"Lalu, apa yang akan anda lakukan selanjutnya, Sir? Kenapa waktu itu anda malah meninggalkan Fahmi sendiri?" tanya Andaru, masih dengan mimik serius. "Aku mengutamakan keselamatan tahanan ... um, maksudku Sarah. Namun, aku sudah mengantisipasi hal itu sebelumnya," kilah Theo. "Oh, ya?" Andaru mulai tertarik. Dia semakin mendekatkan kursinya pada sang majikan. "Bagaimana, Sir?" "Ketika Fahmi pingsan, aku memeriksa dirinya. Aku ingin menemukan barang apapun yang bisa dijadikan informasi. Namun, dia tidak membawa apa-apa di kantongnya. Tidak juga kartu identitas maupun tanda pengenal lainnya," tutur Theo. "Kalau begitu, kita pasti kesusahan mengungkap siapa yang berada di belakang Fahmi," Andaru mendesah pelan seraya melipat kedua tangan di dada. "Tidak juga," sahut Theo. "Aku menemukan ini," pria tampan itu merogoh sesuatu dari kantong celana jeansnya dan memberikan benda kecil itu pada Andaru. Adalah pin emas seukuran kancing baju dengan ukiran khas di tepiannya yang menjadi perha
"Sarah. Kebetulan kamu di sini." Theo menyeringai sambil melirik Andaru. Dia memberi isyarat kepada sang ajudan dengan tatap mata.Andaru pun langsung memahami maksud dari tuannya. Dia beranjak ke dekat Sarah, lalu membawa gadis itu masuk dan duduk bersama mereka. "Katakan, apa kamu bisa berdandan?" tanyanya.Sarah menggeleng pelan. "Aku jarang memakai make up," jawabnya pelan. Ragu, gadis cantik itu menatap kepada dua pria di sana secara bergantian, seakan hendak meminta sebuah penjelasan."Mr. Bresslin ingin meminta bantuanmu," ujar Andaru seolah paham akan makna tatapan Sarah, walaupun gadis itu tak mengucap sepatah kata pun."Bantuan apa?" Sarah mengunci pandangannya pada Theo. Dari jarak sedekat itu, dia dapat melihat ketampanan wajah pria asal Inggris itu dengan jelas. Theo tampak menawan dengan rambut gondrong acak-acakannya. Mata abu-abu yang menyorot tajam bagaikan elang pemangsa, serta bibir tipis kemerahan yang selalu terlihat lembap dan segar meskipun gemar merokok. Beber
Selagi Andaru keluar untuk mencari gaun yang akan Sarah pakai, gadis itu segera membersihkan tubuh. Meski malas dan masih tak habis pikir, tapi dia tidak bisa protes apalagi sampai menolak. Beberapa saat kemudian, Sarah keluar dari kamar mandi sambil mengikat tali bathrobes putih yang dikenakannya. Bersamaan dengan itu, pintu ruangan tersebut dibuka dari luar. Tampaklah Theo di sana. Dia juga mempersilakan seseorang untuk masuk. "Ada tamu untukmu," ucapnya dingin dengan sorot mata tak bersahabat. Sepertinya dia tak nyaman dengan sikap seseorang di sampingnya yang berkali-kali mencuri pandang ke arahnya dengan tatapan genit.Sarah terpaku menatap orang asing yang tengah meletakkan kotak make up di atas meja rias. Sebelum dirinya mengatakan sesuatu, Theo telah terlebih dulu mengucapkan sesuatu. "Buat gadis ini menjadi secantik mungkin. Aku ingin seseorang yang sepadan denganku," suruh pria itu dengan kata-katanya yang terdengar sangat arogan."Ow, tenang saja, Handsome. Permintaan kaum
Theo menghentikan laju mobil Jeep Wrangler hitam yang terlihat begitu garang, tapi sangat cocok dan dapat menggambarkan karakternya. Setelah kendaraan tadi dia parkirkan, pria tampan tersebut segera keluar untuk membukakan pintu bagi Sarah. Gadis cantik itu tampak risih dengan gaun minim yang dia kenakan. Sarah terus menarik bagian bawah mini dressnya."Tarik saja terus sampai sobek, dengan begitu bukan hanya pahamu yang akan kelihatan," tegur Theo dengan ketus dan seenaknya. Dia berlalu begitu saja. Theo pikir, Sarah langsung mengikuti dirinya. Namun, ternyata si gadis hanya mematung sambil memasang wajah cemberut.Menyadari bahwa Sarah tak ada di belakangnya, Theo pun menoleh. Pria tampan asap Inggris tadi mendengus pelan. Dia menyentuh ujung hidung, lalu mengempaskan napas pelan. Seperti saran dari Andaru, dirinya harus bisa mengendalikan diri. Theo pun mengela napas dalam-dalam, kemudian mengembuskannya perlahan. Setelah merasa bisa mengatasi rasa jengkelnya, pria
Sarah berkali-kali memalingkan muka saat melihat adegan dewasa yang tersaji tepat di depan matanya. Mereka seakan tak peduli dengan orang yang berlalu lalang di sana, karena telah tertutup oleh kabut gairah. Sikap mereka pun seperti binatang yang tak tahu norma kesopanan.Tak ingin matanya semakin ternoda, Sarah berjalan sambil menyembunyikan wajah di lengan Theo. "Kenapa aku dibawa ke tempat seperti ini? Jangan katakan jika Anda bermaksud untuk .... Aku mohon jangan, aku belum siap," Racauan Sarah telah membuat Theo menghentikan langkah. Pria itu menoleh sejenak kepada gadis yang sejak tadi tak melepaskan lengannya. Sarah memang tampak cemas saat itu."Jika Anda memang menginginkannya, kenapa tidak katakan saja secara langsung. Namun, meskipun Anda mengancamku dengan sebilah pisau, aku tetap tidak akan ...." Sarah tak sempat melanjutkan ocehannya, karena Theo lebih dulu mendorong pelan tubuh ramping itu hingga bersandar pada dinding. Pikiran buruk tentang Theo yang mesum, semakin meng
"Ya, ampun. Ini softdrink baru, ya? Enak sekali. Segar, aroma jeruknya terasa," cerocos Sarah. Tak dipedulikannya Theo dan seorang pria yang tengah memperhatikannya dengan heran. "Mas, satu lagi," teriaknya nyaring. Jelas sudah jika gadis itu telah terpengaruh oleh alkohol yang terdapat di dalam minumannya. "Ya, ampun. Dia cantik sekali, tapi terkesan sedikit liar. Aku suka tipe seperti itu," celoteh pria di samping Theo dengan tiba-tiba. "Aku akan menanyakan padanya, apakah dia sudah ada yang menyewa," pria itu segera berdiri dan hendak menghampiri Sarah. Namun, Theo sigap mencekal tangan pria asing itu seraya melotot tajam padanya. "Jangan sentuh dia! Gadis itu adalah pasanganku," desis Theo. "Oh, jadi kau sudah membayarnya?" sahut pria itu dengan raut kecewa. "Dia bukan gadis bayaran! Dia kekasihku!" geram Theo. Cengkeraman tangannya pada pria itu menjadi semakin erat, sampai-sampai si pria asing meringis kesakitan. Menyadari hal itu, Theo segera melepaskan tangannya dan mendoro
Theo kembali berjalan keluar sambil terus memanggul Sarah di atas pundaknya. Pria itu tak memedulikan tatapan aneh dari orang-orang yang dia lewati. Dia terus saja melangkah hingga dirinya tiba di area parkir, di mana mobil jeepnya berada.Setelah membuka kunci, Theo lalu mendudukkan Sarah dan memasangkan sabuk pengaman. Namun, pria bermata abu-abu itu harus terpaku untuk beberapa saat, ketika melihat Sarah yang tersenyum nakal. Gadis cantik tersebut membuka sedikit mulutnya. "Mata abu-abu. Tampan sekali," goda Sarah manja. Dia bermaksud untuk menangkup wajah Theo, andai pria asal Inggris tadi tak segera menepis tangan dengan jemari lentik yang terarah kepadanya."Dasar payah. Minum sedikit saja kau langsung mabuk. Besok-besok akan kubawakan air putih dari rumah jika akan mengajakmu keluar," ledek Theo. Kata-kata pria tampan berambut gelap itu terdengar ketus, tetapi sangat berlainan dengan tatap matanya terhadap gadis cantik yang tengah mabuk berat, sehingga bersikap n
Dorongan dalam diri seorang Theodore Bresslin ternyata begitu kuat, saat melihat tubuh indah semampai di atas ranjang yang tampak menggelinjang perlahan. Bagaimanapun, Theo adalah pria yang normal. Sedari tadi, dia sudah berusaha untuk melawan gejolak yang kian melumpuhkan akal sehatnya. Akan tetapi, sikap nakal Sarah membuat dia tak mampu mempertahankan segala kewarasan yang tersisa. Apalagi, saat itu Sarah tampak membuka mata. Dia seakan tak ingin jika pria bermata abu-abu tersebut meninggalkan dirinya. "Jangan pergi," pinta gadis cantik tadi menahan langkah Theo yang akan berbalik. "Tidurlah," balas Theo. Dia bermaksud hendak membetulkan selimut yang menutupi tubuh Sarah hingga ke dada. Namun, dengan segera Sarah memegangi pergelangan tangannya. "Ada apa?" tanya Theo dengan wajah yang tampak menyembunyikan rasa gelisah. "Temani aku, Tampan," goda Sarah. Gadis itu tak melepaskan pegangannya sama sekali. "Tidak, Sarah. Kau tengah mabuk. Aku tak ingin