Kaivan melangkah memasuki sebuah restoran di mana Liam mengajaknya bertemu. Ya, setelah membaca pesan masuk dari Liam; Kaivan segera menemui pria itu. Pun Kaivan ingin segera tahu apa yang sebenarnya ingin Liam katakan padanya. Kaivan pikir setelah Livia kembali masuk ke dalam penjara, Liam tak akan berusaha lagi bertemu dengannya. Namun, ternyata apa yang ada dipikiran Kaivan salah. Liam mengajaknya bertemu. Hanya saja kali ini Kaivan yakin, Liam tak mungkin memaksa dirinya untuk membebaskan Livia. Mengingat kondisi Livia yang saat ini tidak lagi hamil, tentu Liam seharusnya sudah tak peduli pada Livia.Saat memasuki restoran, tatapan Kaivan teralih pada Liam yang duduk diujung dekat jendela dan tengah menyesap wine di tangannya. Sejenak Kaivan terdiam melihat Liam. Tak hanya Kaivan, Liam pun kini menatap Kaivan. Tampak kedua pria itu saling melemparkan tatapan dingin satu sama lainnya. Tatapan yang tersirat tak bersahabat dan begitu angkuh. Detik selanjutnya, Kaivan melangkah mendek
Krystal melihat berita yang muncul pertama kali kala dirinya menghidupkan televisi. Ya, Krystal tak berniat sama sekali melihat berita. Ketika baru saja Krystal menghidupkan televisi—dia sudah disuguhkan dengan berita tentang Livia. Tepatnya hari ini adalah persidangan Livia. Putusan hakim menjatuhkan hukuman delapan tahun penjara pada Livia. Sungguh, Krystal sangat kasihan pada Livia. Livia memang pernah berbuat jahat tapi Livia sudah banyak mendapatkan balasan atas apa yang telah dilakukan olehnya. Mulai dari keguguran, dan terakhir Livia harus di penjara dengan waktu yang sangat lama.Kini Krystal memilih mematikan channel televisi. Dia memilih tidak lagi melihat mengenai berita apa pun. Karena semakin dia melihat maka dirinya akan semakin kasihan. Lebih baik baginya untuk tak melihat berita pagi ini.Krystal mengalihkan pandangannya tanpa sengaja, namun senyuman di wajah Krystal langsung terlukis melihat Kaivan yang baru saja melangkah keluar dari walk-in closet milik suaminya itu
Krystal menatap foto-foto rumah yang baru saja diberikan oleh Doni. Tampak Krystal yang sedikit bingung dalam memilih-milih rumah mana yang paling tepat ditempatinya bersama sang suami. Bukan hanya tepat untuknya dan sang suami saja, tapi rumah yang juga tepat untuk anak-anak mereka nantinya. Ya, kini Krystal tengah memilih rumah. Pagi ini Doni datang untuk memberikannya beberapa foto rumah. Sesuai dengan perkataan Kaivan bahwa Kaivan ingin Krystal yang memilihkan rumah baru mereka nanti.Jujur, sejak tadi Krystal kebingungan menentukan rumah yang akan ditempatinya bersama suami dan anaknya. Pasalnya foto rumah yang diberikan oleh Doni sangatlah indah. Itu kenapa hampir satu jam Krystal tetap belum juga bisa menentukan rumah yang tepat.“Doni, di mana suamiku? Aku ingin meminta pendapatnya,” ujar Krystal yang ingin meminta pendapatan pada Kaivan. Tadi saat Doni datang, Kaivan segera menjawab panggilan telepon.“Mungkin Tuan sebentar lagi akan datang, Nyonya,” kata Doni yang menduga.K
Krystal tidak mau lagi bermain-main dengan ucapannya. Berniat hanya menggoda biasa tanpa bermaksud apa-apa malah menjadi senjata makan Tuan. Tujuan Krystal yang tadinya ingin bersiap-siap harus tergantikan dengan permainan panas di atas ranjang. Well, meski lengan dan kaki Krystal masih memiliki bekas luka bakar tetap saja dimata Kaivan tubuh Krystal sangat indah. Awalnya Krystal malu setiap kali Kaivan melihat bekas luka di lengan dan kakinya, namun Kaivan selalu mengatakan kalau tubuhnya sangat indah. Bekas luka yang ada di lengan dan kaki Krystal tidak akan merubah sedikit pun keindahan tubuhnya. Ya, kata-kata Kaivan itulah yang membuat Krystal bisa percaya diri pada dirinya sendiri.“Pegal sekali,” gumam Krystal yang merintih pinggangnya merasakan pegal akibat permainan panasnya dengan sang suami. “Lain kali aku harus berhati-hati. Ini sama saja masuk kandang singa,” gerutunya kesal. Mengingat kejadian tadi. Meski Kaivan bermain dengan pelan dan berhati-hati karena tak ingin terja
“Hi, Kaivan.”Suara wanita cantik itu terdengar begitu anggun dan elegan menyapa Kaivan. Tampak raut wajah Krystal menjadi bingung kala ada wanita itu menyapa Kaivan dengan begitu akrab.Detik selanjutnya, Krystal pun mengalihkan pandangannya menatap Kaivan yang sejak tadi tak lepas menatap sosok wanita yang ada di hadapannya itu. Kening Krystal berkerut, tidak biasanya Kaivan melihat sosok wanita dengan tatapan seperti itu.“Citra?” Nama itu lolos dari mulut Kaivan, membuat Krystal semakin bingung kala sang suami memanggil wanita yang ada di hadapannya itu dengan nama ‘Citra’“Lama tidak melihatmu, Kaivan? Apa kabar?” Wanita yang bernama Citra itu tiba-tiba menberikan kecupan di pipi Kaivan dan sontak membuat Krystal terkejut dengan tindakan Citra. Namun, Krystal tetap tenang dan tidak menunjukan kesalnya.Kaivan bergeming di tempatnya. Tatapannya tak lepas melihat Citra yang kini duduk di hadapannya. Bahkan ketika Citra mencium pipinya saja, Kaivan merasa itu adalah semua hal yang n
“Nyonya Krystal.” Seorang pelayan memanggil Krystal—yang tengah melihat para pelayan di tengah menata lukisannya di ruang keluarga. “Ya?” Krystal mengalihkan pandangannya kala ada sang pelayan berada di depannya.“Nyonya, ini Nona Felicia menghubungi Anda, Nyonya,” ujar sang pelayan seraya memberikan telepon di tangannya pada Krystal.“Felicia menghubungiku?” ulang Krystal memastikan kala menerima telepon yang diberikan sang pelayan padanya.Sang pelayan menganggukan kepalanya. “Benar, Nyonya. Nona Felicia menghubungi Anda.”Krystal segera menempelkan telepon yang diberikan oleh sang pelayan ke telinganya. Kemudian, sang pelayan segera pamit undur diri.“Iya, Fel?” jawab Krystal kala panggilan sudah terhubung.“Krystal? Apa aku mengganggumu? Tadi aku menghubungi ke ponselmu tapi kamu tidak menjawabnya, Krys. Jadi aku menghubungi ke telepon rumah saja,” ujar Felicia dari seberang sana.“Ah, maaf, Fel. Aku ada di ruang keluarga. Ponselku ada di kamar. Maafkan aku, Fel.”“Tidak apa-apa
Keheningan membentang suasana di dalam mobil. Krystal tengah melihat ke luar jendela, dan Kaivan yang tengah fokus melajukan mobilnya. Ya, kini Kaivan dan Krystal tengah berada di dalam perjalanan. Sesuai dengan keinginan Krystal; Kaivan membawa istrinya itu menuju rumah orang tuanya. Tak ada pilihan lain, Kaivan terpaksa menuruti pemintaan sang istri yang menginginkan dirinya berkunjung ke rumah orang tuanya. Walau tak dipungkiri ada sedikit kecemasan dalam diri Kaivan kalau kedua orang tuanya itu sampai mengucapkan kata-kata yang melukai istrinya itu.“Kai, tadi Felicia mengatakan padaku kalau kedua orangtuamu menyukai brownies pandan. Nanti orang tuamu suka tidak, ya brownies buatanku?” ujar Krystal dengan nada yang sedikit cemas.Sebelumnya, Krystal menghubungi Felicia menanyakan makanan apa yang disukai oleh Farel dan Elisa. Lalu ketika Felicia mengatakan Farel dan Elisa menyukai brownies pandan. Itu kenapa Krystal segera membuatkan brownies pandan untuk kedua orang tua Kaivan. J
“Kai, hari ini kamu tidak ke kantor kan?” Krystal melangkah keluar dari walk-in closet. Dia baru saja selesai mandi dan mengganti pakaiannya dengan dress nyaman. Tadi pagi-pagi sekali, Doni membawakan banyak baju baru untuk Krytsal khusus diletakan di kamar Kaivan. Ya, kini Krystal bersama dengan sang suami masih berada di rumah keluarga Kaivan. Mengingat tadi malam mereka menginap dan tak diperbolehkan pulang. Dan alasan Kaivan meminta Doni membawakan baju baru karena Kaivan ingin di kamarnya ini juga tertata pakaian milik Krystal.Kaivan yang tengah berkutat pada MacBook di tangannya langsung mengalihkan pandangannya pada Krystal yang melangkah mendekat padanya. “Tidak, aku tidak ke kantor. Aku akan menyerahkan pekerjaanku pada Doni.”Krystal menganggukan kepalanya. Kemudian, dia duduk di samping sang suami. “Hm, Kai. Ada yang ingin aku katakan padamu,” ucapnya pelan dan lembut.“Ada apa?” Kaivan membelai pipi Krystal.“Nadia teman sesama Ballerina akan menikah dalam waktu dekat ini