Bab 2
"Ap—apa?"Terlalu sulit mendefinisikan keterkejutan Lovita saat ini.Apa dia tidak salah dengar?Leo, si pria berwajah datar dengan senyum miring menyebalkan dan apa pun kata-kata yang terlontar dari bibirnya selalu membuat Lovita kesal menawarkan pernikahan padanya? Tapi kenapa?"Lo lagi mabuk, Le?" Itu hal pertama yang Lovita ucapkan setelah berhasil meredakan keterkejutannya."Gue sadar sesadar-sadarnya. Lo yang nggak waras mau bunuh diri karena hal sepele," Seulas senyum miring kembali tersungging di bibir Leo.See?Leo begitu sombong. Lovita berani bertaruh kalau Leo yang berada di posisinya mungkin lelaki itu juga akan berpikiran hal yang sama dengannya.
"Buat lo 300 juta mungkin nggak seberapa. Tapi buat gue nyari duit segitu nggak kayak membalikkan telapak tangan.""Nah, itu lo nyadar. Gue udah kasih lo solusi, sekarang tinggal lo-nya mau apa nggak?" Leo melepaskan pergelangan tangan Lovita yang sedari tadi berada dalam cekalannya.Lovita menyipit menatap Leo. Sangat banyak hal yang membuat hubungan mereka menjadi tidak mungkin. Pertama, mereka berasal dari dunia dan kelas sosial yang berbeda. Kedua, orang-orang di sekitar mereka tahu bahwa Leo dan Lovita kerap berselisih. Tidakkah semua ini begitu aneh? Lovita yakin Leo tidak akan serta merta memberi penawaran ini tanpa ada sesuatu di belakangnya."Let me know kenapa gue harus nikah sama Lo?" Lovita menanyakannya.Alih-alih akan langsung menjawab, si pria yang hanya memiliki satu ekspresi itu memberi senyum asimetrisnya yang menyebalkan."Biar itu jadi urusan gue," katanya kemudian.
"Nggak bisa begitu. Gue harus tahu dulu apa alasan lo tiba-tiba menawarkan pernikahan," tatap Lovita curiga."Lo nggak tahu diuntung banget kayaknya. Seharusnya lo bersyukur ada yang mau membantu.""Gue emang lagi susah, tapi gue nggak bisa nerima bantuan dari siapapun tanpa alasan yang jelas, apalagi dari lo."Hening setelahnya. Keduanya bertatapan tanpa suara. Sampai kemudian Lovita memutuskan untuk pergi dari sana. Ya untuk apa juga dia tetap di sana."Lovita!"Telinga Lovita mendengar dengan jelas Leo memanggilnya, tapi dia terus berjalan."Oke, gue bakal kasih tahu apa alasannya!"Spontan perempuan berambut sepunggung itu menahan kakinya lalu memutar tubuh menghadap Leo. Pria itu mempersempit jarak dengan menghampirinya.Lovita bisa merasakan saat Leo menghela napas dalam-dalam lalu memandang ke sekeliling. Hanya ada mereka berdua di ruang rias saat itu. Sebuah keadaan yang menguntungkan untuk berterus terang.Leo kemudian merogoh sakunya, mengeluarkan ponsel pintar dari sana. Setelah mengutak-atik sejenak diberikannya benda itu pada Lovita.Meski belum mengerti maksud laki-laki itu, tak urung Lovita menerimanya.Rupanya Leo menunjukkan sebuah link artikel berita online padanya. Dengan perlahan Lovita membaca artikel tersebut di dalam hati.Leonardy Daniel, model androgini muda yang belakangan ini menjadi sorotan publik tertangkap basah sedang jalan berdua dengan selebgram Erros Nugrah. Diduga keduanya sedang berkencan.Tidak butuh lama bagi Lovita untuk memahami apa alasan Leo mengajaknya menikah. Artikel tersebut sudah menerangkan dengan sangat jelas."Jadi lo mau nikahin gue agar orang-orang mengira lo normal?" ujar Lovita sembari mengembalikan handphone Leo."Gue suka cewek smart kayak lo," sudut bibir Leo tertarik ke atas memamerkan senyum asimetris yang menyebalkan."Kenapa lo harus repot-repot menyangkal? Biarin aja mereka dengan persepsinya.""Nggak bisa begitu. Semuanya berkaitan dengan karir gue." Leo menyelipkan sejumput rambutnya ke belakang telinga.Iya, rambut Leo memang panjang. Coklat dan bervolume. Sekilas dia terlihat seperti perempuan. Sebagai model androgini Leo bisa menjadi apa saja. Androgini adalah sebutan yang diberikan kepada orang-orang yang mampu bergaya sebagai laki-laki dan perempuan sekaligus. Dia akan begitu cantik saat menjadi perempuan hingga membuat para wanita sebenarnya menjadi insecure. Ketika menjadi laki-laki Leo begitu gagah dan manly. Jangan pikir Leo seorang waria. Bukan. Dia bukan manusia jadi-jadian. Di kesehariannya Leo tetap seorang laki-laki yang tampan dan memesona hingga membuat banyak wanita tergila-gila. Leo menjadi perempuan hanya saat berjalan di catwalk atau dalam pemotretan-pemotretan yang belakangan ini semakin gencar memakai wajahnya."Sekarang lo paham kan? Lo butuh uang, Sedangkan gue punya kepentingan. Jadi apa salahnya kalau kita saling membantu? Lo nggak usah khawatir. Gue juga nggak berniat nikah sungguh-sungguh sama lo. Lo bukan tipe gue by the way."Pada bagian ini Lovita ingin mencekik leher Leo sampai pria itu tidak lagi bisa tersenyum meledek seperti yang saat ini dia lihat.Leo kemudian mengimbuhkan. "Kita nikah kontrak. Setelah satu tahun kita cerai. Lo nggak perlu khawatir. Nggak bakalan ada skinship di antara kita. Sesimpel itu."
Lovita tak langsung menjawab. Dia memang butuh uang. Tapi dia perlu pertimbangan yang matang sebelum memutuskan. Dia tidak rela status istri pertamanya dia berikan pada Leo."Gue butuh waktu.""Oke, take your time. Gue tunggu kabar dari lo dan gue harap lo nggak jadi bunuh diri." Leo mengibaskan rambut panjangnya lalu pergi meninggalkan Lovita yang mengerang frustasi.***"Ini hari terakhir. Kalau masih nggak bisa bayar, tubuh lo sebagai gantinya."
Lovita membaca pesan itu dengan jijik. Masih sepagian ini debt collector sialan itu sudah mengirim pesan yang membuatnya ingin muntah.Ini adalah hari ketiga dari waktu yang diberikan debt collector sekaligus pasca tawaran dari Leo.Selama beberapa hari ini Lovita sudah mencari bantuan ke sana kemari. Tapi orang gila mana yang mau meminjamkan uang sebanyak itu padanya? Lovita tahu itu sejak awal. Namun dia tetap saja nekat. Satu-satunya opsi yang tersedia saat ini hanyalah menerima tawaran konyol si songong Leo. Mau tidak mau. Suka tidak suka. Daripada kevirginannya berakhir jadi persembahan untuk rentenir tua bangka berperut buncit yang menjijikkan. Toh pernikahannya dengan Leo hanya pernikahan palsu. Apalagi dalam hal ini tidak akan ada yang dirugikan. Leo tidak akan pernah menyentuhnya."Gue ada photoshoot di Vaganza hotel," balas Leo setelah Lovita mengiriminya pesan.Lovita bergegas mandi setelah membalas dengan mengatakan akan menyusul ke sana.Enam puluh menit kemudian perempuan itu sudah sampai di lokasi pemotretan Leo.
Lovita menyaksikan dari jauh. Dia sempat berbincang singkat dengan Jerry, manajer Leo.Dengan tidak sabar Lovita menunggu Leo selesai. Detik demi detik terasa bergulir begitu lambat. Apalagi ponselnya terus berbunyi menampilkan nomor yang berbeda-beda.Kegelisahan Lovita berakhir ketika Leo berjalan ke arahnya dengan ekspresi datar. Kadang lovita berpikir apa Leo tidak punya ekspresi lain untuk ditunjukkan?Pemilik tubuh menjulang itu kini berdiri di hadapan Lovita. Kedua tangannya tersembunyi di dalam saku celana. Rambut panjangnya dikuncir setengah. Namun Adam’s apple-nya yang menonjol tidak akan bisa menyembunyikan siapa dirinya."Gimana?" tanya Leo to the point.Lovita menarik napas panjang lalu menjawab, "Gue setuju.""Good. Tapi ingat, ini hanya pura-pura. Lo jangan ngelunjak. Jangan coba-coba jatuh cinta sama gue."Lovita merotasi bola matanya. "Siapa juga yang bakalan jatuh cinta sama cowok songong kayak lo?” ucapnya kesal yang disambut senyum asimetris Leo yang khas.***Bab 3"Ini kamar kita.""Kita?" Lovita membeliak ketika Leo membawa ke apartemennya lalu menunjukkan sebuah kamar yang ternyata mereka tempati bersama. Tadinya Lovita berpikir bahwa mereka akan tidur di kamar sendiri-sendiri."Kamar di sini hanya ada satu,” kata Leo lagi."Heran gue, katanya tajir tapi apartemennya kamarnya cuma satu."Ledekan Lovita hanya ditanggapi oleh Leo dengan tatapan lempengnya."Gue pergi dulu. Lo jangan banyak tingkah."Lovita mendengkus. "Bukan gue, tapi lo yang banyak tingkah."Leo tidak mendengarnya. Lelaki itu keburu menghilang di balik pintu.Sepeninggal Leo yang per hari ini menjadi suaminya, Lovita menarik napas panjang lalu menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur.Iya, dia dan leo sudah resmi menjadi suami istri. Mereka menikah tadi pagi, sah secara agama maupun negara.What a life.Lovita tidak pernah menyangka kalau jalan hidupnya yang berliku akan membawanya menjadi istri Leo. Satu-satunya lelaki di antara para model tampan yang pernah dia rias yang t
Bab 4"Ngapain lo di sini?"Leo berdecak lalu duduk di sebelah Jerry. Diambilnya sebatang rokok dari kotaknya lalu menyelipkan ke bibir. Jerry spontan memberi api dari pemantik miliknya hingga rokok Leo menyala."Lo ngapain sih ke sini?" ulang Jerry memiringkan duduknya sambil memandang Leo. Setengah jam yang lalu model yang dimanajerinya itu menghubunginya, menanyakan keberadaan Jerry saat ini. Tak lama setelahnya Leo datang menyusul ke kelab malam tempat mereka berada sekarang."Emangnya gue harus di mana menurut lo?”"Ya di kamar lah, bikin anak." Jerry terkekeh pelan.Sedangkan Leo mendengkus keras. Amit-amit bercinta dengan cewek barbar itu. Membayangkan dia akan tidur satu kamar dengan Lovita sudah membuatnya mual."Kenapa emang? Kok kayaknya Lo alergi banget sama dia?” selidik Jerry yang ikut menyalakan rokoknya. "Dia cantik padahal.”Cantik dari Hong Kong."Lagian kalau lo pengen bercinta sama dia nggak bakal ada yang marah kok. Kalian kan udah resmi jadi suami istri."Kali ini
Bab 5Dengan susah payah Lovita memapah pemilik tinggi 183 sentimeter itu ke kamarnya. Ralat. Ke kamar mereka maksudnya.Sementara Leo yang sudah teler tidak tahu apa-apa lagi. Namun racauan-racauan tidak jelas terus berloncatan keluar dari mulutnya."Baru hari pertama lo udah bikin susah," omel Lovita yang akhirnya berhasil membawa Leo ke kamar. Dibaringkannya laki-laki itu ke tempat tidur dengan sedikit menghempaskan tubuhnya. Lovita tidak tahu entah hari-hari macam apa yang akan dilaluinya selama tiga ratus enam puluh lima hari ke depan kalau awalnya saja sudah seperti ini."Dasar pemabuk," kecam Lovita memerhatikan Leo yang belum berhenti meracau. Aroma alkohol yang menguar dari mulut lelaki itu membuat Lovita menutup hidung.Lovita baru akan beranjak meneruskan niatnya untuk mandi. Namun cekalan tangan Leo di lengannya membuat maksudnya urung terjadi.Lovita tidak yakin Leo sepenuhnya tidak sadar karena tiba-tiba saja lelaki itu memegang lehernya dan berujar pelan, "Haus ...""Be
Bab 6Posisi Lovita semakin terjepit. Leo kini mengungkung pergerakan Lovita hingga tidak bisa ke mana-mana.Napas Lovita turun naik. Dadanya bergemuruh hebat. Dia tidak sanggup membayangkan apa yang akan dilakukan Leo selanjutnya.Tidak. Lovita tidak sudi memberikan kesuciannya pada lelaki yang tidak dicintainya. Apalagi lelaki itu adalah Leo."Heh! Lo pura-pura mabuk ya?" Lovita memukul dada Leo. Tapi lelaki itu tidak peduli. Bibirnya terus bergerak mencecap leher jenjang Lovita.Ketakutan Lovita sudah mencapai puncaknya. Dia tahu persis kekuatannya tidak sebanding dengan tenaga Leo. "Lo bohongin gue. Lo pecundang! Lo bilang nggak ada skinship di antara kita." Lovita terus memukul dada Leo yang lagi-lagi tidak ada artinya. Percuma.Bibir lelaki itu kini sampai di dada Lovita. Sekujur tubuh perempuan itu meremang meresponnya."Tolong! Tolong!" Lovita berteriak semampu yang bisa dilakukannya. Tapi tidak ada gunanya karena sekeras apa pun dia mengeluarkan suara hanya dirinya dan Leo y
Bab 7Lovita tertawa gugup meningkahi candaan Jerry. Barulah setelah Jerry menutup sambungan telepon perempuan itu berdecak kesal. Kenapa jadi begini? Seingat Lovita dalam kesepakatannya dengan Leo dia hanya berstatus sebagai istri lelaki itu. Tidak ada ceritanya Lovita yang menyiapkan segala kebutuhan lelaki itu seperti yang dijabarkan Jerry tadi satu demi satu.Lagi-lagi Lovita merasa ditipu. Kemarin Leo mengingkari janjinya mengenai no skinship. Dan masih sepagian ini Lovita sudah dikejutkan oleh setumpuk pekerjaan yang diinstruksikan Jerry. Lovita tidak tahu ke depannya entah apa lagi yang akan disuruh orang-orang itu padanya."Baju gue mana?"Lovita tersentak dari lamunannya ketika tiba-tiba Leo muncul dari kamar mandi. Pria itu hanya mengenakan sehelai handuk putih yang menggantung rendah di pinggulnya.Dengan cepat Lovita memalingkan wajah menghindari pemandangan terlarang itu."Itu di lemari," Lovita menjawab tanpa melihat ke arah Leo."Lo ambilin dong!""Kok gue?" balas Lovit
Bab 8"Ciyeeee yang pengantin baru ..."Lovita disambut dengan sorak-sorai dan ledekan teman-temannya ketika sampai di kantor.Kantor yang disebut merupakan sebuah gedung bertingkat dua tempat berkumpul para penata rias yang tergabung di dalam tim di bawah kepemimpinan Maya Citra."Eh, Lov, kok jalan lo biasa aja sih?" celetuk Caca memerhatikan cara Lovita melangkah yang tidak ada bedanya dari sebelum menikah."Iya nih," Sisi ikut menimpali."Emang jalan gue harus gimana?" ujar Lovita menanggapi keheranan teman-temannya. Apa karena dia menikah dengan Leo maka gaya berjalannya juga harus melenggok-lenggok seperti lelaki itu?"Yaelah, Lov, lo kan baru habis malam pengantinan. Masa iya jalan lo kayak nggak habis ngapa-ngapain."Mulut Lovita membulat. Dia mengerti sekarang apa yang tengah dibicarakan. Kan memang nggak ada yang terjadi, katanya di dalam hati. Amit-amit dia malam pengantinan dengan siberengsekitu.Namun sayangnya Lovita hanya bisa menyumpah serapah di dalam hati. Lovita k
Bab 9"Le, lo ngapain?" lirih Lovita tanpa mampu membalas tatapan Leo. Bahkan suaranya juga terdengar seperti tikus kejepit. Masalahnya jarak antara dirinya dengan Leo sudah begitu dekat. Sedikit saja tangan Leo tergelincir maka tubuh Leo akan menimpa badannya. Belum lagi cara Leo menatapnya yang Lovita rasakan begitu berbeda."Lo ragu kan gue laki-laki? Lo bilang gue perempuan. Makanya gue pengen ngebuktiin sama lo langsung."Ya tapi nggak begini juga caranya," balas Lovita sembari menahan dada Leo dengan tangannya."Jadi caranya gimana? Gimana caranya menurut lo buat ngebuktiin kalau gue laki-laki? Hm?""Iy-iya, gue percaya kalau lo laki-laki," jawab Lovita tergagap. "Tapi awas dulu. Lo hampir nimpa gue, Le ...""Kalau gue nggak mau, gimana?"Sontak Lovita mengembalikan pandangannya pada Leo mendengar tantangan laki-laki itu."Apa maksud lo bilang nggak mau? Lo mau ngingkari janji Lo yang no skinship lagi? Lo mau coba-coba perkoas gue?"Segaris senyum miring membingkai bibir merah a
Bab 10Lovita sontak bangun dari posisinya berbaring ketika mendengar ancaman Leo padanya."Apa lo bilang?""Kalau lo nggak mau tidur di kamar, gue bakal gendong lo.""Suka-suka gue dong mau tidur di mana. Yang penting gue nggak ngeganggu lo.""Tapi gue nggak mau keluar duit buat bayar rumah sakit kalau lo sampe kena DBD," dalih Leo berkilah.Mata Lovita mengelana ke sekelilingnya. Disusul dengan kernyitan di dahi. "Mana ada nyamuk di sini?" ujarnya keheranan."Sekarang memang nggak kelihatan, tapi nanti kalau lo udah tidur. Gue nggak mau rugi uang dan waktu kalau lo sampe dirawat di rumah sakit. Udah! Jangan bawel. Tidur di kamar sekarang!" Leo langsung menarik tangan Lovita lalu menyeretnya ke kamar."Aduh, Le, sakit, lepasin tangan gue ..." Lovita meringis sambil mencoba melepaskan tangannya dari cengkeraman Leo.Lelaki itu mengabaikan Lovita dan terus menariknya ke kamar. Setelah menutup dan mengunci pintu barulah lelaki itu melepaskannya.Lovita mengusap-usap lengannya sambil be