"...jika membutuhkan bantuan yang lain." Aliando melanjutkan kalimatnya."Iya, Bang.""Sekali lagi...terima kasih, ya, Bang karna Bang Al sudah mau bantu mengirimkan tambahan anak buah untuk kami.""Iya. Sama-sama.""Sebenarnya...Ayah menginginkan kamu untuk memimpin penyerangan ini secara langsung, Bang. Cuma, aku bilang, kalau hal itu sepertinya terlalu berlebihan. Tapi aku udah bilang sama Ayah, kalau aku bisa memimpin penyerangan ini dengan dibantu sama yang lainnya. Aku juga banyak meminta bantuan dari teman-teman dan kenalan Ayahku, Bang dan akhirnya Ayah mengerti kok dan mempercayakan hal itu sama aku. Jadi, Bang Al enggak perlu memikirkan perkataan Ayah."Aliando manggut-manggut. "Bagus lah kalau kamu bilang seperti itu sama Ayah kamu. Lagi pula, aku tidak terlalu paham dengan seluk beluk dunia kalian. Kalian sendiri yang lebih paham. Yang udah sangat berpengalaman. Aku hanya bisa memberikan bantuan saja.""Iya, Bang. Bang Al jangan terlibat terlalu dalam. Bang Al mau bantu k
"Tolong...maafkan kesalahan Mama selama ini sama kamu, ya, Al...Mama tahu...Mama salah...Mama udah jahat sekali sama kamu...tapi...semuanya udah terlanjur Mama lakukan dan Mama hanya bisa minta maaf sama kamu untuk sekarang, ini, Al..." Kata Kinanti lagi sambil terus menangis tanpa henti. Sedari tadi. Tergugu.Tadinya, Arjuna dan Kinanti mau mengintrogasi Aliando secara langsung untuk memastikan informasi yang telah mereka dapatkan sebelumnya. Tentang Aliando yang bukan anak kandung Pak Damar dan bertanya tentang siapa kedua orang tua kandung Aliando yang sesungguhnya. Tapi akhirnya mereka mengurungkan niat, memilih minta maaf kepada Aliando saja setelah mendapat ancaman dari Pak Damar. Jujur, mereka takut sekali dengan perkataan Pak Damar yang memberitahu tentang apa yang akan dilakukan oleh kedua orang tua kandungnya Aliando kepada keluarga mereka. Arjuna lalu pindah posisi -yang semula berada di depan Aliando -kini berganti berdiri di samping Aliando, lantas menepuk-nepuk pun
DOR! DOR! DOR! Suara tembakan pistol terdengar dari berbagai sisi. Baik pasukan Raisa mau pun pasukan lawan saling melepas tembakan satu sama lain. Saling menyerang.BUK!BUK! BUK! Suara pukulan dan tendangan juga terdengar saling bersahut-sahutan. Tukang pukul Raisa terus merangsek maju, menyerang apa saja yang menghalangi mereka. Sementara para tukang pukul dari pihak musuh juga mencoba menahan mereka, balas menyerang, memberikan perlawanan dan berusaha menghabisi.Kini puluhan para tukang pukul itu sedang saling bertukar jurus dan serangan. Pertarungan dalam jarak dekat pun terjadi. Teriakan dan seruan langsung terdengar membahana di segala penjuru ruangan. Juga mulai terdengar suara-suara mengadu atau jerit kesakitan setelahnya. Suasana pertempuran langsung tercium pekat di udara. Beberapa saat kemudian, dari para tukang pukul mulai berjatuhan satu persatu. Selagi para tukang pukul itu sedang saling menyerang dan menghabisi satu sama lain, Raisa, Ferdian dan dua tuk
"Dasar bedebah sialan!" Raisa berteriak marah. Detik berikutnya, Raisa sudah akan menarik pelatuk pistol, hendak melepas tembakan, diikuti Ferdian dan dua tukang pukul senior. Namun tiba-tiba saja, dengan gerakan yang amat cepat, para tangan kanan Pak Raka telah mengeluarkan pistol di tangan masing-masing dan menodongkan moncol pistol pada pelipis Raisa, Ferdian dan dua tukang pukul senior.Sial! Maki mereka berempat dalam hati secara serempak. Napasnya mendadak menderu -seketika. Kini dengan cepat, posisi mereka berempat yang berganti terdesak dan tengah berada antara hidup dan mati. Antara menyerang dan mundur, resikonya akan tetap sama saja. Raisa mendengus. Dia terlalu emosional tadi, terlalu terkecoh menghadapi Pak Raka, sehingga situasi mereka saat ini jadi terbalik begini. Pak Raka menyeringai saat mendapati dia telah berganti menguasai keadaan dengan begitu cepat. Kemudian, Pak Raka kembali bicara. "Kenapa Nona main menuduhku sembarangan kalau aku adalah orang yang su
Pak Harry menghembuskan napas berat, kedua matanya memanas seketika, lantas mengusap muka dengan kasar. Raisa kalah dalam misi menyerang markas musuh dan berhasil diringkus olehnya. Sementara dirinya juga tengah diserang -yang lebih menyakitkan lagi adalah diserang oleh orang kepercayaannya sendiri yang berkhianat.Pak Harry langsung lemas. Tak tahu harus berbuat apa. Mendaapti Pak Harry yang terlihat kalut dan menyedihkan, Gading dan para anak buahnya menyeringai lebar. Rasakan itu! Kini mereka tengah kompak mengepung Pak Harry dengan tatapan meremehkan dan menghina. Pak Harry merasa sangat payah, merasa tidak berdaya, dia kembali menyalahkan kondisi dirinya saat ini karena tidak bisa melakukan apa-apa untuk menolong Raisa. Bahkan, dia harus menyerahkan semua apa yang dia miliki kepada orang lain (yang dia bangun dengan susah payah) harus direlakan begitu saja -kepada orang yang selama ini dia percayai -namun ternyata malah berkhianat. Selagi Gading berbicara dengan Raisa me
"Hallo Pak Irawan. Tolong kirimkan bantuan untuk orang-orang kita yang sedang ikut dalam misi pernyerangan terhadap salah satu markas organisasi dunia hitam yang dipimpin oleh Nona Raisa. "Dan kirimkan para bodyguard profesional ke lokasi karna saya akan turun tangan secara langsung untuk menyelamatkan Nona Raisa yang ditangkap sama pemimpin organisasi yang dia serang!" Aliando bicara kepada Pak Irawan melalui telefon sambil berjalan keluar rumah. Keadaan di dalam rumah tampak lengang, ruangan juga temaram, sepertinya semua orang di rumah itu sudah pada tidur. "Baik, Tuan Muda. Akan segera saya kirimkan bantuan dan bodyguard terbaik yang kita miliki ke lokasi yang Tuan Muda minta!" "Baik, Pak Irawan. Terima kasih. Segera, ya, Pak Irawan. Saya tunggu!" "Siap laksanakan, Tuan Muda!"Sehabis menelfon Pak Irawan, Aliando bergegas menuju garasi, naik ke mobil dan mengeluarkan mobil dari dalam sana.Kemudian, ia langsung tancap gas dan mobil pun segera meluncur seketika -dengan kecepa
Raisa menenggelamkan wajahnya di dada bidang Aliando bersamaan dengan napas yang menderu, bercampur lega karena Aliando datang menyelamatkannya. Aliando agak kaget dengan apa yang tengah Raisa lakukan, namun akhirnya dia membiarkannya. Ia memaklumi karena sebelumnya pasti Raisa sudah merasa putus asa dan berpikir tidak akan ada yang datang menyelamatkannya. Tapi jangan terlalu berlebihan saja, jangan sampai bawa-bawa perasaan, karena nanti akan menimbulkan masalah besar dan beda lagi ceritanya. "Sudah. Semuanya sudah aman sekarang. Aku akan mengeluarkan kalian semua dari sini." Aliando mencoba menenangkan Raisa. Sekaligus ditunjukan kepada ketiga anak buahnya Raisa.Namun, selang sebentar saja, Raisa buru-buru menarik diri dari dada bidang Aliando saat baru menyadari bahwa apa yang tengah ia lakukan kepada Aliando itu sedikit kelewatan. Raisa langsung gelagapan, pandangannya jadi mengedar ke mana-mana. "Ah, maafkan aku, Bang." Lirih Raisa. Menunduk -seketika. Jadi agak kikuk. "
Persis di ujung kalimat, Raisa berteriak, menyerang Pak Raka.Serangan pertama. Pertarungan antara Raisa melawan ketua salah satu organisasi dunia hitam, yang sekaligus merupakan musuh bebuyutan Ayahnya itu pun dimulai. Raisa sudah tidak peduli lagi. Semangat dan kepercayaan dirinya -bisa menghabisi Pak Raka kali ini -telah berkobar sejak kedatangan Aliando. Sementara Pak Raka juga telah siap menerima serangan Raisa (tapi ia akan menghadapi Raisa dengan santai). Pak Raka tidak terlalu khawatir, tidak perlu mengerahkan seluruh kemampuan dan tenaga, karena ia tidak akan mungkin dikalahkan oleh bocah perempuan kemarin sore yang sok jagoan.Lagi pula, perempuan itu bukan tandingannya. Raisa bukan lawannya.Jadi, sudah dipastikan jika Raisa akan langsung kalah dalam hitungan beberapa detik saja. Raisa langsung melepas pukulan dan tendangan bertubi-tubi, mengincar tubuh Pak Raka. PLAK! PLAK! PLAK! Pak Raka melayani serangan Raisa dengan santai, menepis dan menghindar dengan muda