“Hi, Kaivan.”Suara wanita cantik itu terdengar begitu anggun dan elegan menyapa Kaivan. Tampak raut wajah Krystal menjadi bingung kala ada wanita itu menyapa Kaivan dengan begitu akrab.Detik selanjutnya, Krystal pun mengalihkan pandangannya menatap Kaivan yang sejak tadi tak lepas menatap sosok wanita yang ada di hadapannya itu. Kening Krystal berkerut, tidak biasanya Kaivan melihat sosok wanita dengan tatapan seperti itu.“Citra?” Nama itu lolos dari mulut Kaivan, membuat Krystal semakin bingung kala sang suami memanggil wanita yang ada di hadapannya itu dengan nama ‘Citra’“Lama tidak melihatmu, Kaivan? Apa kabar?” Wanita yang bernama Citra itu tiba-tiba menberikan kecupan di pipi Kaivan dan sontak membuat Krystal terkejut dengan tindakan Citra. Namun, Krystal tetap tenang dan tidak menunjukan kesalnya.Kaivan bergeming di tempatnya. Tatapannya tak lepas melihat Citra yang kini duduk di hadapannya. Bahkan ketika Citra mencium pipinya saja, Kaivan merasa itu adalah semua hal yang n
“Nyonya Krystal.” Seorang pelayan memanggil Krystal—yang tengah melihat para pelayan di tengah menata lukisannya di ruang keluarga. “Ya?” Krystal mengalihkan pandangannya kala ada sang pelayan berada di depannya.“Nyonya, ini Nona Felicia menghubungi Anda, Nyonya,” ujar sang pelayan seraya memberikan telepon di tangannya pada Krystal.“Felicia menghubungiku?” ulang Krystal memastikan kala menerima telepon yang diberikan sang pelayan padanya.Sang pelayan menganggukan kepalanya. “Benar, Nyonya. Nona Felicia menghubungi Anda.”Krystal segera menempelkan telepon yang diberikan oleh sang pelayan ke telinganya. Kemudian, sang pelayan segera pamit undur diri.“Iya, Fel?” jawab Krystal kala panggilan sudah terhubung.“Krystal? Apa aku mengganggumu? Tadi aku menghubungi ke ponselmu tapi kamu tidak menjawabnya, Krys. Jadi aku menghubungi ke telepon rumah saja,” ujar Felicia dari seberang sana.“Ah, maaf, Fel. Aku ada di ruang keluarga. Ponselku ada di kamar. Maafkan aku, Fel.”“Tidak apa-apa
Keheningan membentang suasana di dalam mobil. Krystal tengah melihat ke luar jendela, dan Kaivan yang tengah fokus melajukan mobilnya. Ya, kini Kaivan dan Krystal tengah berada di dalam perjalanan. Sesuai dengan keinginan Krystal; Kaivan membawa istrinya itu menuju rumah orang tuanya. Tak ada pilihan lain, Kaivan terpaksa menuruti pemintaan sang istri yang menginginkan dirinya berkunjung ke rumah orang tuanya. Walau tak dipungkiri ada sedikit kecemasan dalam diri Kaivan kalau kedua orang tuanya itu sampai mengucapkan kata-kata yang melukai istrinya itu.“Kai, tadi Felicia mengatakan padaku kalau kedua orangtuamu menyukai brownies pandan. Nanti orang tuamu suka tidak, ya brownies buatanku?” ujar Krystal dengan nada yang sedikit cemas.Sebelumnya, Krystal menghubungi Felicia menanyakan makanan apa yang disukai oleh Farel dan Elisa. Lalu ketika Felicia mengatakan Farel dan Elisa menyukai brownies pandan. Itu kenapa Krystal segera membuatkan brownies pandan untuk kedua orang tua Kaivan. J
“Kai, hari ini kamu tidak ke kantor kan?” Krystal melangkah keluar dari walk-in closet. Dia baru saja selesai mandi dan mengganti pakaiannya dengan dress nyaman. Tadi pagi-pagi sekali, Doni membawakan banyak baju baru untuk Krytsal khusus diletakan di kamar Kaivan. Ya, kini Krystal bersama dengan sang suami masih berada di rumah keluarga Kaivan. Mengingat tadi malam mereka menginap dan tak diperbolehkan pulang. Dan alasan Kaivan meminta Doni membawakan baju baru karena Kaivan ingin di kamarnya ini juga tertata pakaian milik Krystal.Kaivan yang tengah berkutat pada MacBook di tangannya langsung mengalihkan pandangannya pada Krystal yang melangkah mendekat padanya. “Tidak, aku tidak ke kantor. Aku akan menyerahkan pekerjaanku pada Doni.”Krystal menganggukan kepalanya. Kemudian, dia duduk di samping sang suami. “Hm, Kai. Ada yang ingin aku katakan padamu,” ucapnya pelan dan lembut.“Ada apa?” Kaivan membelai pipi Krystal.“Nadia teman sesama Ballerina akan menikah dalam waktu dekat ini
“Hi, selamat pagi semuanya. Maaf aku terlambat.”Suara lembut dan hangat seorang wanita sontak membuat semua orang yang ada di ruang makan itu terkejut. Terutama Krystal. Kedatangan sosok wanita itu membuat Krystal begitu terkejut. Akan tetapi, meski terkejut Krystal tetap melukiskan senyuman ramah di wajahnya.“Kak Citra?” Felicia tersenyum kala melihat kedatangan Citra.Ya, sosok wanita cantik dan anggun yang datang adalah Citra Brata. Terlihat yang terkejut dengan kehadiran Citra hanya Krystal dan Felicia. Sedangkan Kaivan hanya memberikan tatapan dingin kala melihat kehadiran Citra.“Citra, kemarilah, Sayang.” Elisa menyambut hangat kedatangan Citra. “Masuklah, Sayang. Kamu bisa duduk di samping Kaivan,” ucapnya lagi dengan begitu hangat.Kaivan terdiam sejenak melihat kehadiran Citra. Dari gerakan kedua orang tuanya menunjukan kedua orang tuanya itu sudah mengetahui akan kedatangan Citra. Jika seperti ini, Kaivan sangat yakin, orang tuanya yang sengaja mengundang Citra untuk data
“Kai, apa Citra sudah pulang?” Suara Krystal bertanya kala melihat Kaivan baru saja masuk ke dalam kamar. Setelah selesai sarapan tadi Krystal lebih dulu masuk ke dalam kamarnya. Bukan bermaksud menghindar tetapi tadi setelah sarapan; Krystal kembali mual hebat. Itu yang membuat Krystal mmemutuskan masuk ke dalam kamar. Elisa—ibu mertuanya beruntung masih baik karena mengirimkan teh madu padanya. Saat ini kondisi Krystal jauh lebih membaik. Krystal lebih nyaman di dalam kamar dari pada harus di luar kamar.“Sudah … Citra sudah pulang.” Kaivan duduk di tepi ranjang. Lalu dia memberikan sandwich tuna yang tadi dia minta untuk pelayan buatkan pada Krystal. “Makanlah. Tadi kamu muntah sangat banyak. Pasti semua makanan yang kamu makan saat sarapan sudah kamu muntahkan semua.”Krystal menganggukan kepalanya mematuhi ucapan Kaivan seraya mengambil sandwich tuna yang diberikan oleh sang suami. Kini Krystal mulai memakan sandwich tuna di tangannya perlahan. Ya, tadi mualnya memang sangat para
Persiapan resepsi pernikahan Kaivan dan Krystal sudah hampir seratus persen selesai. Mulai dari wedding organizer, gaun pengantin, dan undangan semuanya telah disebar. Semua persiapan memang begitu kilat. Pasalnya Kaivan tak mau menunda lagi resepsi pernikahan mereka. Kaivan ingin segera media mengetahui bahwa Krystal istrinya. Pun Kaivan sudah jengah dengan banyaknya komentar di luar sana tentang kehidupan rumah tangganya. Beberapa situs di internet yang menjelek-jelekan Krystal sebagai istri simpanan dan perebut suami orang telah diblokir oleh Kaivan. Tak hanya itu, Kaivan juga bertindak tegas pada publik yang masih menghina dan merendahkan Krystal.Jika Kaivan marah lain halnya dengan Krystal; sejak di mana perceraian Kaivan dan Livia—Krystal tidak pernah lagi membuka sosial media. Ya, Krystal cenderung tak memedulikan komentar di luar sana. Krystal menganggap itu semua adalah asam garam kehidupan. Itu kenapa Krystal tetap terlihat tenang sekali pun, teman sesama Ballerina-nya masi
“Tujuanku ke sini karena ingin membahas tentang kita.”Kata-kata yang lolos di bibir Citra sukes membuat Kaivan terdiam. Sepasang iris mata cokelat gelap Kaivan tampak begitu dingin dan menyorot lekat pada sosok wanita yang ada di hadapannya itu. Sejenak, sekelebat muncul dalam benak Kaivan. Ada sesuatu hal yang harusnya tak lagi dibicarakan malah ada di hadapannya. Ya, Citra Brata—wanita itu tadinya Kaivan pikir tidak akan lagi ada di hadapannya. Namun, kenyataan ternyata Citra kembali.“Tidak ada pembahasan tentang kita. Kamu tahu aku sudah menikah, Citra.” Kaivan menjawab dengan penuh penekanan dan tersirat ketegasan di sana. “Pulanglah, jangan mengangguku. Hari ini aku sibuk,” lanjutnya lagi yang hendak membalikan tubuhnya. Namun…“Kita masih banyak pembahasan yang harus kita bahas, Kaivan. Aku tidak mungkin membahas ini kemarin karena istrimu selalu ada di dekatmu. Aku berusaha menghargai Krystal. Bagaimanapun dia adalah istrimu. Tapi aku tidak sanggup menahan diriku, Kaivan. Aku