itu berubah defensif seakan-akan Gaara akan melakukan hal buruk terhadapnya. Belum pernah ada perempuan yang berani bersikap demikian kepadanya, sehingga sekali lagi dia merasa Esther baru saja menginjak harga dirinya. Mengingat ekspresi wajah Esther yang menantang membuat darah Gaara kontan mendidih dengan sendir
“Lupakan soal dia,” ungkap Gaara tiba-tiba. Esther Rodrigo, hanya menambah penat beban pikirannya saja dan dia tidak mau menebak-nebak kerumitan gadis itu yang sudah seperti labirin buatnya. Jika terus dipikirkan yang ada dia merasa makin tersesat. “Apa sebenarnya tujuanmu datang kemari, Amber?”“Oh iya, aku benar-benar hampir lupa!” Amber bersertu sambil menepuk dahinya sendiri. Kemudian dia terkekeh sendiri, membuat Gaara bingung dengan hal lucu macam apa yang perempuan itu tertawakan. “Untung kau ingatkan, kalau tidak bisa berabe.” Wanita itu kemudian berdiri dari kursinya dan berjalan ke arah kloset pakaian adik bungsunya, memilah sesuatu dari sana dengan menggeser-geser isinya. “Kau harus bersiap dan memakai setelan terbaikmu untuk makan malam kita hari ini.”“Kenapa?”“Ayah bilang dia punya janji dengan teman lamanya tempo hari, dan dia ingin mengajak serta anaknya untuk bertemu dengan orang itu lagi. Katanya adu kebanggaan, childish sekali bukan ayah kita?”“Memang.” Salah satu
“Grace?”Dimasa lalu, saat Gara pertama kali menginjakan kakinya selepas SMA di Australia dan masuk ke kampus. Saat itu pula dia langsung menjadi pusat perhatian semua mahasiswi disana. Tetapi hanya satu orang gadis saja yang berhasil membuat hatinya tertambat.Dan dari semua kemungkinan dia tidak mengira bahwa gadis dari masa lalu itu kini tengah duduk disampingnya dalam rangka acara makan malam keluarga. Kalau takdir itu manusia yang membuatnya, sudah pasti Gaara tidak akan mau berada disini. Tetapi apa mau dikata, ini diluar pengetahuannya sebagai seorang manusia yang memiliki keterbatasan.“Aku masih tidak percaya kalau ternyata Ibuku punya relasi sebagai rekan kerja dengan ayahmu,” tutur gadis itu setelah mereka mulai makan malam.“Ya, mungkin kalau dulu kau memberitahu ibumu tentang hubungan kita, situasi ini tidak akan jadi sesuatu yang mengejutkan,” sahut Gaara acuh tidak acuh.Meskipun penampilan luarnya terlihat seperti model yang baru keluar dari sampul depan majalah fashio
Sejak kecil Esther dididik bukan untuk menjadi seorang wanita yang ekspresif, dia dilatih sedemikian rupa untuk dapat menjaga mimik wajah dan mengatur ekspresi saat sedang bercengkrama. Makanya tidak heran, ketika dia mengenali pasangan yang ditunjuk oleh Derek adalah salah satu orang yang dia kenal di kampus, secepat kilat Esther mencoba bersikap setenang mungkin. Berbeda dengan Derek yang langsung menghampiri mereka, Esther justru menggunakan moment tersebut untuk kabur dari sana. Keberadaannya yang terlalu menarik perhatian karena pakaian yang dia kenakan pasti akan cepat di sadari oleh Gaara. Jadi Esther memutuskan untuk pergi ke toilet wanita alih-alih pergi ke bar sesuai dengan pesan sang ayah kepadanya saat memutuskan pergi bersama Derek.Esther menarik napas dalam-dalam, dia tahu akan sangat bodoh bila dia pergi ke bar begitu saja tanpa Derek. Orangtua mereka pasti akan bertanya soal keberadaan pemuda itu, dan Esther malas sekali ditanyai.Selepas keluar dari toilet dan melepa
Tidak. Tidak bisa. Esther tidak mungkin mau mati konyol seperti ini. Dia tidak akan mati sebelum selesai melakukan semua hal yang dia inginkan, dia tidak akan mati sebelum bisa mencapai semua impiannya. Dia harus menjinakan si Gaara Maxwell ini.Maka dengan sisa tenaga miliknya, Esther secara impulsif melumat bibir pria yang mencoba membunuhnya sekarang ini. Gaara yang kaget dengan respon Esther yang membalas ciumannya untuk sesaat mengendurkan pegangannya dan Esther dengan cerdik langsung mengambil kesempatan itu untuk menggigit bibir Gaara sekuat tenaga.Pria itu langsung melepaskan ciumannya dan mengumpat padanya. Sementara Esther sendiri memanfaatkan moment tersebut untuk melepaskan pegangan Gaara pada lehernya sekaligus menendang tulang kering pria tersebut. Begitu cengkraman terlepas dan dia mengeluarkan semua tenaganya, Esther langsung jatuh lunglai ke lantai. Dia tidak mengindahkan sama sekali Gaara yang mengaduh dari tendangan kakinya, yang jelas Esther benar-benar linglung d
“Wow … itu adalah komentar yang sama sekali tidak aku duga akan keluar dari mulutmu.” Nelsy terkekeh.Namun sejurus kemudian dia kembali terdiam dan mengamati pria yang menarik perhatian mereka masing-masing. Esther tidak berhenti menatap Gaara, begitu pun Nelsy, yang walaupun beberapa saat lalu dia sempat menghina Vinson, tetapi siapa pun akan tahu bahwa masih ada rasa yang dia miliki untuk pemuda itu.“Ngomong-ngomong kenapa kau sendirian, Nelsy?” tanya Esther tiba-tiba. Dia menyadari hal tersebut sejak awal ketika gadis itu mendekatinya dan diam-diam memiliki jawabannya sendiri untuk pertanyaan itu.“Entahlah …,” sahut gadis itu sambil berbalik menatap Esther. “Mendadak mereka semua yang dulu bersamaku tidak begitu … menyukai keberadaanku? Kurasa satu-satunya alasan mengapa aku punya banyak teman dan pusat perhatian adalah karena aku pacarnya Vinson. Jadi karena sekarang aku sudah bukan Mrs. Vinson lagi …” Dia mendengus menjeda kalimatnya sendiri, “Kurasa orang-orang itu sudah tida