Maria Anna Luka Hendrikova, Richard Lexi, Tania dan sang tuan rumah, Eva Laika terlihat berada di meja makan besar dan panjang di kediaman keluarga Medyedev. Namun tak seperti makan malam yang diharapkan! Suasana tegang dan dingin membalut makan malam itu seperti di rumah berhantu. Penuh misteri dan teka-teki. Netra biru Maria yang tak pernah luput dari Tania membuat wanita cantik yang duduk di sebelah serigala Lexi sangat tak nyaman. Lexi sejak awal mengetahui jika sang mama telah menjadikan Tania sebagai 'target' dirinya. Namun, Lexi juga tak ingin mempermalukan Eva yang dulu memiliki hubungan spesial dengannya.
"Eva, kapan papamu akan kembali dari Belanda?" tanya Maria seraya mengangkat gelas berisi wine jenis rose wine.
"Mungkin esok atau lusa, Tante."
"Begitu ya, sayang sekali ... padahal ada yang ingin Tante bicarakan dengan papamu. Tante pikir dia akan langsung kembali dari Belanda." Hembusan napas panjang di keluarkan Maria di sela minumnya.
Lexi menghentikan makan malamnya. Tanpa basa basi, dia meraih tangan Tania dan membawanya meninggalkan meja makan dengan paksa.
"Eh, Tu--ah, Lexi! Apa yang kau lakukan?" tanya Tania terkejut.
"Menurutmu apa? Kita pergi dari sini!" tegas Lexi.
"Hah? Apa? Ta--tapi kenapa?" tanya Tania masih tak mengerti.
"No time for explain!" sahut Lexi membuat terkejut Eva dan sang mama, Maria Anna.
"Ka--kau mau ke mana, Lexi?" tanya Eva spontan memegang pergelangan tangan pria dambaannya itu.
"Pulang!" sahut Lexi tanpa banyak kata meninggalkan sang mama dan tuan rumah.
"Apa? Pu--pulang? Maksudmu?" tanya Eva langsung bangun dari duduknya dan memegang tangan Lexi.
"Lepaskan, Eva!" ucap Lexi menatap tajam dan dingin wanita cantik itu.
Tania semakin dalam terperosok ke dalam lingkaran yang dia sendiri pun tak tahu apa yang sebenarnya terjadi antara mereka bertiga. Dirinya semakin terpojok dan serba salah ketika Lexi mengangkat tangan Tania tinggi dan menunjukkannya langsung di depan wajah Eva Laika.
"Kau tahu apa artinya ini, Nona Eva Laika?" seringai Lexi.
Eva bergeming. "Kau hanya ingin menguji kesabaranku, Lexi! Kau hanya ingin mengetesku!"
"Hahahahaha ... aku tak tahu jika kau ternyata wanita yang sangat percaya diri sekali, ya. Maaf, Ma aku harus pergi! Aku dan Tania, kami tak bisa lagi melanjutkan makan malam di tempat ini!" tegas Lexi langsung meninggalkan kediaman Medyedev.
"LEXI ... LEXI ... LEXI!!!" seru Eva mengejar pria pujaannya hingga ke ke luar pintu rumahnya, nanun sayang Lexi telah pergi meninggalkan mansion besar nan megah itu.
Maria yang melihat sikap Lexi yang sudah di luar batas kewajaran segera menghubungi beberapa bodyguard kepercayaannya dan tanpa basa basi meminta mereka untuk menangkap dan membawa Lexi kembali ke rumah utama.
"Lexi! Apa kau gila! Apa yang baru saja kau lakukan? Bagaimana mungkin ..."
"Bagiku mungkin! Dan aku tak mau berdebat denganmu atau siapapun juga, paham!" seru Lexi mulai menunjukkan sifat aslinya.
Tania mulai kehilangan kesabaran. Tanpa diduga, dia memegang kemudi stir dan membantingnya ke arah kiri sisi jalan. Tak pelak Lexi terkejut dengan aksi nekat yang dilakukan oleh Tania yang hampir menabrak hydrant jika Lexi tak segera menghentikan kendaraannya.
"Tania! Are you crazy!?" teriak Lexi dengan kesal.
"Ya! Aku gila, kenapa? Tak suka? Aku juga sama tak suka dengan sikapmu terhadap Nona Eva!" seru Tania tak kalah kesal.
BANG!!!
Lexi memukul kemudi stirnya dengan keras dan membuat Tania berdecak kaget. Tak ingin mencari keributan, Tania segera keluar dari mobil Lexi namun ditahan olehnya.
"Kau mau ke mana?" tanya Lexi mencengkram tangan Tania kencang.
"Ouch! Lepaskan Lexi, kau membuat tanganku sakit ..." rintih Tania menyipitkan matanya.
"Tidak! Aku tak 'kan melepaskanmu! Bukankah kau sendiri yang mengatakan kau senangn dengan laki-laki yang tak hanya obral kata-kata! Dan sekarang akan kubuktikan padamu jika aku bukanlah laki-laki yang mengobral ucapan!" tegas laki dengan netra tajam menatap Tania.
Keributan dua insan beda jenis kelamin itu pun terhenti ketika melihat dua buah sedan hitam tiba-tiba datang dan mengepung mereka berdua.
"Apa lagi sekarang!?" kesal Tania melihat enam orang pria mengenakan pakaian kasual dengan tubuh tinggi tegap menghampiri mereka berdua.
"Bukankah mereka ...." Lexi menyipitkan dengan tajam ke arah para pria berbadan tegap itu.
"Selamat malam, Tuan Lexi." Salah satu dari keenam pria tegap itu menyapa.
"Ada apa kalian datang mencariku?" sapaan dingin datang dari Lexi pada keenam pri berbadan tegap itu.
"Kami diperintahkan oleh nyonya besar untuk membawa Anda ke rumah utama."
"Rumah utama? Nyonya besar? Apakah mungkin ..." Tania menatap para pria tersebut dengan ekspresi sedikit takut namun penasaran.
Tanpa diduga, Lexi memasang badan berdiri di depan Tania yang merada ketakutan dan berkata, "Apa yang mama inginkan? Kenapa aku harus kembali ke rumah utama?"
"Maaf, Tuan Lexi. Tapi bukan wewenang kami untuk bertanya seperti itu."
"Sudahlah Tuan Lexi! Kenapa harus ambil pusing, ikuti saja kemauan ibumu. Apa susahnya!? Toh, Anda juga yang memulai menyalakan bara api!" ketus Tania.
Lexi langsung menoleh ke arah Tania, menatap dirinya datar namun terselip kesedihan mendalam. Tania memalingkan wajahnya dan membalikkan badannya, seakan memberi isyarat agar Lexi segera pergi.
"Itukah maumu, Tania?" tanya Lexi merendahkan suaranya.
Tania mengangguk tanpa melihat ke arah Lexi. "Ya! Itu mauku."
Tanpa banyak kata, Lexi mengikuti kemauan Tania dan pergi meninggalkannya sendiri di tempat yang Tania sendiri pun tak tahu.
"Mobilmu ..." ucap Tania.
"Kau bawa saja. Di dalam sana sudah ada GPS yang bisa membantumu menemukan jalan pulang ke hotel. Hati-hati di jalan," ucap Lexi bergegas meninggalkan Tania.
Entah mengapa ada rasa sedih dan sesak di dada Tania melihat kepergian Lexi yang diperlakukan bak tahanan oleh ibunya sendiri. Rasa sedih kian memuncak ketika ia ingat bagaimana ia menahan emosi menghadapi wanita yang bernama Eva Laika meskipun Lexi tak menunjukkan di depannya. Ada debar, kesal, marah, tapi juga kasihan bersemayam di lubuk hatinya. "Apakah ini pertanda aku mulai menyukai Lexi?" gumam Tania mendongakkan kepala, melihat taburan bintang di langit Rusia yang menemani kegundahannya.
"Tuhan, apakah ini karmaku ..." keluh Tania dalam lirih.
Kediaman Keluarga Hendrikova
PLAK!!!
Cap lima jari dengan kencang mendarat di pipi sang CEO cassanova. Tangan mulus dan putih sang bunda tak kuasa menahan segala amarah dan emosi yang sejak tadi ditahan! Dengan menyipitkan tajam mata besarnya, Maria terus menatap sang putra tercinta yang hanya berdiri di hadapannya seraya menundukkan kepala.
"Kenapa? Ada apa denganmu? Lihat aku!" seru Maria dengan emosi.
Lexi bergeming, tak ada satu kata pun terucap dari bibirnya yang biasa memberikan perintah dan umpatan kasar kepada orang-orang yang tak ia sukai.
"Diam? Kau diam, Richard Lexi? Mama sedang bicara padamu! Mama ingin tahu, siapa sebenarnya wanita yang bernama Tania itu? Bagaimana kau bisa mengenalnya dan tahu banyak tentangnya? Apa kalian ..." Maria menyipitkan tajam matanya penuh curiga.
"Bukankah sudah kukatakan, dia seorang fotografer dari Indonesia, dia putri dari salah satu pengusaha terkaya dan ternama di sana dan dia ... tamuku!" tegas Lexi kali ini netra hijau Altai-nya bertemu netra biru Laut Hitam milik sang mama.
"Apa? Tamu? Tamu apa? Kenapa Mama tak pernah tahu!?" tanya Maria penasaran.
"Bukan tamu penting," sahut Lexi.
Maria menarik napas dalam-dalam dan menahan segala emosi dalam dadanya. Urat-urat biru tampak jelas di lehernya dan deru napas yang ia keluarkan pun tak beraturan.
"Lexi, apa ... apa wanita ini, Tania sufah menikah? Apakah yang dikatakan Eva benar adanya?" Maria berusaha tetap tenang dan bicara pelan dengan sang putra.
"Masalahkah, Ma? Menikah atau belum bagiku bukan masalah! Itu hanyalah sebuah status! Hanya sebuah janji di atas kertas yang bertanda tangan, tak lebih!" sahut Lexi senyum simpul.
"LEXI!!!!" teriak Maria yang membuat para asisten rumah tangga di keluarga Hendrikova penasaran dan mengintip ke arah ruang tamu.
"Jaga ucapanmu! Jaga mulutmu! Bisa-bisanya kau berkata begitu! Mana etikamu? Mana caramu memperlakukan wanita?" teriak Maria memegang kerah tuksedo Lexi dengan kencang.
"Maafkan Lexi, Mah. Tapi sepertinya pikiran kita tak sejalan. Lexi punya pemikiran sendiri. Dan bagi Lexi, Tania lebih dari apa yang Lexi inginkan." Ucapnya kemudian segera mengambil langkah menuju pintu keluar kediaman Hendrikova.
"LEXI!!! SEKALI KAU MELANGKAH KELUAR PINTU ITU, MAKA KAU TAK AKAN BISA MASUK KEMBALI!!!" teriak Maria mengancam.
Lexi yang telah berdiri di muka pintu sambil menghela napas panjang, kemudian berkata, "Selamat tinggal, Ma." Tangan Lexi membuka gagang pintu warna coklat kayu bersapukan emas dengan sekuat tenaga.
Maria tak dapat menahan kesedihan atas jalan yang dipilih oleh Lexi. Dengan geram dan kepalan tangan yang kuat, dia berkata pada para bodyguard-nya yang sejak tadi berdiri di luar ruang keluarga, "Cari dan temukan wanita yang bernama Tania sampai dapat! Bawa dia padaku! Hidup atau mati!"
Lotte Hotel MoscowMalam telah menunjukkan pukul 23.30 waktu Rusia. Jalanan yang mulai sepi membuat Tania sedikit takut dan was-was. Meskipun kini dia berada di dalam mobil milik Lexi yang bisa disebut super car, namun tetap saja kecemasan masih melanda wanita cantik ini. Dengan bantuan GPS yang ada di mobil Lexi, dia dapat menemukan hotel tempatnya menginap dengan mudah. Beruntung, vallet hotelnya menginap tetap beroperasional selama 24 jam. Dengan langkah cepat, Tania segera memasuki lift yang tengah terbuka dan langsung menekan lantai tempat kamarnya berada. Setelah sampai di kamarnya, Tania langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur putih dan netranya menatap langit-langit di atas kamarnya."What a hard day ..." gumamnya tanpa ia sadari matanya mulai terpejam perlahan.****Lounge n Pub, St. PetersburgLexi yang tengah dalam keadaan gusar, galau dan putus asa menenggelamkan dirinya dalam minuman beralkohol jenis vodka dan beberapa minuman alkoh
"Itu 'kan ...." Sepasang netra dengan kontak lens warna coklat gelap melihat dengan jelas Tania pergi bersama dengan beberapa orang pria. Tangannya langsung meraih ponsel yang ada di dalam tasnya dan mengikuti hingga ke depan pintu hotel dan mengambil gambar Tania beserta ketiga pria berbadan tegap tersebut."Hahaahaha, Tania! Wanita 'suci' di mata Lexi yang ternyata tak lebih dari wanita jalang!" ucapnya seraya menyeringai.Tanpa pikir panjang, seseorang tersebut langsung mengirimkan foto Tania dengan para pria yang pergi dengannya ke nomor Lexi dan tersenyum sangat puas! "Let me open your eyes, Richard Lexi Hendrikova!" tawa seseorang itu dan menyipitkan netranya di balik lensa kacamata berwarna hitam.****Kediaman Richard Lexi, RublevkaTinggggg ...Bunyi bertubi-tubi pesan yang masuk di ponsel milik Lexi membuatnya sedikit terusik. Sambil membuka matanya perlahan, Lexi meraba-raba ponsel yang ia letakkan di sisi kanan dekat meja l
BANG!!!Sebuah tendangan benda keras mengejutkan Tania dan Maria. Para bodyguard Maria pun segera pergi melihat dan menyelidiki dari mana suara hentakan keras tersebut berasal. Usut punya usut, hentakan keras tersebut berasal dari atas, yaitu rumah utama keluarga Hendrikova."Cepat, cari Nona Tania sampai dapat! Cari di seluruh penjuru rumah ini!" perintah Yuri pada para anak buahnya.Segera, tak lama setelah perintah dari mulut Yuri meluncur, para anak buah pilihannya segera bergegas menyusur tiap sudut kamar dan ruang yang ada di mansion megah dan mewah itu.Lexi tak lama kemudian masuk ke dalam ruangan utama Hendrikova. Netra hijau Altai Lexi mulai menyeloroh seluruh ruangan yang ada di keluarga bangsawan itu. Sepi dan sunyi. Itulah gambaran kondisi kediaman Hendrikova sekarang ini. Tak ada asisten rumah tangga satu pun yang tampak terlihat oleh netranya. Kecurigaan Lexi semakin bertambah ketika dia tak melihat keberadaan sang mama dan berusaha menelep
Sebuah mobil van warna hitam tengah menanti di lubang yang cukup besar diameternya dan merupakan pintu masuk dungeon milik keluarga Hendrikova. Yuri serta beberapa pengawal pribadi Lexi membawa dan melindungi Tania jikalau ada serangan balasan dari pengawal keluarga Hendrikova. Tania yang mengalami luka di bagian lutut sebelah kanan dan siku sebelah kirinya segera mendapat pertolongan dari Yuri. Dengan telaten, Yuri membersihkan luka di lutut dan siku Tania dengan alkohol dan menutupinya dengan perekat."Anda baik-baik saja, Nona Tania?" tanya Yuri melihat wajah Tania yang pucat dan gemetar."A--Anda kenapa, Nona? Are you okay?" tanya Yuri sekali lagi kali ini ingin memegang tangan Tania namun yang terjadi adalah tepisan keras dari Tania!"JANGAN SENTUH AKU!!!" teriak Tania dari dalam mobil van yang masih berada di pintu masuk dungeon Hendrikova.Yuri dan para pengawal lainnya terkejut namun berusaha untuk menyembunyikannya, "Nona, tolong jangan teriak. J
Lexi, Yuri serta beberapa pengawalnya mengejar taksi yang membawa Tania pergi entah ke mana. Aksi bak Fast and Furious pun ditunjukkan mereka di jalanan kota Moskow yang sedang ramai kala itu. Yuri yang berada tepat di belakang taksi Tania sempat hampir mendekati taksi itu. Namun, sang supir taksi berhasil mengecoh mereka dan melajukan kendaraannya dengan kencang kembali. Lexi yang tak jauh berada di belakang Yuri langsung melajukan mobilnya dengan kencang dan menyalip mobil van yang dikendarai Yuri beserta pengawal Lexi."T--Tuan Muda!!" ucap salah satu pengawal pribadi Lexi membelalakkan matanya.Yuri menoleh ke arah samping kanan mobil van. Dan benar saja! Lexi, dengan wajah sangar tampannya mengejar taksi itu tanpa melihat samping kiri dan kanan! Tatapannya hanya terfokus pada taksi warna merah putih berpola bak papan catur yang tengah melaju kencang di depannya. Dengan tarikan gas yang dalam, Lexi menyalip mobil van yang ditumpangi Yuri serta pengawalnya."
Kediaman Keluarga Wijaya"Ini sarapannya, Pa." Daniella, sang istri Niko Wijaya tengah menghidangkan nasi goreng sosis kesukaan sang suami."Aku tak makan di rumah, Sayang. Ada rapat mendadak yang harus aku hadiri pagi ini." Sahut Niko Wijaya terburu-buru dan langsung segera pergi meninggalkan kediamannya begitu mencium mesra kening sang istri.Ting ... ting ... ting ...Sebuah bunyi tanda pesan masuk pada ponsel Daniella terdengar jelas di atas meja makan yang tampak penuh dengan masakan, walau hanya untuk sebuah sarapan pagi. Dengan kilat, Daniella membuka pesan yang ia terima di ponselnya itu dan ...DUARRRRR ...!!!Bagai tersambar petir di siang bolong, tubuh dan kakinya seketika langsung lemas dan gontai melihat sebuah foto yang dikirimkan oleh seseorang yang tiada bernama melalui WhatssApp-nya. Foto yang jelas memperlihatkan Andre dan seorang wanita tinggi dan cantik yang wajahnya ditutupi kacamata besar dan menggandeng lengan Andre dengan m
Kediaman Keluarga Wijaya"Aku ingin kau cerai dengan Tania!" ucap Daniella menyipitkan tajam matanya."A--apa? Ma?? Cerai? Mama ingin aku cerai dari Tania?" Andre membelalakkan matanya terkejut."Ya! CERAI! Tak sudi aku punya menantu binal macam kau!!" Daniella tak lagi mampu menahan emosi dan kesalnya."Mama salah paham. Tolong dengarkan aku dulu, Ma. Andre bisa jelaskan semuanya, tolong dengarkan penjelasan Andre, Ma ..." pinta Andre sambil meraih tangan Daniella.PLAK!!Daniella menampik tangan Andre dengan keras hingga meninggalkan warna merah pada tangan putih sang dosen."Aku ... Daniella Wijaya sampai kapanpun tak akan pernah mau mengakuimu lagi sebagai MENANTU DI KELUARGA WIJAYA! SILAKAN PERGI DARI SINI DAN RUMAH TANIA! JANGAN SEKALIPUN KAU BERANI MENGINJAKKAN KAKI DI RUMAH INI ATAU TANIA ... JIKA TIDAK ..." Daniella membungkuk dan mendekatkan wajahnyake arah Andre."J--jika tidak ..." getar suara Andre."Aku tidak jamin
Kediaman Keluarga MedyedevPRANGPRANGPRANGSuara barang pecah belah yang dibanting dengan keras dari ruang makan keluarga Medyedev membuat para asisten rumah tangga di keluarga milyuner itu menjadi takut, panik namun juga khawatir dengan keadaan nona mereka, Eva Laika. Tak ada satu pun dari mereka yang berani mendekati ruang makan yang saat ini hampur seperti ruang sampah! Piring dan gelas yang dipecahkan oleh nona besar mereka membuat serpihan-serpihan dari barang pecah belah tersebut berhamburan memenuhi ruang makan."No--Nona Besar, sadarlah ... sadarlah Nona Besar, jangan menyakiti diri sendiri," ucap kepala asisten rumah tangga Hendrikova."DIAM! DIAM SEMUANYA! JANGAN ADA YANG IKUT CAMPUR!" teriak Eva dengan wajah lusuh, gaun yang tak lagi rapi dan terlihat mahal serta rambut yang acak-acakan."Aku salah apa, Lexi? Kenapa kau perlakukan aku seperti ini? Kenapa kau tak pernah melihat ketulusanku mencintaimu!!!" teriak Eva