Saat melihat Kania yang bergerak meninggalkan area restoran, Leonard tidak berpikir panjang lagi. Ia segera menghampiri kasir lalu membayar tagihannya. Ia hampir menggapai Kania, namun tidak disangka Jasmine datang lalu menarik tangannya."Kau mau kemana?"Leonard melepaskan tangan Jasmine lalu menghela nafas, "Aku harus pergi.""Tapi kita sedang sarapan.""Kau bisa menghabiskan sarapannya Jes, aku harus mengejar Kania. Tidak usah khawatir, aku sudah membayarnya."Tanpa menghiraukan panggilan Jasmine, Leonard kembali berlari. Ia berdecak kuat saat melihat Kania sudah bergerak ke arah mobilnya. Sial, ia tidak bisa membiarkan Kania pergi begitu saja.Maka tanpa berpikir panjang, Leonard menghampiri mobil Kania yang tengah berjalan. Kania terlihat terkejut, namun Leonard merasa lega karena akhirnya ia bisa menghentikan Kania tepat pada waktunya. Leon segera menghampiri mobil itu, ia mengetuk jendela mobil memberi isyarat pada Kania untuk membuka pintu mobil.Namun, alih-alih membuka pint
Pertanyaan Leonard sukses membuat Kania tertegun. Ia terdiam sejenak mencoba menelaah kembali perasaannya."Kau sudah memutuskan, bukan?"Kania mengangguk dengan malu-malu, "Ya, aku sudah memutuskan."Leonard terlihat menelan ludah, ia menatap Kania dengan gugup lalu bertanya, "Jadi bagaimana?""Aku menerimamu Leon, hubungan kita sudah resmi sekarang."Mata Leonard seketika melebar mendengar jawaban Kania, "Benarkah? Kau benar-benar menerimaku?" Tanyanya tidak percaya.Kania seketika terkekeh lalu mengangguk kecil, "Ya benar,"Mendengar hal itu, Leonard langsung bersorak dengan riang lalu berdiri, "Yee! Aku berhasil! Kania menerimaku."Kania yang melihat tindakan Leonard memancing perhatian semua orang segera menarik tangan pria itu untuk kembali duduk, "Astaga, duduklah, mereka semua melihat kita."Leonard hanya terkekeh kecil, ia kembali berdiri, tanpa memperdulikan orang-orang di sekitarnya Leonard kembali bersorak.Kania hanya bisa tertawa melihat tingkah Leonard. Sesenang itukah
Mata Jasmine terbelalak lebar mendengar ucapan Leon, "Kamu mengusirku?" Tanyanya dengan nada tidak percaya. Bisa-bisanya Leonard memperlakukan dirinya seperti ini."Bukan, aku tidak mengusirmu, aku akan mencari penginapan lain untukmu menginap.""Tapi, aku ingin disini!" teriak Jasmine dengan geram. Tujuannya kemari adalah untuk terus berdekatan dengan Leonard, tapi jika Leon malah memilih menghindarinya, bagaimana caranya ia memisahkan dirinya dengan Kania?"Jes, aku melakukan ini untuk menghargai Kania sebagai kekasihku. Aku tidak mau hubungan kami memburuk hanya karena masalah seperti ini. Tolong jangan mempersulit ini." ujar Leon dengan lelah."Kamu lebih memilih Kania daripada aku yang sudah bertahun-tahun bersamamu Leon? Semua persahabatan kita selama ini, kamu anggap apa sebenarnya?""Justru karena kau sahabatku, kau harusnya mengerti."Jasmine terhenyak melihat kekeraskepalaan dari Leon, ia tidak menyangka Kania menanam pengaruh yang cukup kuat kepadanya. Jasmine menghela nafa
Kania mengerjapkan matanya, "Aku tidak berniat menggoda. Siapa yang menggodamu?"Alih-alih memberikan penjelasan Leonard hanya tersenyum menyeringai, ia kembali menyambar bibir Kania lalu melumatnya dengan lembut. Kania membalas ciuman itu, membiarkan Leonard menjelajah lebih dalam ke area mulutnya. Ia mengalungkan tangannya ke leher Leonard, membuat Leonard semakin leluasa menjelajah di sana.Gairah yang mereka rasakan mulai memanas. Tidak puas dengan ciuman mereka, Leonard mengangkat tubuh Kania ke atas pantry. Mata Kania seketika terbelalak dengan lebar. Apa yang akan dilakukan pria di hadapannya ini?Melihat Kania yang mengerjap dengan bingung, Leonard mengecupi leher Kania dengan gemas membuat Kania mendesah seketika. Sadar bahwa mereka memiliki tujuan lain di sini, Kania mendorong tubuh Leonard perlahan."Ahh Lheon... Bu-bukankah kita harus memasak?" ucap Kania dengan terbata merasakan Leonard yang terus menerus menghujani tubuhnya dengan kecupan.Sejenak Leonard menghentikan ke
Kenia terlihat menelan ludahnya saat mendengar ucapan Devan. Perlahan Kania mendekati Devan, "Sayang, darimana kamu bisa menyimpulkan hal seperti itu? Ada yang memberitahu Devan?""Devan lihat sendiri Mama tadi berpelukan dengan Uncle Leon!"Kania memejamkan matanya sejenak, tidak menduga bahwa pelukan mereka tadi akan dilihat oleh Devan."Sayang, dengarkan Mama dulu, Mama dan Uncle Leon memang menjalin hubungan, Uncle Leon memang memiliki rencana untuk menikah dengan Mama, tapi perlu persiapan yang matang untuk itu. Mama–""Pokoknya Devan tidak mau punya Papa baru! Devan maunya Papa Sean!"Brakk!Kania terhenyak saat Devan berlari lalu membanting pintu kamarnya dengan kuat.Kania segera mengikuti Devan lalu mengetuk pintu dengan kuat."Devan, dengerin Mama Sayang... Devan, Sayang... Uncle Leon orang yang baik, bukankah Devan juga sayang pada Uncle Leon?""Mama jahat! Devan tidak mau bicara pada Mama. Devan tidak mau mengganti Papa Devan!"Kania meremas kepalanya dengan kuat melihat t
"Sudah, om menyerah. Kita sudahi saja!"Devan seketika tertawa mendengar ucapan Leonard saat mereka menyelesaikan beberapa permainan. Ia tersenyum dengan senyum kemenangan karena Leonard akhirnya mengatakan menyerah padanya."Yey Om kalah! Devan menang!"Leonard terlihat mengibaskan tangannya, ia sungguh tidak sanggup lagi jika harus meladeni Devan."Iya iya kamu menang, Om kalah! Sekarang om haus, mau beli minum.""Ayok, Devan mau eskrim!""Siap!"Leonard kembali menggenggam tangan Devan lalu membawanya ke arah booth es krim. Leonard lebih memilih es capucino yang diatasnya diberi eskrim vanilla sedangkan Devan memilih eskrim dengan banyak taburan biskuit.Setelah memilih tempat, Leonard dan Devan mulai menyantap pesanan mereka. Melihat Devan yang tersenyum dan memakan eskrimnya dengan lahap, Leonard merasa sangat senang. Bagaimanapun Devan sudah ia anggap seperti anaknya sendiri.Leonard terlihat melirik ke arah arloji miliknya, hari sudah menjelang sore. Mungkin sebaiknya ia membaw
Saat Kania merasa bahwa ini adalah saat bagi dirinya dan juga Leonard berpisah, Kania dikejutkan dengan perkataan Devan yang tiba-tiba."Mama boleh menikah dengan om Leon,"Kania mengerjapkan matanya mendengar ucapan Devan, ia menarik tubuh Devan menjauh lalu menatap puteranya dengan tatapan tidak percaya."Kamu barusan bilang apa, Sayang? Apa Mama tadi tidak salah dengar? Kamu bilang Mama boleh menikah dengan om Leon?"Devan terlihat mengangguk dengan perlahan, "Ya, Mama boleh menikah dengan Om Leon, tapi Devan tetap bisa bertemu dengan Papa Sean, bukan?"Mendengar ucapan Devan, Kania segera memeluk Devan kembali, "Tentu Sayang tentu, kamu boleh bertemu dengan Papa Sean kapanpun kamu mau. Terimakasih karena kamu sudah mengerti Mama."Devan menganggukkan kepalanya lalu memeluk Kania. Mereka berpelukan dengan sangat erat. Kania menghela nafasnya panjang, merasa sangat lega karena kesalahpahaman mereka akhirnya selesai."Jadi tadi kamu tidak dimarahi oleh Om Leon?"Devan terlihat mengge
Kania mengulas senyumnya dengan lebar saat mendengar pintu rumahnya diketuk dari luar. Kania segera bergerak ke arah pintu untuk menyambut kedatangan Leonard di sana."Kau terlambat Leon,"Kania tertegun di tempat saat melihat bukan hanya Leonard yang berada di hadapannya. Kenapa Jasmine ikut berada di sini?Kania menatap bingung ke arah Leonard, "Apa maksudnya ini Leon? Kenapa dia ada di sini juga?""Kania, kedatangan Jasmine kemari adalah ingin menyelesaikan kesalahpahaman yang terjadi di antara kita. Jasmine ingin meminta maaf atas kesalahannya padamu selama ini."Kania mengangkat alisnya, apa katanya tadi? Jasmine ingin meminta maaf? Apa benar wanita arogan ini ingin melakukan hal itu?Belum sempat Kania menyerukan kebingungannya, ia terhenyak saat Jasmine tiba-tiba menurunkan tubuhnya seolah hendak berlutut."Kania, aku ingin meminta maaf.""Astaga Jasmine!" Kania segera menahan tubuh wanita itu agar tidak berlutut di hadapannya. Raut wajahnya terlihat sangat menyesal menatap ke