Share

Bab 5. Cara Menghangatkan

Krystal duduk di sofa empuk di kamarnya. Dia baru saja mendapatkan telepon dari rumah sakit yang memberitahu operasi adiknya berjalan dengan lancar. Saat ini adiknya sudah dipindahkan di ruang ICU. Pun korban kecelakaan yang meninggal akibat tertabrak motor adik Krystal sudah diurus. Ya, semua itu sudah diselesaikan oleh asisten Kaivan. Kemarin, saat adiknya di operasi—Krystal tidak bisa menemani adiknya itu. Mengingat kemarin adalah hari pernikahannya, tentu Krystal tidak mungkin bisa menemani sang adik.

Krystal menghela napas panjang. Tatapannya menatap hujan deras yang sejak tadi membasahi bumi. Tidak ada bintang dan bulan. Cuaca malam itu begitu dingin. Sudah sejak sore hujan turun tapi tak kunjung reda. Krystal mengalihkan pandangannya pada jam dinding—waktu menunjukan hampir pukul sebelas malam tapi hingga detik ini Krystal masih belum juga mengantuk.

“Lebih baik aku membuat teh jahe saja,” gumam Krystal seraya bangkit berdiri. Cuaca yang begitu dingin membuat Krystal memutuskan membuat teh jahe. Kini Krystal melangkah meninggalkan kamar—menuju ruang dapur.

Saat tiba tiba di dapur, Krystal mengeluarkan bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat teh jahe. Sudah menjadi kebiasaan Krystal jika merasa tubuhnya dingin karena cuaca yang sedang tidak baik; dia selalu membuat teh jahe. Biasanya setelah meminum teh jahe, tubuh Krystal akan jauh lebih baik dan dia pun bisa tertidur pulas.

Tak berselang lama, ketika Krystal sudah merebus teh jahe—dia langsung menuangkannya ke cangkir dan memberi sedikit gula di teh jahe itu. Aroma jahe menyeruak ke indra penciuman Krystal. Membuat Krystal segera ingin meminum teh jahe yang baru dibuatnya itu.

Krystal menyesap perlahan teh jahe yang dia buat itu seraya melangkah menuju kamar. Namun tiba-tiba…

Brakkkk

Seketika wajah Krystal menegang dan tampak pucat kala dirinya menumpahkan teh jahe ke kemeja putih Kaivan. Ya, Krystal tidak menyangka Kaivan lewat di hadapannya. Sungguh, Krystal tidak melihat jika ada orang datang. Krystal merutuki kecerobohannya. Terlihat jelas noda bekas teh jahe tertempel di kemeja putih Kaivan membuatnya panik. Dengan cepat, Krystal meletakan cangkir yang ada di tangannya ke sembarangan tempat. Lalu mengambil tisu dan menyeka noda yang tertempel itu dengan tisu di tangannya.

“K-Kaivan, m-maaf aku tidak sengaja,” ucap Krystal gugup dan ketakutan.

“Apa kamu tidak pernah menggunakan matamu ketika berjalan!” seru Kaivan dengan suara tinggi. Tatapannya menatap tajam Krystal yang tengah membersihkan noda di kemeja putihnya itu. Dia nyaris memaki Krystal. Tadi pagi wanita itu menabrak pelayan hingga gelas pecah dan sekarang menabrak dirinya hingga membuat kemejanya tertumpah oleh teh jahe itu. Sungguh, Kaivan rasanya ingin mengumpat kasar. Wanita di hadapannya itu begitu ceroboh.

“A-Aku minta maaf. Tadi aku tidak melihatmu sudah pulang, Kaivan,” jawab Krystal seraya menggigit bibir bawahnya.

Kaivan mengembuskan napas kasar. Berusaha meredakan amarah dan kesal yang terbendung dalam dirinya. “Siapkan pakaian untukku. Aku ingin mandi,” ucapnya dingin dan langsung berlalu meninggalkan Krystal yang masih bergeming dari tempatnya.

Krystal tersentak kala Kaivan sudah berjalan menuju kamar. Ingatannya kembali mengingat permintaan Kaivan tadi. Dengan cepat, Krystal berjalan mengikuti Kaivan yang sudah lebih dulu darinya memasuki kamar.

Saat Krystal melangkah masuk ke dalam kamar; Krystal sudah mendengar suara percikan air di kamar mandi. Menandakan Kaivan sudah masuk ke dalam kamar mandi. Kini Krystal segera mengambil celana training panjang dan kaus berwarna putih untuk Kaivan.

Tak berselang lama, Krystal mendengar suara pintu kamar mandi terbuka. Krystal langsung mengalihkan pandangannya ke arah pintu dan berucap, “Kaivan bajumu—”

Seketika perkataan Krystal terpotong melihat Kaivan melangkah keluar dari kamar madi hanya dengan handuk yang dililit dipinggangnya. Krystal menelan salivanya susah payah. Tubuh maskulin Kaivan tercetak sempurna. Tubuhnya masih basah membuatnya terlihat begitu seksi. Dada bidang. Lengan kekar serta tato di tubuh pria itu membuat darah Krystal berdesir. Sepasang iris mata cokelat terang Krystal tidak berkedip sedikit pun melihat keindahan yang ada di depan mata. Pahatan sempurna membuat pria yang ada di hadapannya itu pantas dijuluki Dewa Adonis.

“Apa pekerjaanmu hanya melamun seperti itu, Krystal Munela?” Suara Kaivan menegur sukses menyentak Krystal yang sejak tadi menatap pria itu. Tampak wajah Krystal yang menjadi salah tingkah dan gugup.

“Ah, Kaivan maafkan aku.” Krystal mengatur napasnya. Berusaha untuk bersikap biasa. “Pakaianmu ada di sana. Aku sudah siapkan,” tunjuknya ke sofa yang tidak jauh darinya.

Kaivan tak menjawab. Dia langsung melangkah dan mengganti pakaiannya. Tampak Krystal menundukan kepala tidak mau melihat Kaivan yang begitu santai mengganti pakaian di hadapannya. Krystal membenci situasi ini. Terlebih jantungnya sejak tadi tidak henti berpacu dengan keras.

“Ini sudah malam. Tidur sekarang,” ucap Kaivan dingin seraya membaringkan tubuhnya di ranjang.

Krystal pun langsung membaringkan tubuhnya di samping Kaivan kala mendengar perintah pria itu.

“Kaivan,” panggil Krystal pelan.

“Hm,” jawab Kaivan yang tengah membaca pesan masuk di ponselnya.

“Apa Livia tidak marah padamu?” tanya Krystal yang langsung membuat Kaivan mengalihkan pandangannya, menatap wanita itu.

“Kenapa Livia harus marah padaku?” Kaivan menaikan sebelah alisnya, menatap tak mengerti dengan pertanyaan Krystal.

“Kamu pulang ke sini bukan ke rumah yang ditempati oleh Livia. Aku pikir kamu akan pulang ke rumah Livia dan datang ke sini di hari-hari tertentu saja,” ucap Krystal pelan.

Kaivan mengembuskan napas kasar. “Livia tidak mungkin marah. Dia sudah menyetujui pernikahan ini. Sudah kamu tidak perlu mempertanyakan itu. Lebih baik kamu tidur. Ini sudah malam!” ucapnya tegas.

Krystal menganggukan kepalanya pelan. Sebenarnya, dia ingin kembali bertanya. Namun, Krystal memilih mengurungkan niatnya. Didetik selanjutnya, Krystal menarik selimut, menutupi tubuhnya rapat hingga ke leher lalu berusaha memejamkan matanya.

“Apa kamu bisa bernapas jika selimut menutupi tubuhmu hingga setinggi itu?” tanya Kaivan seraya mengembuskan napas kasar melihat tingkah Krystal yang menutupi selimut hingga ke leher. Entah apa yang dipikirkan oleh wanita itu.

“D-Dingin. Cuaca sangat dingin. Ditambah AC kamar juga dingin,” cicit Krystal pelan.

Kaivan kembali mengembuskan napas kasar. Dia langsung menarik tangan Krystal masuk ke dalam pelukannya. Reflek Krystal terkejut kala Kaivan memeluknya membekap tubuhnya. Ya, tubuh Kaivan tentu saja mampu menutup tubuh mungil Krystal. Seperti saat ini, Krystal tidak lagi merasa kedinginan kala Kaivan memeluknya erat.

“K-Kaivan…”

“Tidur. Ini sudah malam,” tegas Kaivan menekankan.

Krystal mengangguk pelan. Kemudian, dia membenamkan wajahnya ke dalam pelukan Kaivan. Seketika, degup jantungnya terus berpacu semakin keras. Membuat Krystal benar-benar tidak nyaman akan itu. Meski sudah tidak lagi kedinginan tapi Krystal sulit untuk menutup matanya. Namun, melepaskan pelukan Kaivan pun tidak bisa. Terlebih kini Kaivan sudah memejamkan matanya dan tertidur begitu lelap.

‘Bagaimana aku bisa tidur kalau seperti ini?’ batin Krystal dengan wajah yang tampak panik.

.

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Sofea Sofea
cerita nya sangat menarik
goodnovel comment avatar
Utari Elsadhira
ya belum tau kelanjutan ceritanya
goodnovel comment avatar
Narsitinur
bagus ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status