“Nyonya Krystal.” Staff resort menyapa dengan sopan kala Krystal hendak masuk ke dalam kamar.“Iya? Ada apa?” Krystal mengalihkan pandangannya, dan tersenyum hangat kala staff resort menyapa dirinya.“Maaf, Nyonya. Ada telepon dari Nona Maya. Beliau ingin bicara pada Anda, Nyonya,” ujar staff resort dengan sopan.“Maya menghubungiku?” ulang Krystal memastikan.Staff resort menganggukan kepalanya. “Benar, Nyonya. Nona Maya menghubungi Anda.”“Yasudah aku akan menjawabnya dulu,” kata Krystal dan direspon anggukan sopan dari staff resort itu.Kini Krystal melangkah masuk menuju telepon yang ada di atas meja—lalu tanpa menunggu, Krystal segera menempelkan telepon itu ke telinganya.“Halo, Maya?” jawab Krystal kala panggilan terhubung.“Krys, kamu sedang apa? Kenapa aku dari tadi menggubungi tapi kamu tidak ada terus,” seru Maya dengan nada panik, cemas, khawatir melebur menjadi satu.Tampak Krystal mengerutkan keningnya kala mendengar nada bicara Maya yang terdengar begitu cemas. Tidak bi
“Krystal, boleh aku tahu apa pekerjaanmu?” tanya Hans seraya menatap Krystal yang tengah menikmati makanannya. Terlihat jelas Hans ingin tahu tentang Krystal. Namun, wanita di hadapannya itu begitu tertutup. Bahkan setiap kali Hans menanyakan tentang kehidupan pribadi maka Krystal akan menyudahi pembicaraan. Entah kenapa wanita yang ada dihadapannya ini sulit sekali ditaklukan. Berbagai cara Hans lakukan tetap tidak membuat Krystal luluh begitu saja.Dua minggu berada di Sumba tetap saja Hans seperti merasakan Krystal terlalu menutup diri. Berkali-kali Hans berusaha menerobos masuk tapi tetap saja Krystal seakan memberikan dinding pembatas yang tinggi seakan dirinya tak bisa menembus. Namun, sayangnya menyerah bukanlah sifat dari Hans. Semakin Hans mendapatkan penolakan mak dia semakin dirinya tertarik pada sosok Krystal.“Ballerina … aku seorang Ballerina,” jawab Krystal seraya meminum perlahan orange juice yang ada di hadapannya itu. Nada bicaranya pelan dan lembut seperti biasa.“K
“Long time no see, Brother … Lama tidak bertemu, dan sekarang kita kembali bertemu tapi kamu hampir membunuhku.”Hans berucap seraya menyentuh sudut bibirnya yang mengeluarkan darah. Ya, ucapan Hans itu sontak membuat Krystal terkejut. Tampak sepasang iris mata cokelat terang Krystal menatap Hans dan Kaivan yang saling menatap satu sama lain. Tatapan bingung dan tak percaya. Pasalnya Krystal mendengar dengan jelas ucapan Hans yang seaakan mengenal Kaivan. “Hans?” Wajah Kaivan terlihat tak menyangka akan sosok pria yang ada di hadapannya. Namun, meski demikian ingatan Kaivan masih berputar di mana Hans dan Krystal saling berpelukan. Emosi Kaivan kembali memanas. Darahnya mendidih. Amarah dalam diri melingkupi dirinya.“Yes, it’s me. Lama tidak bertemu,” ucap Hans dengan nada datar. “Tadi kamu bilang apa? Kamu mengaku-aku Krystal adalah istrimu? Apa kamu itu sudah tidak waras?” “Shit! Aku bukan mengaku-aku! Tapi Krystal memang istriku, Sialan!” seru Kaivan dengan nada tinggi. Dia tak
“Sebenarnya apa hubunganmu dengan Hans? Kenapa kalian saling mengenal?”Suara Krystal bertanya masih dengan isak tangisnya. Matanya sembab akibat terus menangis. Ya, jujur Krystal tak mengerti dengan hubungan Kaivan dan Hans. Mereka saling mengenal tapi nyatanya Kaivan tidak mengundang Hans dipernikahan mereka kemarin. Krystal mengingat dengan jelas, kalau tidak ada nama Hans diudangan pernikahan mereka waktu itu.Kaivan terdiam sejenak mendengar pertanyaan Krystal. Tampak sepasang iris mata cokelat gelap Kaivan menunjukan keraguan yang menyelinap dalam dirinya. Tak dipungkiri Kaivan takut kalau Krystal salah paham pada keluarganya jika sampai dirinya memberitahu. Namun, Kaivan tidak mungkin hanya diam. Hal ini akan semakin berlarut tak terujung jika sampai dirinya hanya diam.“Hans adalah anak angkat kedua orang tuaku. Tapi sejak usia dia lima tahun, dia diasuh sepupu ayahku,” jawab Kaivan yang langsung membuat Krystal terdiam.Krystal tetap membisu. Menunggu sampai Kaivan menyelesai
Kaivan menatap Krystal yang tengah tertidur pulas. Ya, setelah perdebatan panjang mereka akhirnya Krystal memilih untuk istirahat. Mereka tak lagi berdebat. Pun Kaivan tidak mau lagi membahas masalah mereka. Sebenarnya Kaivan ingin bertanya pada Krystal kenapa istrinya itu sampai nekat pergi ke Sumba tapi Kaivan terpaksa mengurungkan niatnya.Jarak Jakarta ke Sumba yang jauh membuat rasa cemas Kaivan menyelimutinya. Akan tetapi, meski demikian Kaivan tak ingin menanyakan sesuatu yang nantinya akan membuat masalah akan semakin tersulut. Lagi pula terlihat jelas sang istri sangat sehat. Bahkan wajah Krystal semakin cantik berseri. Wajah muram yang belakangan ini Kaivan lihat di wajah sang istri telah lenyap. Artinya memang Krystal membutuhkan waktu untuk menenangkan diri.Sebenarnya, Kaivan sangar bersyukur karena malam ini Krystal tetap mengizinkannya tidur di kamar yang sama. Tepatnya Krystal tidak meminta Kaivan untuk tidur di kamar yang berbeda. Ini sudah cukup bagi Kaivan. Kaivan h
Sinar matahari pagi menembus jendela, menyentuh wajah Krystal. Perlahan Krystal mulai mengerjapkan mata beberapa kali ketika dirinya merasakan silau pada matahari itu menyentuh wajahnya. Krystal menggeliat, dan menguap. Tepat kala Krystal membuka mata, dia melihat dirinya berada di kamar resort miliknya.Saat Krystal hendak bergeser, dia merasakan inti tubuh bagian bawahnya sedikit perih. Krystal meringis. Lalu dia memilih untuk tak beranjak dari ranjang karena rasa perih ini benar-benar membuatnya tak nyaman. Sejenak, Krystal berpikir kenapa inti tubuh bagian bawahnya perih. Dia menggali ingatannya apa yang terjadi tadi malam. Dan tiba-tiba raut wajah Krystal berubah mengingat kejadian tadi malam. Ya, dalam benak Krystal langsung muncul di mana dirinya melakukan pergulatan panas dengan Kaivan.Detik selanjutnya, Krystal segera melihat ke tubuhnya sendiri—dan seketika wajah Krystal memucat melihat tubuhnya polos tanpa sehelai benang pun yang menempel di tubuhnya. Tubuh Krystal bahkan
“Dari mana kamu bisa mengenal Hans, Krys?” Suara Kaivan menginterogasi sang istri. Dia menatap sang istri yang baru saja selesai mandi. Ya, setelah pergulatan panas di ranjang berjam-jam akhirnya Krystal memilih untuk berendam. Tadinya Kaivan ingin mengajak sang istri mandi bersama tapi Krystal langsung menolak dan berdalih ingin beredam dengan sabun aroma vanilla dan jasmine. Tentu Kaivan tidak mungkin bisa beredam dengan sabum aroma wanita. Well, Krystal memang cerdik. Cara ini Krystal sengaja lakukan demi Kaivan tidak lagi menyerangnya. “Hans adalah tamu di resort ini, Kai. Aku bertemu dengannya ketika aku duduk di pantai.” Krystal melangkah mendekat pada sang suami, lalu duduk di pangkuan Kaivan. “Kamu sengaja berkenalan dengannya??” tuduh Kaivan dengan nada yang seakan tengah menginterogasi pelaku pembunuhan. Sepasang iris mata cokelat gelapnya menuntut Krystal untuk menjelaskan secara lengkap bukan setengah-setengah. Krystal menarik napas dalam-dalam, dan mengembuskan perlaha
“Hi, kita bertemu lagi.”Hans menyapa dengan nada yang ramah pada Krystal. Sesekali Hans melirik Kaivan yang sejak tadi menghunuskan tatapan dingin padanya. Well, padahal dia hanya menatap Krystal lekat tak lebih dari satu menit tapi dirinya sudah mendapatkan tatapan seperti layaknya dirinya adalah seorang musuh yang berbahaya. Senyuman ramah di wajah Krystal terlukis kala melihat Hans ada di hadapannya. Senyum yang sangat indah dan membuat Kaivan harus mengumpat dalam hati. Ya, terlihat Kaivan tak suka jika Krystal memberikan senyuman pada pria lain. Terkesan berlebihan tapi memang Kaivan sangat berlebihan. Pria itu memiliki kecemburuan tingkat atas kalau berurusan dengan sang istri yang didekati pria lain. Sorot mata Kaivan persis layaknya laser yang hendak menembak para pria yang dengan berani mendekati istrinya.“Hi, Hans. Apa kabar? Bagaimana dengan lukamu? Kamu sudah mengobati lukamu kan?” ujar Krystal hangat. Sejak kemarin Krystal tak tega pada wajah Hans yang lebam akibat pu