Bony berusaha menenangkan Panji yang tersulut emosi, dengan sedikit memaksa dia harus setengah menyeret Panji untuk meninggalkan ruangan itu dan memasukkan Panji ke dalam mobilnya. Panji masih kesal dan tidak percaya dengan apa yang terjadi sementara Bony berdiri di luar sambil menyalakan sebatang rokok dan mulai menghisapnya dengan tenang.Dirinya memberi waktu kepada Panji untuk tenang meski di dalam mobil Panji memukul-mukul setir mobil dengan sangat kesal. Mata Bony berkeliling melihat aktifitas di kantor polisi itu dan rokoknya yang terselip di jarinya pun terlepas dan jatuh. Dia berjalan mendekat ke arah di mana kendaraan yang berkasus di parkir. Salah satunya mobil yang setengahnya ditutupi terpal.‘Mobil ini dipakai Sheira malam itu, aku yakin sekali. Tapi kenapa sampai pak Ujang yang mengendarai mobil ini, apa yang sebenarnya terjadi? Apa Sheira yang menabrak Sita lalu pak Ujang yang menggantikannya? Apa semudah itu?’ Bony bergerak mundur, belum saatnya Panji tahu tentang
Bony mengerutkan dahinya, dia sama sekali tidak bisa mendapatkan informasi yang berarti di sekitar tempat kecelakaan itu terjadi. Beberapa rekaman CCTV sudah lenyap, dan keterangan dari pemilik toko juga sama, toko sudah tutup dan tidak melihat langsung kejadian yang terjadi. Beberapa toko yang Bony singgahi mengatakan jika memang pelakunya adalah laki-laki. Bony pun bingung karena dia tidak bisa juga meragukan pengakuan Panji. Panji bukan tipe yang suka mengada-ada.Bony hendak menyalakan rokoknya di tepi jalan ketika seorang pengendara motor dengan helm full face melewatinya dan nyaris menyenggolnya. Rokok Bony terlepas, dia mengumpat dengan sikap pengendara yang nyaris menyerempetnya.“Heeeyyy … Berhenti!!!” seru Bony kesal, dia pun segera naik ke motornya dan mengejar pengendara itu. Mereka berkejaran dan pengendara itu seakan-akan sedang memancing Bony agar terus mengejarnya. Bony mengakui jika pengendara itu sangat lihai dan mahir memacu motornya di tengah trafik lalu lintas y
Mata Sheira dan Vero membulat mendengar kata mafia, mereka bergidik ngeri tak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi jika mereka menghadapi kejamnya cara mafia bekerja. Dengan tertatih Terryn mendekati Panji, memeluk putranya dan menangisi nasib malang pemuda yang baktinya telah melebihi bakti seorang anak kandung.Bony baru saja membalas pesan Venus yang menanyakan kondisi Panji ketika Panji keluar dari kamar mandi untuk membersihkan diri. Kemeja putihnya terkena noda darah yang berasal dari luka di kepalanya.“Calon mempelai pria sudah selesai juga mandinya, lama amat kayak putri keraton!” seru Bony yang sedang terbaring di tempat tidur Panji.“Gimana, apa tikus itu sudah ada jejaknya, aku ingin meringkus dia terlebih dahulu, lebih bagus se
“Mau Bang Bony ajak makan siang gak? Bos Panji bentar lagi ada meeting jadi sedikit sibuk, yuuk!” ajak Bony sambil menarik tangan Venus. Gadis itu gelagapan dan menurut saja, jarang-jarang ada kesempatan Bony mau berbaik hati mengajaknya makan siang.“Kaaak … kalau meetingnya sudah selesai Venus ke sini lagi yaa!” seru Venus sebelum menghilang dari ruangan Panji. Pemuda itu menarik napas dalam-dalam, andai saja kecelakaan itu tidak terjadi mungkin saat ini Sita dan Venus akan riuh bergembira merencanakan pesta pernikahan dirinya dan Sita..Bony masih memegang lengan Venus dan tidak melepasnya, gadis itu tersenyum-senyum senang karena merasa Bony memperhatikannya. Pemuda itu tidak menyadari jika beberapa pasang mata menatap ke arahnya karena menggandeng tangan seorang gadis yang tampak asing di kantor mereka.
Sikap Sheira pada Panji tampaknya belum berubah juga, dia masih angkuh seperti biasa, Panji pun tidak ambil pusing meski dia sempat heran jika Sheira tampaknya lebih banyak diam jika mereka bertemu di rumah Terryn.Kali ini sebuah pesta kecil keluarga Terryn tengah berlangsung. Terryn sedang berulang tahun, dia dan Deva sepakat tidak ada pesta karena kesehatan Terryn yang tidak bisa kelelahan. Mereka hanya mengundang oma Imelda makan malam.Tampak anggota keluarga berkumpul lengkap malam ini. Ada Sheira dan Vero, Aluna dan Roby baru saja kembali dari liburannya di Eropa, tentu saja mereka datang dengan putri tomboy mereka Venus. Panji selalu membawa Bony kemana-mana, dia tahu jika Bony sekarang hidup sebatang kara, kedua orang tuanya sudah tidak ada sehingga Panji memperlakukan Bony layaknya saudaranya sendiri.
Mata Panji membulat ketika video itu mulai berjalan memutar tiap adegan seakan-akan Sheira sedang menikmati cumbuan dari Aldo, detik selanjutnya dia tidak bisa lagi melanjutkannya karena berlanjut pada adegan tanpa busana itu.“Apa-apaan ini!” Dengan suara tertahan Panji mencoba menahan emosinya. Dia tahu jika seseorang tengah memfitnah Sheira. Panji dan Bony saling berpandangan, lalu bersamaan melihat ke arah Vero yang sedang terlihat gelisah duduk di ujung sofa sambil memegang gelas minuman.Terryn sedang sibuk membagikan kue lalu berjalan ke meja makan hendak mengambil garpu kecil yang tertinggal. Matanya menangkap banyak pesan yang masuk ke ponselnya. Sambil menunggu pesan yang terbuka, Terryn menata piring kecil untuk kue tart yang sudah dipotong tadi.Seketika jantung Terryn ingin berhenti ra
“Apa ada yang sengaja memanfaatkan Sheira untuk mencoba menghancurkan kita?” tanya Deva dengan gusar.“Kita tunggu perkembangan kasus Sheira dulu Deva, kita akan lihat apa yang terjadi besok.” jawab oma Imelda untuk menenangkan putranya.Aluna dan Venus mendekati Terryn untuk memberinya penghiburan dan kekuatan.“Kami akan pulang dulu, kalau ada apa-apa telpon aku segera yaa Yin, tolong jaga kondisimu.” Aluna memeluk adik iparnya bergantian dengan Venus. Robi pun menyalami Terryn dan menepuk bahu Deva.“Oma akan menginap malam ini untuk menemani Sheira.” Ome Imelda mendekati Sheira dan memintanya naik ke kamar untuk menenangkan diri. Ponsel Vero dan Sheira seketika ramai berdering bergantian. Vero menjauh dan mencoba berdip
“Yin, aku mau bicara sama kamu.” Deva membantu Terryn untuk berbaring di tempat tidur.“Soal apa, Kak?” tanya Terryn menatap wajah suaminya yang sejenak ragu.“Biar bagaimanapun juga nama baik keluarga kita harus segera kita bersihkan. Sheira pun tidak bisa kita biarkan lagi bertindak semaunya, sudah lama kita memanjakannya. Saat ini dia perlu sosok yang bisa membimbingnya untuk lebih baik lagi terlebih untuk melindunginya.”“Maksud Kak Deva apa, Yin gak ngerti.” Sepasang mata kuyu milik Terryn menatap lurus pada wajah Deva. Deva meraih kedua tangan Terryn dan menggenggamnya erat.“Aku ingin menikahkan putri kita Sheira dengan Panji. Panji adalah sosok yang tepat untuk menjadi pendamping hidup Sheira, tidak ada laki-l