Bab 10Lovita sontak bangun dari posisinya berbaring ketika mendengar ancaman Leo padanya."Apa lo bilang?""Kalau lo nggak mau tidur di kamar, gue bakal gendong lo.""Suka-suka gue dong mau tidur di mana. Yang penting gue nggak ngeganggu lo.""Tapi gue nggak mau keluar duit buat bayar rumah sakit kalau lo sampe kena DBD," dalih Leo berkilah.Mata Lovita mengelana ke sekelilingnya. Disusul dengan kernyitan di dahi. "Mana ada nyamuk di sini?" ujarnya keheranan."Sekarang memang nggak kelihatan, tapi nanti kalau lo udah tidur. Gue nggak mau rugi uang dan waktu kalau lo sampe dirawat di rumah sakit. Udah! Jangan bawel. Tidur di kamar sekarang!" Leo langsung menarik tangan Lovita lalu menyeretnya ke kamar."Aduh, Le, sakit, lepasin tangan gue ..." Lovita meringis sambil mencoba melepaskan tangannya dari cengkeraman Leo.Lelaki itu mengabaikan Lovita dan terus menariknya ke kamar. Setelah menutup dan mengunci pintu barulah lelaki itu melepaskannya.Lovita mengusap-usap lengannya sambil be
Bab 11"Lov, gimana rasanya nikah sama Leo? Lo udah hamil belum sih?"Pertanyaan yang baru saja didengarnya hampir saja membuat Lovita tersedak dan menyemburkan orange juice-nya.Dengan cepat Gina yang duduk di dekatnya mengulurkan tisu ke arah Lovita. Saat ini mereka sedang makan siang bersama. Tidak ada angin, tidak ada hujan, dari yang tadinya membicarakan mengenai produk makeup terbaru tiba-tiba saja Gina membelokkan topik ke arah itu.Lovita terbatuk-batuk lalu mengelap mulutnya dengan tisu yang diberi Gina."Sorry, Lov, sorry," ujar Gina melihat Lovita masih membersihkan area sekitar mulut dan bajunya yang sedikit basah."Lo apaan sih, Gin, nanya kayak gitu?" kata Lovita setelah mampu menenangkan diri."Wajar kan kalau gue nanya? Secara lo sama Leo udah married satu bulan."Iya. Tanpa terasa saat ini sudah satu bulan lamanya Lovita menjadi istri Leo. Dalam rentang waktu itu hubungan keduanya tidak lagi seperti anjing dan kucing walau sesekali mereka masih bertengkar.Lovita men
Bab 12Lovita yang tidak tahu apa-apa tentu saja terkejut ketika Leo membentaknya. Lovita yang berjalan di depan Leo langsung membalikkan badannya menghadap laki-laki itu."Lo kenapa sih, Le? Pulang-pulang langsung marah-marah nggak jelas? Aneh Lo!" kecam Lovita kesal. Lovita hendak melanjutkan langkahnya tapi tangannya dicekal, membuat dia urung melaksanakan niatnya."Kalau suami lagi ngomong tuh didengerin, bukan langsung kabur."Hah? Ini Leo lagi kesambet kayaknya. Bisa-bisanya bicara dengan Lovita seolah mereka adalah pasangan suami istri yang sangat bahagia betulan.Lovita mengernyit memandang lelaki itu. Dia tidak bisa menyembunyikan keheranannya. "Lo abis kesambet ya?" ujarnya lalu melanjutkan langkahnya yang tertunda.Leo mengikuti Lovita ke kamar."Gue mau ganti baju. Lo ngapain ke sini?" kata Lovita melihat Leo membuntuti lalu kini berdiri di hadapannya."Kok malah lo yang lebih galak dari gue? Ini kan kamar gue juga.""Tapi gue mau ganti baju. Keluar dulu sana," kata Lovita
Bab 13Hari-hari belakangan Leo jarang berada di apartemen. Schedule-nya padat. Hari demi hari sebagian besar dihabiskannya di lokasi pemotretan atau lokasi syuting. Beberapa kali Leo bahkan tidak menginap di apartemen. Bagi Lovita tidak masalah. Malah bagus lelaki itu tidak berada di bawah atap yang sama denganya. Lovita jadi bebas melakukan apa saja. Dia terhindar dari kewajiban memasak dan memenuhi permintaan absurd Leo lainnya yang membuat Lovita sering merasa kesal."Lov, lihat laki lo nih. Cakep banget, anjir." Gina menunjukkan foto Leo di ponselnya.Lovita yang tadinya juga sibuk dengan ponselnya sendiri mencondongkan badan ke arah Gina. Dia ikut mengamati foto Leo di sana.Tampak di layar ponsel Gina atau lebih tepatnya di halaman I*******m Leo yang dibuka Gina, Leo sedang berpose dengan seorang perempuan muda yang tentu saja cantik. Mereka berdua sedang mengiklankan produk kecantikan berupa maskara yang diklaim tahan air selama empat puluh delapan jam.Di foto yang diambil de
Bab 14Lovita menyeret langkah berat ke belakang guna membuat coklat panas untuk Michelle. Dia melakukannya dengan enggan-engganan. Seharusnya tidak begini. Semestinya dia melakukan dengan biasa saja seperti yang sudah-sudah. Sama dengan saat dia membuatkan minuman untuk Leo, teman-teman lelaki itu, bahkan dirinya sendiri.Tapi pada titik ini Lovita merasa ada yang salah. Semuanya terjadi hanya karena tadi dia menyaksikan foto Michelle di media sosial milik Leo. Padahal seharusnya tidak begini.Dengan enggan-engganan Lovita mengambil gelas lalu menuangkan susu dan bubuk coklat ke sana. Semua tinggal disajikan ketika tiba-tiba Leo menghampiri."Nggak usah terlalu manis, Michelle lagi diet gula," kata lelaki itu setelah melirik cairan di dalam gelas."Mana gue tahu soal itu. Ini kan udah terlanjur dibikin," jawab Lovita.Leo mengambil sendok lalu menyicip larutan coklat itu."Ini kemanisan, Lov, Michelle nggak bakal suka. Tolong lo bikinin lagi."Lovita sontak berdecak. Oke kalau itu unt
Bab 15"Jadi lo suka sama Michelle?" ulang Lovita lirih."Iya." Leo menggangguk. "Gimana menurut lo?""Apanya?""Michelle."Lovita tidak tahu harus menjawab apa. Sama dengan tidak tahunya jawaban apa yang ingin Leo dengar darinya. Sementara lelaki itu terus menatap nya, menunggu jawaban dari Lovita."Dia cantik," cicit Lovita lemah yang membuat Leo langsung tersenyum. Dari tadi entah sudah berapa kali Lovita melihat Leo mengembangkan bibirnya. Bukan senyum miring seperti yang biasa Leo peruntukkan pada Lovita. Tapi senyum cerah penuh kebahagiaan."Dia nggak hanya cantik, Lov, tapi dia juga pintar dan selalu nyambung tiap gue ajak ngomongin apa aja. Nggak sama semua orang gue bisa begitu. Pokoknya dia tuh tipe cewek gue banget."Lovita hanya diam menyimak setiap hal yang Leo katakan mengenai Michelle. Sekarang Lovita mengerti kenapa cara Leo menatap perempuan itu begitu berbeda. Dia juga paham alasan Leo meng-upload foto Michelle secara khusus di media sosialnya."Terus lo mau apa, Le?
Bab 16Tidak tahu kenapa pemandangan yang seharusnya biasa itu menjadi hal yang menyesakkan dada Lovita. Tapi nggak mungkin juga kan Lovita menunjukkannya.Alhasil Lovita merespon dengan memberi senyum."Hai, udah lama?" sapanya ramah."Paling baru satu jam-an. Baru pulang kerja, Lov?" Michelle balas bertanya."Iya nih, hectic banget hari ini.""Gue kok nggak pernah dapat giliran dirias sama lo ya, Lov?""Hm, kenapa ya? Gue juga nggak tahu soal itu.""Padahal gue pengen banget dirias sama lo. Hasil riasan lo kata temen-temen gue bagus banget, flawless gitu." Michelle menunjukkan wajah antusiasnya.Lovita memberi senyum. Perempuan di hadapannya begitu manis mulut. Maka tak heran kalau Leo menyukainya."Chel, gue ke dalam dulu ya.""Silakan, Lov, met istirahat ya!" Michelle melepas Lovita dengan senyumnya.'Ya iyalah lo suruh gue istirahat biar lo bisa mesra-mesraan sama suami gue.' Lovita menggerutu di dalam hati.Sebelum menarik langkah Lovita melirik meja. Ada dua gelas di sana. Bag
Bab 17 Lovita berjalan tergesa-gesa di sepanjang koridor rumah sakit. Dia baru saja selesai mengurus administrasi dan kamar Leo. Dokter memvonis Leo kena tipes sehingga harus diopname di rumah sakit. Tadinya Leo menolak saat Lovita akan membawa ke rumah sakit. Leo bilang dia hanya panas biasa dan akan reda dengan sendirinya setelah minum Paracetamol. Tapi itu tidak terjadi. Obat tersebut tidak berefek apa-apa. Dengan sedikit emosi Lovita memaksa Leo agar sekali ini mau mendengarkannya.Lovita sudah mengabari Jerry mengenai kondisi Leo. Otomatis photoshoot hari ini dibatalkan. Dia juga akan menelepon Gina meminta menggantikannya kerja hari ini. Sudah terlalu sering Lovita meninggalkan pekerjaannya dan melempar job pada rekannya. Otomatis income-nya juga berkurang.Tiba di ruang rawat Leo, Lovita melihat suaminya itu masih tidur, sama seperti tadi saat dia tinggalkan. Posisinya tidak berubah.Lovita antara sedih dan ingin ketawa melihat keadaan Leo yang lemah. Dalam kondisi saat ini Le