Bab 66. Kehebohan di Ruang Sidang
===============
“Kalau begitu, kita impas, dong! Anda juga tidak lebih baik dari saya! Tetapi, saya akan menutup skandal Anda ini. Dengan catatan, Anda juga pura-pura tak tahu mengenai hubungan saya dengan Fajar, kekasih saya. Gimana Anda setuju, bukan?” usul Dara merasa menang.
“Hebat sekali tawaran Anda, Nyonya! Cukup menggiurkan. Sayang sekali, saya tidak tertarik.”
“Baik, mungkin berbagai sosial media dan halaman depan koran bisnis terbitan sore i
Bab 67. Permintaan Maaf Dari Deva==========Deva masih menggenggam tangan Alisya saat keluar dari ruang sidang Pengadilan Agama itu. Langkahnya panjang-panjang, Alisya kesulitan menjejeri langkahnya.“Maaf, Pak, saya bisa jalan sendiri!” Wanita itu mencoba melepaskan tangannya.“Oh, iya, maaf!” Deva melepasnya. Lalu berjalan gontai menuju areal parkir, di mana mobilnya berada.Alisya tetap mengikuti, meski sangat enggan. Ada rasa khawatir kalau Deva
Bab 68. Raja Mencuri Strart==========“Aku percaya kamu gak pernah lakuin itu pada Ardho. Aku yakin kamu selalu berpakaian sopan di depan laki-laki mana pun. Aku marah-marah gak jelas, karena aku kesal. Aku harap kamu tak pernah mengulangnya lagi. Jangan pernah teledor lagi! Kau bisa berjanji untuk itu?”Alisya mendesah kecewa. Bukan pernyataan seperti itu yang ingin dia dengar dari mulut Deva. Bukan tentang peraturan-peraturan yang ditentukan oleh pria
Bab 69. Alisya Dilema============Alisya merasa saat ini dia berada di persimpangan. Sungguh dia tak tahu hendak melangkah ke mana. Tujuannya hanya satu, ingin hidup tenang membesarkan sang putri tercinta dan berbakti kepada orang tua. Begitu sederhana. Tak ada hal muluk yang lainnya.Tetapi, untuk mewujudkan keinginan sederhana itu, terlalu banyak rintangan yang harus dihadapi. Begitu banyak masalah yang harus dia urai. Bahkan kini dia dihadapkan
Bab 70. Deva Maju Selangkah==========Raja sudah mengungkapkan, dan dia butuh kepastian sekarang. Ya, hari ini juga Alisya akan menjawabnya. Tetapi, Deva mengacaukannya. Kenapa Deva masih saja bertahan mendekati Alisya, padahal Alisya sudah jelas menolaknya? Alisya menolak tinggal di rumah yang disediakan oleh Deva, bukankah itu sudah jelas, kalau wanita itu menolak Deva? Lalu untuk apa Deva tetap memaksakan diri? Kenapa tidak mundur saja, beri kesempatan yang sama pada Raja. Begitu 
Bab 71. Penolakan Ibu Alisya Terhadap Deva=======“Jadi sekarang Fajar bukan menantu bapak lagi, toh?” tanyanya pelan.“Maafin, Ica, Pak.”“Tidak apa-apa, Nduk! Semoga Pak Deva bisa menjadi imam yang paling tepat untuk menggantikan Fajar buat kamu, Nak!”Alisya dan Raja tersentak kaget. Deva tersenyum samar.“Ca! Ini maksudnya apa, Nduk? Ibu gak nger
Bab 72. Raja Menuntut Kepastian===========Alisya yang merasa tak enak dengan sikap ibunya yang telah mengusir Deva. Gadis itu mengejar ke arah pintu, tetapi langkahnya dihentikan oleh sang ibunda.“Ica! Jaga harga dirimu!”Alisya mengalah.“Oh, iya. Saya juga permisi, ya, Pak, Bu. Mau ke kantor lagi. Kasihan Papa sendirian mengurus semuanya.” Raja yang tak kalah kalut juga hendak pergi.“Lho, kok , buru-buru, Nak Raja! Katanya tadi ada yan
Bab 73. Atas Nama Cinta , Raja Melepas Alisya=======POV RajaSudah empat hari Deva mendiamkan Raja. Tak ada tegur sapa, atau sekedar senyum basa-basi. Saat bertemu di meja makan pun, Deva tetap mengacuhkannya. Tetapi, pagi ini Raja harus menegur Kakaknya. Tak bisa tidak, ini menyangkut Alisya, wanita pujaan mereka.“Mas, hari ini orang tua Alisya keluar dari rumah sakit.” Raja menghampiri Deva di car port rumah megah berlantai&nb
Bab 74. Perintah Dari Deva ===== “Ini rumah siapa, Ca?” tanya Ainy saat mobil yang dikemudikan Pak Dadang memasuki halaman rumah. Ayah Alisya hari ini sudah boleh pulang dari rumah sakit. “Rumah yang boleh kita tempati, Bu. Yuk, turun!” jawab Alisya. Sengaja dia tak menyebut nama Deva. Khawatir ibunya menolak tinggal di situ. “Rumah dinas, ya? Rumah yang disediakan oleh perusahaan tempat kamu kerja?” “Ya, Bu.”