Bab 5
Jason terdiam sesaat sambil berusaha menyimak kata-kata Michelle dan kemudian tertawa dengan keras.“Kau pasti bercanda, kan!?“ kata Jason tertawa lagi sambil memandang lucu kearah Michelle.
Dia menunggu hal yang sama akan dilakukan Michelle tapi Michelle hanya diam sambil memandanginya. Dan Michelle sama sekali tidak tertawa sepertinya.Yang membuat Jason panik dan terdiam adalah ekspresi muka Michelle. Ia sama sekali tidak menemukan niatan bercanda di wajah Michelle. Jason menghentikan tawanya dengan ragu.
“Apa kau serius?!“
Jason terkesima.
“Tapi bagaimana…!?“
Jason tidak mengerti.
Ia terduduk tidak mengerti di sofa rumahnya. “Yah, kalau secara teknisnya, kurasa kau dan Tina sendiri yang lebih tahu mengenai hal itu.“ Wajah Jason pucat. Reaksi yang normal, kata Michelle dalam hati melihat Jason. Ia agak merasa sedikit kasihan melihat keadaan Jason yang syok. Seharusnya Tinalah orang yang berhak memberitahukan hal ini secara pribadi kepada Jason tapi kenyataan memaksanya untuk mengatakan kebenarannya kepada Jason. Michelle berdiri dari tempat duduknya dan melangkah mendekati Jason lalu menyerahkan Jojo ke dalam tangan Jason. Jason menatap Michelle dengan bingung dan dia berusaha keras untuk memahami situasi yang sedang terjadi.“Ini? Bayiku?!“ tanya Jason lagi memastikan.
“Kau pasti sedang bercanda iya ‘kan!?“
Jason masih berharap Michelle tertawa terbahak-bahak dan mengatakan padanya semuanya hanya lelucon untuk mengisi salah satu acara televisi.
Michelle menghela napas lagi sebelum meyakinkan Jason.“Seratus persen serius! Dan aku…!“ katanya dengan tegas.
“Tidak pernah ada niatan sedikitpun, untuk bercanda denganmu tentang hal ini.“
Michelle berdiri dan tersenyum lega.
“Nah, sekarang urusanku sudah beres…,“ kata Michelle bersiap untuk pergi.
Jason sangat panik melihat Michelle yang akan bersiap pergi.“Apa maksudmu sudah beres!? Hei! Kau mau pergi kemana!?“
Jason menahan pintu rumahnya sambil berupaya dengan keras agar tidak menjatuhkan bayi yang dikatakan Michelle adalah anaknya. Dan dari wanita yang sama sekali tidak dikenalnya!
Seandainya kalau Michelle berkata bayi itu adalah bayinya dengan Michelle, ia pasti akan sangat tidak perduli dan dengan senang hati akan segera menikahi Michelle. Tapi kenyataannya…! “Aku mau pulang. Masih banyak yang mesti aku kerjakan. Sekarang boleh aku pergi!?“
Michelle memberi penekanan pada kata-katanya. Memberi isyarat kepada Jason untuk segera pergi dari hadapannya dan tidak menghalangi kepergiannya.
“Kau tidak boleh pergi sampai kau mengaku bahwa kau pasti sedang bercanda. Apakah kau sedang mengerjai aku !? Oh yeah, pasti ada kamera yang tersembunyi, iya 'kan!? “ tebak Jason dan segera memeriksa tubuh Michelle. “Apa-apaan sih?! Ih, sana jangan pegang-pegang!“ kata Michelle mendorong Jason dengan kasar. “Kau serius!“ kata Jason tidak percaya kemudian memandangi Jojo yang berada didalam gendongannya. “Yah! Dari tadi juga aku tidak pernah bercanda, Jason!“ kata Michelle sambil melotot kesal. “Tunggu, kumohon jangan pergi…! Paling tidak, tolong ceritakan apa yang sebenarnya terjadi? Aku masih belum mengerti… dan bagaimana kau yakin bayi ini adalah bayiku?!“Jason menahan kepergian Michelle dengan sungguh-sungguh.
Michelle merasa kasihan juga melihat kondisi Jason saat ini. Ia menghela napas kemudian memutuskan untuk duduk lagi. Ia mengambil air dingin lalu meneguknya dengan cepat sebelum memulai ceritanya tentang Tina yang meninggalkan Jojo ditempatnya. “Dan kenapa kau yakin sekali kalau bayi ini benar-benar anakku!?“ kata Jason sambil menyondorkan Jojo kearah Michelle. Jason mencoba mencari gambaran dirinya dalam diri Jojo. Dia bayi yang lucu! katanya dalam hati. Tapi bayi ini sudah dipastikan bukanlah bayiku! “Ha-loo ! Kau bertanya pada orang yang salah! Tet - tot! Kau sendirilah yang tahu, bukan aku!“ katanya dengan kesal sambil meminum airnya lagi. “Hei, aku tegaskan kepadamu, aku tidak pernah tidur dengan gadis yang bernama Tina itu!“Atau wanita manapun! tambahnya dalam hati. Tapi mungkin kalau pernyataan itu keluar dari mulutnya, Michelle pasti menganggapnya berbohong.
“Dan kenapa aku harus percaya padamu? Jangan- jangan ini adalah siasatmu untuk mendekati aku!?“ kata Jason dengan sombong. Michelle melotot kearah Jason. Mulutnya mengangah tidak percaya mendengar sindiran Jason yang sombong. Ia menggertakan tangan dan giginya dengan kesal. “Michelle, kau tidak perlu berbuat ini padaku. Dengan senang hati aku akan menerimamu dihatiku dan dihidupku!“ kata Jason dengan nada yang menggoda. Michelle tidak dapat menahan dirinya lagi. Ia begitu kesal dan tidak percaya Jason bisa menuduhnya seperti itu. “Aku tegaskan juga,“ kata Michelle mengambil napas sebentar.“Aku tidak pernah berusaha untuk mendekati atau menggodamu! Akui saja perbuatanmu, lalu bertanggung jawab, tidak susah kan dengan kondisi keuangan yang cukup mapan seperti sekarang, kurasa tidak sulit bagimu untuk merawat dan memberinya kenyamanan, jadilah seorang pemberani! “ katanya dengan sinis.
“Kalau ini memang anakku, aku pasti bertanggung jawab! Tapi aku merasa yakin betul, aku tidak pernah berkencan apalagi tidur dengan Tina!“ bentak Jason tak kalah keras dari Michelle. Jojo menangis karena kaget. Michelle menahan umpatannya dan menahan dirinya untuk tidak menggendong Jojo. Jason harus belajar menjalankan tanggung jawabnya, gumam Michelle dalam hati. Tangis Jojo semakin keras. Tapi Michelle tidak mengacuhkannya. Meskipun ia bersumpah, ia ingin sekali membawa Jojo pergi dan merawatnya sendiri bila Jason tidak menginginkannya!“Kau harus menyelesaikan hal ini sendiri. Dan maaf, aku harus pergi. Ini baju dan perlengkapan Jojo, semuanya ada di sini, ciao!“ kata Michelle sambil melenggang pergi.
Jason tidak dapat bergerak dari tempatnya berdiri. Tubuhnya yang atletis mendadak kaku dengan bayi yang sedang berteriak-teriak dengan air mata yang terus menerus mengalir dari matanya yang kecil seperti keran air. “Da…da…!“ pekik Jojo, menyadarkan Jason.Michelle sudah pergi dan Jojo masih menangis.
“Mimpi yang aneh!“Jason mendesah.
Jojo buang air kecil sambil terkekeh, ia memperhatikan Jason dengan mata beningnya.“Dan ini adalah mimpi yang buruk sekali!“ geramnya dengan kesal.
Michelle merasa lega sekaligus khawatir karena telah memberikan Jojo kepada Jason tapi perasaan legalah yang menang! Dia tersenyum lega. Untuk sejenak dia mencoba untuk mencerna kata-kata Jason bahwa ada kemungkinan Jojo bukanlah anaknya dan juga meragukan kebenaran kata-kata Tina kepadanya. Tapi kesibukan bisnisnya harus membuat Michelle membenarkan pernyataan Tina kepadanya dan melupakan masalah Jojo dan Jason. Michelle sibuk memeriksa jadwal kegiatan bridal sambil memasukan data-data itu ke dalam kedalam komputernya.Bab 6 “Knok-nok, Kejutan!“ kata Rudi tiba-tiba muncul diruangan Michelle sambil membawakan coklat dan rangkaian mawar holand berwarna merah. Michelle kaget melihat tunangannya sudah kembali. “Hei! Kapan sampai? Bukannya baru lusa tiba di Indonesia?!“ Michelle berlari menghampiri dan memeluk Rudi dengan gembira. “Kupikir kejutan ini akan menjadi kejutan yang menyenangkan tetapi alangkah kejamnya tunanganku ini, menyuruhku kembali dua hari lagi? Kejam!“ kata Rudi pura-pura merajuk. “Ih, jelek tahu!“ kata Michelle sambil tersenyum manis. Rudi mengecup bibir Michelle dengan lembut. “Aku kangen,“ bisik Rudi ditelinga Michelle. Michelle membalas tatapan Rudi dengan kerinduan yang sama.
Bab 7 Michelle begitu sibuk menikmati sentuhan Rudi hingga tidak memperdulikan handphonenya. “Tidak mau dilihat dulu siapa?“ goda Rudi. Dengan tegas Micheal menggeleng sambil tersenyum. Ia melanjutkan pertualangannya dengan bibir dan tubuh tunangannya itu. Rudi mengerang dan bersiap mencumbu Michelle. Michelle tertawa senang melihat Rudi sangat menginginkannya sama seperti dirinya yang menginginkan Rudi. Handphonenya berbunyi lagi. Rudi tertawa menggoda dibibir Michelle. “Males,“ kata Michelle tidak beranjak dari posisinya semula masih meneruskan penjelajahannya pada tubuh Rudi. Rudi mengerang dan mendamba Michelle. Handphonenya berbunyi lagi. Pupus sudah mood Michelle untuk bercinta dengan Rudi! Ia menghela napas kesal. Rudi mencoba membujuknya lagi tapi gagal lalu tertawa melihat kekesalan yang dirasakan Michelle. Dengan malas-malasan Michelle meraih handphonenya. Ia melihat nomor pribadi yang tid
Bab 8 Jason sudah menunggunya di pintu depan sambil memeluk Jojo. Michelle langsung buru-buru turun dan mengambil Jojo dari tangan Jason. Dan tanpa basa basi, ia langsung masuk ke dalam rumah Jason. Dia mengelus kepalanya yang sakit! Pantas saja Jojo menangis. Popoknya basah lengkap dengan kotoran. Dan yang pasti ia kelaparan. Michelle melotot ke arah Jason. “Apa?! Apa?! Apa yang salah!?“ tanya Jason tidak mengerti. “Dasar otak udang! Kenapa dari tadi baju dan popoknya tidak ditukar!“ teriaknya tertahan. Mencoba untuk tidak mengagetkan Jojo. Ia mencoba tersenyum kepada Jojo. Ajaibnya Jojo sudah tenang. Rupanya ia tahu bahwa bala bantuan sudah datang. “Aku takut,“ jawab Jason lemas. Ia terduduk sambil memperhatikan Michelle membuka baju dan popok Jojo. “Takut apa sih!?“ Michelle merasa jengkel. “Kalau kau tidak rela harus meninggalkan pacarmu itu dengan datang kemari, lebih baik kau tidak usah perdu
Bab 9 Rudi membuat kopi untuk dirinya sendiri. Sudah 2 jam, Michelle pergi dan belum memberinya kabar ataupun pulang ke rumah. Ia mulai merasa bosan berada sendirian dirumah tanpa Michelle. Sudah puluhan chanel tv diganti-ganti namun tidak membuat hatinya tenang. Malahan dia merasa gelisah karena menantikan kepulangan Michelle. Tubuhnya letih tapi pikirannya tidak bisa istirahat memikirkan Michelle. Dalam hatinya bertanya-tanya apa yang sedang dilakukan Michelle saat ini? Jika saja Michelle membawa hand phonenya maka ia tidak akan merasa cemas dan penasaran seperti ini. Rudi menepuk dahinya. 'Tentu saja! Betapa bodohnya dia!' katanya pada dirinya sendiri lalu mengambil handphone Michelle dan melihat daftar panggilan masuk dan menelepon nomor terakhir dalam daftar. Dia menunggu dengan cemas dan keningnya mengerut saat mendengar suara tawa seorang pria menyambut teleponnya. “Yah-yah-yah lucu sekali! kata Jason sambil tertawa.
Bab 10 Angin dingin masuk melalui jendela kamar Michelle yang terbuka. Handphonenya berbunyi mengganggu tidur nyenyaknya. Setengah tidak sadar, Michelle meraba mencari dan meraih handphonenya tanpa membuka matanya. Ia melirik jam dinding yang ada dikamarnya sambil menguap. Baru jam 5! gerutunya dalam hati lalu melihat handphonenya. Ternyata Jason! Michelle menguap lagi lalu mematikan handphonenya. “Siapa yang menelepon pagi-pagi begini?“ gumam Rudi sambil memeluk Michelle . “Jason,“ jawabnya sambil menguap lebar. “Aku harus cepat-cepat membantunya mencari baby sister agar ia tidak menggangguku lagi, inikan baru jam 5 pagi, gila!“ kata Michelle sambil merapatkan selimutnya dan mencari posisi yang enak dalam pelukan Rudi dan meneruskan tidurnya lagi. “Sial! Kenapa hpnya dimatikan sih!?“ kata Jason dengan kesal pada dirinya sendiri. Jojo baik-baik saja. Hanya saja, dialah yang justru kesulitan untuk beristirahat.
Bab 11 “Sayang, kau tahu, aku merasa tidak nyaman melihatmu bersama Jason,“ kata Rudi setibanya mereka dirumah tanpa basa basi. Michelle menghela napas sebelum menenangkan Rudi. “Sayang aku bukannya bersama Jason tapi aku bersama Jojo,“ kata Michelle sambil tersenyum. “Tapi aku senang kau cemburu. Kau membuat, aku terkejut dengan sikapmu itu. Sebelumnya, kau belum pernah bersikap seperti ini,“ kata Michelle sambil tersenyum manis. “Ini bukan cemburu lagi sayang, tapi hal ini membuatku gila! Bisakah kau tidak memperdulikan Jojo untukku?“ “Sayang, ini masalahnya bukan mau atau tidak, tapi ini masalah seorang bayi. Yah, Tuhan dapatkah kau membayangkannya!? Aku tidak bisa begitu saja tidak memperdulikan Jojo, yang aku tahu pasti sangat membutuhkanku! Bagaimanapun aku merasa bertanggung jawab karena kepad
Bab 12 Pagi harinya, Jason meminta Michelle untuk menjagai Jojo dirumahnya karena ia harus memenuhi jadwal syuting yang sudah ditundanya dari kemarin. Rudi mengerang kesal ketika melihat Michelle berbicara dengan Jason ditelepon. Bujukannya untuk bermesraan ditolaknya dan memilih untuk menyimak kata-kata Jason ditelepon. “Kita bawa saja Jojo kesini!“ kata Rudi memberi saran. “Yah tadi juga aku sudah menyarankan seperti itu tapi membawa Jojo keluar dari rumah Jason akan menjadi pemandangan yang terlalu asyik untuk diexspos ke media, Itu kata Jason. Aku rasa alasannya masuk akal juga,“ kata Michelle sambil memandang Rudi. Berharap Rudi tidak akan marah. “Kau tidak bisa terus-terusan meninggalkan bisnismu,sayang.“ “Aku tahu tapi mau bagaimana lagi? Aku tidak
Bab 13 “Kita tidak bisa meninggalkan Jojo dan Jason disini, kasihan mereka. Oh ayolah, paling hanya satu atau dua hari sampai Jason sembuh. Aku hanya mengkhawatirkan Jojo. Bagaimanapun juga, Jason tidak bisa mengurusnya mengingat kondisinya saat ini.“ “Kalau begitu kita bawa Jojo saja pulang kerumah!“ “Jason sedang sakit. Bagaimana kalau ada apa-apa dengannya? Tidak ada satu orangpun kerabatnya yang ada dikota ini! Kau tahu, paling dekat saudaranya ada di Jakarta. Tidak mungkin kita memanggil mereka kesini untuk merawat Jason iya ‘kan?“ Rudi hampir gila membayangkan Jason tinggal di rumah Michelle dan juga bersamanya! “Tidak-tidak dan tidak!“ jawab Rudi dengan tegas. Tapi lagi-lagi, Michelle tetap gigih membujuknya. Dia benar-benar tidak tega kalau sampai meninggalkan Jason sendirian dirumahnya.