"Belain aja terus suamimu yang enggak berguna itu, Nad!" Kinanti langsung berseru marah sambil menunjuk Aliando.Kemudian, Kinanti menatap Alex. Menghela nafas dalam-dalam sebelum berkata."Udah enggak apa-apa, Nak Alex. Enggak usah hiraukan apa kata Nadine. Apa yang kamu lakukan itu udah benar kok. Tidak salah sama sekali."Kinanti tersenyum tipis sebelum melanjutkan kalimatnya."Lagi pula, mereka berdua itu, sebentar lagi, akan bercerai!"Alex mangguk-mangguk. Balas tersenyum. Maka dari itu, Alex mulai tancap gas untuk membuat Nadine jatuh hati padanya."Iya, Nad. Bener apa kata Mama sama Papa. Enggak usah kamu pedulikan suami keremu itu!" Kata Dion."Aliando itu enggak akan mampu membelikan kamu barang-barang mewah dan branded seperti Alex. Dia aja pengangguran. Sekalinya dapat kerja lagi, eh, jadi pelayan. Cih. Memalukan banget!" Sambung Lidya sambil berdecak.Lengang sejenak di ruangan tersebut.Semua mata tengah memandang Aliando dengan jijik."Eh, miskin...ngasih kado apa kamu
"Iya. Harganya memang sangat mahal, Kak. Aku membelinya dengan harga ratusan juta." Jawab Aliando. Menatap mereka satu persatu sambil mengulas senyum.Aliando yang berkata dengan enteng tentang mengeluarkan uang ratusan juta, seakan-akan dia adalah seorang yang kaya raya, seakan baginya itu adalah nominal uang yang tidak seberapa, membuat mereka geleng-geleng kepala, mencibir dan semakin memandangnya dengan hina."Eh, Kak Lidya...tapi ini kayaknya cartier beneran deh...asli...bukan imitasi. Coba Lihat baik-baik lagi. Amati lagi, Kak. Ini tuh perhiasan eksklusif dari Cartier. Keluaran terbaru. Limited edition juga." Ucap Anita.Semua mata langsung tertuju pada Anita. Tertarik mendengar penjelasannya. Lidya membulatkan matanya."Serius kamu, Nit?!" Tanya Lidya. Dia kembali mengamati perhiasan yang masih berada di tangannya."Iya, Kak. Itu Cartier asli." Kali ini giliran Jessica yang menjawab seraya menelan ludahnya susah payah. Mukanya mendadak pucat pasi.Ruangan kembali lengang. Lid
Beberapa detik kemudian, cercaan dan hinaan langsung keluar dari mulut mereka secara bergantian setelah mendengar hal itu.Tapi yang membuat mereka tidak habis pikir adalah berani-beraninya Aliando meminjam uang sebanyak itu kepada temannya.Apa dia tidak memikirkan konsequensinya? Padahal dia itu miskin, baru saja mendapatkan pekerjaan dan gajinya sangat kecil.Lalu, mau dibayar pakai apa?Tentu saja Arjuna dan Kinanti marah besar. Walau bagimana pun, Aliando masih berstatus sebagai menantu di keluarga mereka, maka, kalau terjadi sesuatu, pasti mereka juga akan ikut terseret."Bagimana ini, Ma? Bagimana kalo seandainya temannya Al itu datang ke rumah dan menagih hutangnya?! Secara kan, Al hanya bekerja jadi pelayan dan gaji kecil banget. Mana bisa dia bayar hutang sebanyak itu? Emang menantu enggak ada otak dia!" Dion mendengus. Dia memprovokasi kedua mertuanya. Lidya membenarkan perkataan sang suami."Emang bodoh kamu, ya, Al! Berani-beraninya kamu hutang sama teman kamu sebanyak 50
Aliando merasakan burungnya sudah mengeras hebat. Siap bertemu dengan mahkota miliknya Nadine. Berharap, akan menyatu.Gairah kelakiannya juga langsung membakar dada. Ada dorongan kuat yang berasal dari dalam dirinya, yang menggerakan tubuhnya untuk melakukan hubungan suami istri."Nad..." Bahkan suara Aliando terdengar berat. Menandakan kalau dia sudah sangat bergairah.Aliando menggeser tubuh lebih mendekat di hadapan Nadine, bibirnya bergerak maju, terarah menuju bibirnya Nadine.Namun ketika bibir Aliando nyaris mendarat di bibir Nadine, jari telunjuk Nadine menempel di bibir Aliando, membuat bibir mereka urung saling menyatu.Aliando jadi menghentikan apa yang akan dia lakukan, lantas menoleh dan menatap Nadine.Kini wajah mereka sangat dekat. Bahkan, karena saking dekatnya mereka bisa merasakan nafas saling menerpa wajah mereka masing-masing."Nanti Mama dan Papa akan marah kalau lihat kita lagi kayak gini, Al." Suara Nadine juga terdengar berat. Terlihat sekali ada yang sedan
"Sebaiknya Anda pergi dari sini. Bilang sama Boss Albert. Sampai kapan pun, aku enggak akan pernah membiarkan Nadine jatuh di pelukannya! Karna aku enggak akan pernah membiarkan hal itu terjadi!" Aliando berteriak marah sambil menunjuk ke arah pintu. Menyuruh Farhan untuk segera pergi. Farhan malah menyeringai, menarik punggung dari sandaran sofa, lantas berkata. "Nona Nadine itu mau membahas urusan bisnis dengan Boss Albert. Kenapa kamu malah melarangnya? Seharusnya, kamu itu sebagai seorang suami mendukung apa yang istrimu lakukan karena mereka mau membicarakan masalah pekerjaan. Kamu enggak perlu khawatir. Itu juga untuk kebaikan kamu sendiri dan keluarganya!" Aliando mengernyit begitu mendengarnya. Jadi, mereka berdua hendak membicarakan masalah bisnis? Namun Aliando tidak percaya. Pasti Albert hendak berbuat yang tidak-tidak pada Nadine. Aliando tergelak, berkacak pinggang. "Membicarakan masalah bisnis? Aku enggak yakin. Aku enggak percaya. Pasti, Albert mau macam-macam den
Aliando menarik nafas panjang sebelum kemudian menghembuskannya dengan kasar.Dia yakin sekali jika istrinya dan Albert tidak sedang membicarakan urusan bisnis. Albert mempunyai maksud lain. Dia sendiri yang bilang begitu.Sedangkan Farhan? Tentu saja dia bertugas untuk menjaga area tempat ini.Aliando semakin mengetatkan cengkraman pada kerah baju Farhan, masih melotot ke arahnya."Aku yang akan menghabisimu kalau kau enggak mau menunjukan keberadaan Nadine dan Albert saat ini padaku?!" Aliando berseru dengan otot-ototnya yang terlihat semakin menegang.Farhan tergelak, dia mengerahkan tenaganya untuk dapat terlepas dari cengkraman tangan Aliando dan akhirnya berhasil lepas juga."Memangnya kau bisa melakukan hal itu padaku, hah? Kau itu telah masuk ke dalam kandang macan, Al. Kau bukan siapa-siapa lagi di sini. Lagi pula? Siapa kau? Ngaca sana! Kau itu hanya suami dan menantu yang enggak berguna! Dasar sampah!" Farhan berseru sambil mendorong dada Aliando dengan jari telunjuknya
Pasalnya Aliando hanya lah lelaki biasa, miskin, namun berani menghajar orang kepercayaannya Boss Albert!Berani sekali dia? Apa dia tidak takut akan mendapat masalah nantinya?Aliando melemparkan botol yang baru saja digunakan untuk memukul Farhan, kemudian mengatur nafas, mengusap peluh.Tiba-tiba datang beberapa orang laki-laki berjumlah sekitar lima orang yang langsung menghampiri Farhan. Diikuti para karyawan club malam di belakangnya. Membantu Farhan berdiri.Aliando masih mengatur nafas, sepertinya dia harus melewati mereka-mereka dulu sebelum menyelamatkan Nadine yang merupakan anak buahnya Albert yang bertugas menjaga club malam ini."Aku mau kalian semua menghabisi Al! Aku enggak mau tahu! Dia harus mati malam ini juga! Lihat lah, dia sudah membuatku seperti ini!" Perintah Farhan dengan suaranya yang bercampur dengan rintihan. Menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya.Ke lima orang itu kompak menoleh ke arah Aliando, kemudian mendengus.Mereka bangkit berdiri.Mereka sudah me
Aliando menghela nafas lega mendapati keadaan Nadine baik-baik saja. Gaunnya masih terlihat rapi seperti semula. Berarti belum tersentuh."Kau tidak akan bisa keluar dari sini, Al. Karna aku akan memanggil seluruh anak buahku untuk menghabisimu!"Suara Albert memecah hening.Aliando terdiam sejenak sebelum menghembuskan nafas."Anak buahmu sudah aku habisi di bawah. Farhan juga sudah kubuat babak belur. Jadi, sudah tidak ada anak buahmu yang berani lagi padaku!" Aliando bicara tanpa menoleh ke arah Albert.Albert berdecih mendengarnya, dia menyentuh ujung bibirnya yang terasa perih karena pukulan Aliando barusan.Namun dia akan membalas perbuatan Aliando ini berkali-kali lipat lebih perih."Hei, miskin. Terlalu percaya diri sekali, kau. Berapa anak buahku yang kau lumpuhkan di bawah? Hanya sedikit. Apa kau tidak ingat, hah? Kalau aku punya anak buah? Aku masih punya banyak anak buah yang akan mematahkan leher dan kakimu!" Albert menyeringai.Aliando mengatupkan rahang, berfikir.Ucap