Bab 83Jerry melunak setelah Leo ceritakan mengenai kondisi Lovita yang kritis dan hingga saat ini tidak sadarkan diri. Setelah penjelasan panjang kali lebar itu Jerry bersedia diajak ke rumah sakit untuk membesuk Lovita. Meski perjalananan tersebut tidaklah semulus itu. Selama di mobil Jerry terus meracau menyesali kebodohan Leo dengan kata-kata kasar."Udah dong, Jer. Pusing kepala gue dengerin lo ngomel melulu," ujar Leo agar Jerry berhenti mengoceh seperti ibu-ibu kalah arisan."Kepala lo cuma sakit kan, Nyet? Ini kepala gue berasa mau pecah mikirin masalah lo yang nggak ada habis-habisnya. Brand udah mutusin kerjasama dengan kita. Lo bakal kena sanksi dan gue ..." Jerry yang sedang menyetir sengaja menggantung perkataannya untuk memberi efek dramatis.Leo menolehkan kepalanya menatap laki-laki itu, menanti apa yang akan disampaikannnya."Gua nggak bakal dapet apa-apa. Gue nggak bakal dapet cuan. Yang ada cuma omelan dan tekanan dari Mas Jackie. Lo sih enak duit lo banyak. Nah gue
Bab 84Hal pertama yang dirasakan Lovita adalah rasa berat di matanya bagai diberi perekat. Lalu dengan perlahan-lahan kelopak matanya terbuka sedikit demi sedikit hingga ia benar-benar bisa membuka matanya. Hal berikut yang Lovita rasakan adalah rasa dingin dan kosong.Ia tidak tahu di mana tempatnya berada saat ini. Semua terasa asing.Yang bisa Lovita lakukan adalah menatap ke sekelilingnya sembari berpikir ini di mana tempatnya berada sekarang dan kenapa ia berada di sana."Lov ... Lovita ..." Saat ia tengah bergumul dengan kebingungannya Lovita mendengar suara seseorang memanggilnya, merasuki gendang telinganya.Lovita menggerakkan kepalanya perlahan. Di saat itulah perempuan tersebut menyadari bahwa ia tidak sendiri. Ada orang lain di sebelahnya. Sedang menggenggam tangannya dengan wajah penuh kekhawatiran."Kamu sudah sadar, Sayang?"Lovita tak segera berikan jawaban. Ditatapnya raut gagah berselimut kecemasan itu dengan pandangan kurang yakin."Lov, ini aku Leo, suami kamu. Ka
Lovita baru saja tiba di rumah kostnya ketika dua orang laki-laki menghadang di depannya, menghentikan pergerakan Lovita hingga perempuan itu tidak bisa ke mana-mana."Mau lari ke mana lagi lo?"Keduanya berdiri mengelilingi Lovita hingga pergerakannya terkunci."Mau apa kalian?" cicit Lovita ngeri. Kedua pria yang menghadangnya memiliki tubuh tegap dan raut wajah yang bengis. Suaranya yang keras membuat Lovita meringis."Bayar utang lo sekarang!""Utang yang mana lagi? Minggu lalu kan udah.""Heh! Utang bapak lo 300 juta. Yang baru lo bayar baru satu juta. Sisanya 299 juta lagi, belum termasuk denda dan bunga berjalan."Lovita ternganga mendengar ucapan pria itu.Sejak ayahnya meninggal satu bulan yang lalu hidup Lovita seketika berubah. Debt collector datang silih berganti menagih utang ayahnya. Saat masih hidup ayah Lovita memang gemar berjudi. Lalu kini Lovitalah yang kena getahnya. Dia harus menanggung semua utang itu tanpa terkecuali karena ibunya juga sudah berpulang sejak bebe
Bab 2"Ap—apa?"Terlalu sulit mendefinisikan keterkejutan Lovita saat ini.Apa dia tidak salah dengar?Leo, si pria berwajah datar dengan senyum miring menyebalkan dan apa pun kata-kata yang terlontar dari bibirnya selalu membuat Lovita kesal menawarkan pernikahan padanya? Tapi kenapa?"Lo lagi mabuk, Le?" Itu hal pertama yang Lovita ucapkan setelah berhasil meredakan keterkejutannya."Gue sadar sesadar-sadarnya. Lo yang nggak waras mau bunuh diri karena hal sepele," Seulas senyum miring kembali tersungging di bibir Leo.See?Leo begitu sombong. Lovita berani bertaruh kalau Leo yang berada di posisinya mungkin lelaki itu juga akan berpikiran hal yang sama dengannya."Buat lo 300 juta mungkin nggak seberapa. Tapi buat gue nyari duit segitu nggak kayak membalikkan telapak tangan.""Nah, itu lo nyadar. Gue udah kasih lo solusi, sekarang tinggal lo-nya mau apa nggak?" Leo melepaskan pergelangan tangan Lovita yang sedari tadi berada dalam cekalannya.Lovita menyipit menatap Leo. Sangat ban
Bab 3"Ini kamar kita.""Kita?" Lovita membeliak ketika Leo membawa ke apartemennya lalu menunjukkan sebuah kamar yang ternyata mereka tempati bersama. Tadinya Lovita berpikir bahwa mereka akan tidur di kamar sendiri-sendiri."Kamar di sini hanya ada satu,” kata Leo lagi."Heran gue, katanya tajir tapi apartemennya kamarnya cuma satu."Ledekan Lovita hanya ditanggapi oleh Leo dengan tatapan lempengnya."Gue pergi dulu. Lo jangan banyak tingkah."Lovita mendengkus. "Bukan gue, tapi lo yang banyak tingkah."Leo tidak mendengarnya. Lelaki itu keburu menghilang di balik pintu.Sepeninggal Leo yang per hari ini menjadi suaminya, Lovita menarik napas panjang lalu menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur.Iya, dia dan leo sudah resmi menjadi suami istri. Mereka menikah tadi pagi, sah secara agama maupun negara.What a life.Lovita tidak pernah menyangka kalau jalan hidupnya yang berliku akan membawanya menjadi istri Leo. Satu-satunya lelaki di antara para model tampan yang pernah dia rias yang t
Bab 4"Ngapain lo di sini?"Leo berdecak lalu duduk di sebelah Jerry. Diambilnya sebatang rokok dari kotaknya lalu menyelipkan ke bibir. Jerry spontan memberi api dari pemantik miliknya hingga rokok Leo menyala."Lo ngapain sih ke sini?" ulang Jerry memiringkan duduknya sambil memandang Leo. Setengah jam yang lalu model yang dimanajerinya itu menghubunginya, menanyakan keberadaan Jerry saat ini. Tak lama setelahnya Leo datang menyusul ke kelab malam tempat mereka berada sekarang."Emangnya gue harus di mana menurut lo?”"Ya di kamar lah, bikin anak." Jerry terkekeh pelan.Sedangkan Leo mendengkus keras. Amit-amit bercinta dengan cewek barbar itu. Membayangkan dia akan tidur satu kamar dengan Lovita sudah membuatnya mual."Kenapa emang? Kok kayaknya Lo alergi banget sama dia?” selidik Jerry yang ikut menyalakan rokoknya. "Dia cantik padahal.”Cantik dari Hong Kong."Lagian kalau lo pengen bercinta sama dia nggak bakal ada yang marah kok. Kalian kan udah resmi jadi suami istri."Kali ini
Bab 5Dengan susah payah Lovita memapah pemilik tinggi 183 sentimeter itu ke kamarnya. Ralat. Ke kamar mereka maksudnya.Sementara Leo yang sudah teler tidak tahu apa-apa lagi. Namun racauan-racauan tidak jelas terus berloncatan keluar dari mulutnya."Baru hari pertama lo udah bikin susah," omel Lovita yang akhirnya berhasil membawa Leo ke kamar. Dibaringkannya laki-laki itu ke tempat tidur dengan sedikit menghempaskan tubuhnya. Lovita tidak tahu entah hari-hari macam apa yang akan dilaluinya selama tiga ratus enam puluh lima hari ke depan kalau awalnya saja sudah seperti ini."Dasar pemabuk," kecam Lovita memerhatikan Leo yang belum berhenti meracau. Aroma alkohol yang menguar dari mulut lelaki itu membuat Lovita menutup hidung.Lovita baru akan beranjak meneruskan niatnya untuk mandi. Namun cekalan tangan Leo di lengannya membuat maksudnya urung terjadi.Lovita tidak yakin Leo sepenuhnya tidak sadar karena tiba-tiba saja lelaki itu memegang lehernya dan berujar pelan, "Haus ...""Be
Bab 6Posisi Lovita semakin terjepit. Leo kini mengungkung pergerakan Lovita hingga tidak bisa ke mana-mana.Napas Lovita turun naik. Dadanya bergemuruh hebat. Dia tidak sanggup membayangkan apa yang akan dilakukan Leo selanjutnya.Tidak. Lovita tidak sudi memberikan kesuciannya pada lelaki yang tidak dicintainya. Apalagi lelaki itu adalah Leo."Heh! Lo pura-pura mabuk ya?" Lovita memukul dada Leo. Tapi lelaki itu tidak peduli. Bibirnya terus bergerak mencecap leher jenjang Lovita.Ketakutan Lovita sudah mencapai puncaknya. Dia tahu persis kekuatannya tidak sebanding dengan tenaga Leo. "Lo bohongin gue. Lo pecundang! Lo bilang nggak ada skinship di antara kita." Lovita terus memukul dada Leo yang lagi-lagi tidak ada artinya. Percuma.Bibir lelaki itu kini sampai di dada Lovita. Sekujur tubuh perempuan itu meremang meresponnya."Tolong! Tolong!" Lovita berteriak semampu yang bisa dilakukannya. Tapi tidak ada gunanya karena sekeras apa pun dia mengeluarkan suara hanya dirinya dan Leo y